Senin, 28 Oktober 2019

Renungan Harian 28 Oktober 2019 PERANAN ORANG PERCAYA

     Kalimat dalam Doa Bapa Kami: “Datanglah Kerajaan-Mu” berarti panggilan untuk mewujudkan kehadiran atau kedatangan Kerajaan Alah secara fisik, yaitu diakhirinya petualangan Iblis dan kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Bagaimana itu bisa terjadi dan apa peranan orang percaya dalam hal ini? Dalam 2 Petrus 3:11-14 terdapat pernyataan bahwa orang percaya dapat mempercepat kedatangan hari Allah. “Hari Allah” maksudnya adalah hari di mana Tuhan mengakhiri sejarah dunia. Ini berarti petualangan Iblis atau Lusifer diakhiri. Iblis dengan pengikutnya dibuang ke dalam kegelapan abadi. Firman Tuhan mengatakan bahwa “pada hari itu” langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Inilah yang dikatakan oleh Wahyu bahwa bumi akan menjadi lautan api (Why. 15:20). Pada hari penghukuman tersebut, Iblis dan para malaikatnya serta manusia durhaka akan dihukum di lautan api tersebut; sedangkan orang percaya akan diangkat Tuhan ke dalam kemuliaan Kerajaan Surga. Itulah hari pengangkatan yang dirindukan oleh orang percaya yang benar; yang telah mengorbankan nyawa mereka untuk pekerjaan Tuhan. Pengangkatan tersebut telah diperagakan oleh Tuhan Yesus, ketika Ia naik ke surga disaksikan oleh banyak orang (Kis. 1:9-10). Hal ini mengisyaratkan fakta dan model pengangkatan orang percaya suatu hari nanti.

     “Hari Allah” adalah hari yang paling mengerikan bagi Iblis dan para malaikat yang memberontak. Mereka berusaha agar hari itu bisa ditunda selama mungkin. Untuk itu, Iblis dan pengikutnya berusaha menghambat terlaksananya eksekusi hukuman atas diri mereka. Dengan cara bagaimanakah mereka menghambat hari Allah itu? Dengan cara mencegah orang percaya agar tidak memiliki kehidupan yang saleh, tidak bercacat, dan tidak bercela (2Ptr. 3:11,14). Dengan kehidupan yang tidak bercacat tidak bercela, berarti menjadi seperti Tuhan Yesus. Menjadi seperti Tuhan Yesus berarti bisa menjadi corpus delicti (fakta yang menunjukkan bahwa suatu kesalahan telah dilakukan). Itu yang menjadi kunci untuk mengalahkan Iblis. Iblis telah terbukti berbuat salah oleh penampilan kehidupan Tuhan Yesus yang hidup dalam ketaatan kepada Bapa di surga. Alkitab menunjukkan bahwa bukan hanya Tuhan Yesus yang dapat menjadi corpus delicti, tetapi anak-anak Allah pun juga bisa oleh kehidupannya yang tidak bercacat dan tidak bercela. Jika jumlah orang-orang yang menjadi corpus delicti cukup atau genap, maka sejarah Iblis akan diakhiri, sejarah dunia berakhir, dan Kerajaan Allah secara fisik diwujudkan di langit baru dan bumi yang baru (Why. 6:11).

     Kata “mempercepat” dalam teks aslinya adalah speudo (Yun. σπεύδω), yang selain berarti mempercepat juga berarti mendesak. Memang sulit dimengerti bahwa waktu Tuhan bisa dipengaruhi oleh manusia atau faktor eksternal Allah. Tetapi hal ini bisa dimengerti kalau memahami bahwa akhir sejarah dunia ini menunggu lengkapnya atau genapnya jumlah orang yang tidak menyayangkan nyawa karena pengiringan kepada Tuhan Yesus. Hal ini didasarkan pada pernyataan Tuhan dalan Wahyu 6:11, ketika dipertanyakan sampai kapan penderitaan yang dialami oleh orang percaya berhenti. Tuhan menjawab sampai jumlah orang yang dibunuh atau mati karena iman dan pelayanan sudah genap. Dalam hal ini, dapat dimengerti mengapa Iblis masih bekerja keras sebisa-bisanya untuk dapat mencegah orang percaya menjadi seperti Kristus yang menyerahkan nyawa-Nya untuk kemuliaan Allah Bapa. Bagi Iblis, orang-orang baik tidak membahayakan dirinya, tetapi orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk memiliki kualitas hidup seperti Tuhan Yesus sangat menakutkannya. Semakin banyak orang percaya diproses semakin seperti Tuhan Yesus, semakin cepat sejarah dunia berakhir dan Iblis dihukum.

     Hal ini penting untuk diperhatikan bahwa yang bisa mengalahkan Iblis bukan hanya darah Tuhan Yesus tetapi juga “perkataan kesaksian mereka” (Why. 12:11). Kalimat ini jelas menunjukkan bahwa Iblis bisa dikalahkan oleh “perkataan kesaksian mereka”. Kalimat “perkataan kesaksian mereka” tidak boleh dipisahkan dengan kalimat berikut yaitu “yang tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut”. Orang yang memiliki perkataan kesaksian adalah orang yang tidak menyayangkan nyawa. Tidak menyayangkan nyawa juga berarti tidak memiliki kesenangan atau keinginan apa pun kecuali melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Inilah isi dan kualitas kehidupan Tuhan Yesus (Yoh. 4:34). Perjuangan seperti ini juga telah dialami oleh Paulus, bahwa darahnya siap dicurahkan demi pelayanan bagi jemaat Tuhan (2Tim. 4:6-8). Inilah standar anak-anak Allah, yaitu rela melepaskan nyawa bagi saudara-saudaranya (1Yoh. 3:16). Dalam hal ini dapat dimengerti mengapa Tuhan Yesus memberi syarat kepada pengikut-Nya untuk tidak menyayangkan nyawa kalau mau menjadi pengikut yang benar (Mat. 10:39; 16:25). Dengan demikian, jelas bahwa orang percaya dipanggil untuk mendatangkan atau menghadirkan Kerajaan Alah secara fisik dengan menjadi corpus delicti, yaitu ketaatan seperti Yesus.


https://overcast.fm/+IqOCbYauA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar