Selasa, 08 Oktober 2019

Renungan Harian 04 Oktober 2019 PANGGILAN UNTUK HIDUP SECARA LUAR BIASA

     Kalimat “datanglah Kerajaan-Mu” menunjukkan bahwa orang percaya adalah anggota suatu kerajaan, yaitu Kerajaan Allah. Kalau sebelum mengiring Tuhan Yesus manusia hidup sebagai manusia tanpa pengharapan karena mengikuti jalan dunia atau mengikuti gembala jahat yang tidak berkerajaan, tetapi setelah mengikut Yesus, menjadi orang percaya, berarti menjadi imamat yang rajani; bangsa yang berkerajaan oleh sebab Bapa adalah Bapa yang berkerajaan. Kesadaran sebagai warga kerajaan adalah sesuatu yang sangat penting. Kalimat “datanglah Kerajaan-Mu” mengandung panggilan untuk hidup sebagai warga Kerajaan atau tepatnya anggota keluarga Kerajaan. Kalimat “datanglah Kerajaan-Mu” menunjukkan adanya panggilan dalam kehidupan orang percaya untuk mewujudkan pemerintahan Kerajaan Allah secara pribadi. Seorang yang hidup dalam pemerintahan Kerajaan Allah pasti bergaya hidup berbeda dengan anak-anak dunia yang tidak berkerajaan.

     Kepentingan Kerajaan Allah harus ditempatkan di atas segala kepentingan. Untuk itu orang percaya tidak diperkenan memiliki kerajaan sendiri. Kerajaan sendiri artinya bahwa orang percaya tidak boleh memiliki suatu “pemerintahan” yang didominasi oleh diri sendiri dan untuk kepentingan diri sendiri. Pada umumnya, kerajaan yang dimiliki oleh manusia adalah kerajaan dalam keluarga, kerajaan dalam bisnis, kerajaan dalam hobi atau kesenangan, dan berbagai kerajaan lain yang semuanya berpusat pada diri sendiri. Biasanya fokus hidup manusia dan semua potensinya tertuju kepada diri sendiri. Pola hidup seperti itu sudah dianggap wajar. Biasanya seseorang melakukan segala sesuatu hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Inilah bentuk kerajaannya sendiri.

     Sebelum mengenal kebenaran, seseorang merasa berhak memiliki kerajaan sendiri karena bebas melakukan apa pun dan mengingini apa pun dengan segala kesenangannya. Padahal, dengan cara hidup demikian ia sedang ada dalam pemerintahan kerajaan Iblis. Ciri kerajaan Iblis adalah boleh hidup “suka-suka sendiri”. Mereka merasa memiliki kerajaan sendiri, bukan kerajaan Iblis, tetapi sebenarnya ia sedang ada dalam belenggu kerajaan kegelapan. Untuk mengokohkan kerajaannya sendiri, banyak orang Kristen seperti ini datang kepada Tuhan memohon pertolongan dan campur tangan-Nya. Hal ini bertentangan dengan prinsip Kerajaan Allah. Ciri Kerajaan Allah ditandai dengan kalimat “jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1Kor. 10:31).

     Kalimat yang diucapkan “datanglah Kerajaan-Mu” merupakan komitmen meninggalkan kerajaan sendiri dan beralih kepada Kerajaan Allah. Dengan pernyataan tersebut, seseorang sudah tidak lagi berhak atas hidupnya. Kepala pemerintahan hidupnya adalah Allah sendiri melalui Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Masalahnya kemudian adalah bagaimana penyelenggaraan pemerintahan Kerajaan Allah ini? Untuk memahami bagaimana menyelenggarakan pemerintahan ini, maka seseorang harus mengerti ciri Kerajaan tersebut. Paulus memberi ciri-ciri Kerajaan tersebut yang tertulis dalam Roma 14:17, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” Dari hal ini jelas bahwa Kerajaan Allah yang Tuhan kehendaki terselenggara dalam hidup orang percaya tidak memiliki orientasi pada pemenuhan kebutuhan jasmani.

     Satu hal penting yang hendak ditekankan dalam Roma 14:17 tersebut adalah bahwa Kerajaan itu tidak berorientasi pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Kebutuhan jasmani tidak boleh mendapat tempat utama. Prinsipnya adalah “asal ada makanan dan pakaian, cukup.” Jadi orang percaya harus mengerti ketika menyatakan diri mau mengikut Tuhan, Tuhan berkata, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Luk. 9:58). Dengan ini dapat dimengerti bahwa bahwa kerajaan orang percaya bukan dari dunia ini, seperti yang telah dikemukakan oleh Yesus (Yoh. 17:14-16). Dalam hal ini, hendaknya orang percaya hanya melibatkan Tuhan dalam persoalan-persoalan yang sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangan Tuhan Yesus, yaitu keselamatan jiwa; dikembalikannya manusia ke rancangan Allah yang semula.

     Kata “kebenaran” dalam Roma 14:17 adalah “dikaiosune.” Kata ini juga digunakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 5:20 (Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga). Hidup keagamaan di sini adalah dikaiosune, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan “righteousness”, yaitu kebenaran yang bertalian dengan perilaku. Pernyataan Tuhan ini merupakan panggilan agar orang percaya memiliki kehidupan yang luar biasa dalam perilaku, yaitu perilaku anggota keluarga Kerajaan Allah. Jadi, kalimat “datanglah Kerajaan-Mu” memuat panggilan untuk hidup secara luar biasa dalam perilaku yang melampaui standar manusia pada umumnya, bahkan ulama atau tokoh agama mana pun. Dengan cara ini, seseorang mendatangkan atau menghadirkan Kerajaan Allah.


https://overcast.fm/+IqOAY94C4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar