Selasa, 30 Juli 2019

Renungan Harian 30 Juli 2019 SEBAGAI MAKHLUK KEKAL

     Banyak manusia yang tidak menghayati dirinya sebagai makhluk kekal, sehingga tanpa sadar merendahkan martabatnya sendiri. Ia akan menilai dirinya dan orang lain dengan ukuran duniawi, yaitu dengan ukuran harta dan kehormatan manusia. Pada hakikatnya orang-orang seperti ini menjadikan dirinya sendiri bernilai rendah, tidak berbeda jauh dari benda mati yang fana atau hewan. Penghargaannya terhadap harta dunia dan kehormatan manusia begitu tingginya sampai ia tidak pernah bisa melayani Tuhan dengan benar. Tidak mungkin orang-orang seperti ini menghargai Tuhan secara pantas, sebab kalau penghargaannya terhadap dunia sudah meleset, maka penghargaan terhadap Tuhan pun juga meleset. Dalam hal ini dibutuhkan kebenaran Firman Tuhan yang mencelikkan mata pengertian seseorang agar mengerti dan dapat menghayati secara penuh keberadaannya sebagai makhluk kekal ini. Orang-orang seperti ini juga tidak akan menghargai manusia lain secara utuh dengan cara pandang yang benar.

     Dalam banyak kesempatan Tuhan Yesus sebenarnya menyadarkan pendengar-Nya terhadap realitas ini, misalnya bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, agar manusia mengumpulkan harta di surga, panggilan mendahulukan Kerajaan Surga, harus lebih takut kepada Bapa yang dapat membuang jiwa ke neraka, dan lain sebagainya. Juga ketika Yesus berkata, apa gunanya seseorang beroleh dunia ini kalau membinasakan jiwanya; Tuhan menghendaki agar orang percaya memiliki cara berpikir orang-orang yang berasal dari atas. Setiap kali Tuhan Yesus berbicara mengenai Kerajaan Allah, manusia diingatkan untuk masuk ke dalam pemerintahan Allah yang abadi.

     Paulus pun menekankan hal ini dalam semua tulisannya (2Kor. 4:16-18; 2Kor. 5:1-10; Flp. 3:7-20; Kol. 3:1-4; dan lain sebagainya). Sebenarnya seluruh teks dalam Perjanjian Baru, baik yang diajarkan oleh Tuhan Yesus maupun yang ditulis oleh rasul-rasul mengarahkan orang percaya kepada kesadaran ini. Kalau pelayanan tidak membuat orang menghayati bahwa dirinya adalah makhluk kekal yang berasal dari atas, berarti pelayanan itu gagal. Orang Kristen seperti itu belumlah masuk ke dalam keselamatan yang dibawa oleh Tuhan Yesus. Sebab pikiran mereka masih tertuju kepada perkara-perkara duniawi, sehingga kehidupan di dunia hari ini adalah kehidupan yang dinikmati secara salah. Kenikmatannya akan membuat seseorang semakin tidak dapat menghayati bahwa dirinya adalah makhluk kekal. Sampai pada level tertentu, orang tersebut akan berhasil dituai Iblis menjadi mempelainya.

     Kegagalan banyak manusia -di dalamnya termasuk orang Kristen- adalah tidak menghayati dirinya sebagai makhluk kekal. Dalam kehidupan banyak orang Kristen, irama hidup yang dimiliki sudah terlanjur seirama dengan anak-anak dunia yang buta terhadap realitas ini. Sehingga sulit sekali menyadarkan orang yang mata hatinya sudah tertutup terhadap kebenaran siapa sesungguhnya dirinya itu. Cara hidup yang salah itu sudah kuat mengakar dalam diri banyak orang. Sehingga yang mereka kejar adalah apa yang dapat disediakan dan diberikan oleh dunia hari ini, tetapi orang yang menghayati bahwa dirinya adalah makhluk kekal akan berusaha meraih apa yang lebih dari kehidupan ini. Yang lebih dari kehidupan ini adalah Tuhan dan Kerajaan-Nya. Dengan demikian sebagai dampaknya, pertama, ia akan berusaha untuk tidak terikat dengan kekayaan dunia. Kedua, ia berusaha untuk hidup tidak bercacat dan tidak bercela. Ia akan lebih mudah meninggalkan dosa. Ketiga, ia akan berusaha semaksimal mungkin melayani Tuhan untuk membawa orang lain ke langit baru dan bumi yang baru.

     Hidup yang sesungguhnya adalah nanti di dunia yang akan datang. Ini berbeda dengan cara berpikir dan gaya hidup orang yang memandang bahwa hidup yang sesungguhnya adalah nanti. Hidup sekarang ini hanyalah persiapan untuk memasuki kehidupan nanti. Oleh sebab itu orang yang mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang tidak akan mempersoalkan hal-hal duniawi yang bertujuan untuk nilai diri. Dalam hal ini seseorang harus mengambil keputusan untuk memilih. Memilih Kerajaan Tuhan atau kerajaannya sendiri yang akhirnya ada di bawah koordinasi setan. Berkenaan dengan hal ini kita bisa mengerti saat Paulus mengatakan “bahwa dirinya tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (2Kor. 4:18).

     Paulus memiliki tiga ciri di atas, orang yang menghayati bahwa dirinya adalah makhluk kekal yaitu tidak terikat keindahan dunia, berusaha hidup berkenan kepada Tuhan dan melayani Dia tanpa batas. Jika seseorang menghayati dirinya sebagai makhluk kekal, maka ia akan memiliki penampilan yang sangat berbeda dengan mereka yang fokusnya masih pemenuhan kebutuhan jasmani. Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang berasal dari bumi akan berkata-kata dalam bahasa bumi (Yoh. 3:31); bahwa orang-orang yang belum menyadari dirinya adalah makhluk kekal tidak akan bisa berkata-kata mengenai kekekalan.

https://overcast.fm/+IqOD4KzhA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar