Dalam Alkitab, dapat dijumpai usaha Iblis untuk menghindarkan dan mencegah Yesus dari kematian di kayu salib. Tetapi Yesus dalam integritas-Nya yang tinggi tetap taat sampai mati di kayu salib untuk menyelesaikan tugas penyelamatan. Pertama, Iblis berusaha mencegah Yesus memikul salib dengan cara menawarkan keindahan dan kemuliaan dunia (Luk. 4:5-8). Berikutnya, Iblis memakai nama Allah melalui Petrus yang mencegah Yesus ke Yerusalem (Mat. 16:21-23). Selanjutnya, beberapa kali Tuhan Yesus hendak diangkat menjadi raja oleh orang-orang Yahudi (Yoh. 6:15; 12:1-13). Iblis menjanjikan hidup tanpa penderitaan di bumi. Yesus menolak. Di Taman Getsemani Yesus menghadapi pergumulan antara melakukan kehendak Bapa atau kehendak-Nya sendiri (Mat. 26:38-44). Yesus juga menghadapi situasi dimana Ia bisa memanggil malaikat-malaikat-Nya untuk menyelamatkan diri-Nya dari pasukan Roma yang menangkap-Nya (Mat. 26:53). Tetapi Yesus tetap pada pendirian-Nya, yaitu minum cawan (penderitaan) yang harus dialami-Nya. Akhirnya, di kayu salib, Ia bukan tidak bisa turun dari salib ketika Yesus ditantang untuk turun dari salib (Mat. 27:40-42). Yesus mampu melakukannya, tetapi Ia tetap teguh dengan pendirian-Nya, mati di kayu salib.
Kematian Yesus di kayu salib dalam ketaatan kepada Bapa di surga adalah kematian yang sangat mengerikan bagi Lusifer. Karena dengan hal itu ia terbukti bersalah dan hukumannya ditentukan. Ada semacam “rule of the game” dalam pergulatan antara Kerajaan Terang dan kerajaan kegelapan. Kalau ada yang bisa melakukan kehendak Bapa dengan sempurna, berarti Lusifer kalah dan harus dihukum; tetapi kalau tidak ada, maka Lusifer beroleh kemenangan. Ia akan menguasai jagat raya, manusia, dan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Adam terakhir yang ditampilkan oleh Allah Bapa adalah Yesus. Kalau Tuhan Yesus gagal, maka tidak bisa dibayangkan betapa rusaknya jagat raya ini. Bisa-bisa surga dan bumi dalam kekuasaan Lusifer. Lusifer bisa menjadi “Bintang Timur” yang gilang gemilang, artinya akan menerima kekuasaan seperti yang diingininya. Tetapi kemenangan Tuhan Yesus menjadikan Ia berhak memproklamasikan kekuasaan-Nya bahwa segala kuasa di surga dan di bumi dalam tangan-Nya dan Ia adalah Bintang Timur yang gilang gemilang itu (Why. 22:16).
Kalau Yesus bisa dicegah atau dihindarkan dari kematian salib, yang juga berarti menghindari ketaatan kepada Bapa, berarti itu kemenangan bagi Lusifer. Dalam hal ini nyata bahwa kehidupan Yesus seperti sebuah gelanggang pertandingan untuk menemukan siapa yang akan menjadi pemenang. Yesus adalah pertaruhan Allah Bapa. Kalau Ia kalah, berarti tidak ada keselamatan atas umat ciptaan-Nya. “Kalah” di sini maksudnya bahwa Yesus gagal hidup dalam ketaatan yang sempurna kepada Bapa di surga (Ibr. 2:9). Dalam hal ini, betapa berat beban yang dipikul oleh Yesus dalam tugas penyelamatan manusia. Ia harus menang untuk menjadi Tuhan “bagi kemuliaan Allah Bapa” (Flp. 2:11).
Kalau selama ini orang percaya memahami mengenai darah Yesus yang berkuasa, salib yang adalah puncak karya keselamatan dan kebangkitan Tuhan Yesus adalah bukti kemenangan-Nya atas maut. Banyak orang Kristen terpaku pada “kuasa Allah yang luar biasa” yang membuat semua itu terjadi. Sebenarnya, di balik semua karya Allah tersebut, ada satu kata penting yang menjadi kuncinya. Kata itu adalah “ketaatan” Yesus kepada Bapa. Iblis tidak takut darah Yesus sebelum Ia menaati Bapa sampai mati di kayu salib. Karena ketaatan-Nya kepada Bapa, maka darah Yesus bisa mengusir Iblis dari lingkungan para malaikat di surga (Why. 12:9-11). Salib tidak ada artinya kalau Yesus tidak taat kepada Bapa, dan tidak akan ada kebangkitan tanpa kesalehan atau kesucian yang memenuhi standar Allah.
Hanya oleh darah Anak Domba, yaitu darah Yesus, yang bisa mengalahkan Iblis (Why. 12:10-11). Jadi, yang membuat Yesus berhasil menyelesaikan tugas-Nya adalah ketaatan-Nya, dengan sikap hormat-Nya secara pantas kepada Bapa. Harus dipahami bahwa bukan karena Yesus adalah Anak Allah, maka Bapa memberikan kemenangan dengan memberikan kemampuan-kemampuan ekstra atau kemudahan untuk menang. Dalam segala hal Yesus disamakan dengan manusia (Ibr. 2:17). Alkitab menulis, bahwa sekalipun Ia Allah Anak tetapi Ia belajar taat kepada Bapa dari apa yang diderita-nya (Ibr. 5:8-9). Dengan cara inilah maka Iblis bisa dikalahkan dan tidak mendapat tempat lagi di surga. Iblis bisa dinyatakan bersalah kalau ada pembuktiannya. Kalau Yesus tidak taat, maka Ia tidak akan dibangkitkan. Dengan kemenangan-Nya, segala kuasa di surga dan di bumi dalam tangan Tuhan Yesus. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedatangan atau kehadiran Kerajaan Allah atas manusia bisa terjadi karena perjuangan berat Yesus, Anak Domba Allah.
https://overcast.fm/+IqOBnIYrw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar