Sering kita mendengar kalimat “membedakan roh.” Apa sebenarnya yang dimaksud dengan membedakan roh? Jawabnya adalah ada dua pengertian mengenai membedakan roh. Pertama, membedakan apakah suatu karunia yang sedang disampaikan seseorang pada waktu pertemuan jemaat atau bukan. Kedua, membedakan apakah suatu spirit atau gairah datang dari Tuhan atau bukan. Pengertian pertama dibutuhkan pada waktu dalam suatu kebaktian seseorang mendemonstrasikan karunia roh seperti berbahasa roh, bernubuat, penglihatan, dan lain sebagainya (1Kor. 12:10). Seseorang yang bernurani bersih, rendah hati, biasa jujur terhadap Tuhan dan diri sendiri, serta menggunakan logika secara benar, akan memiliki kemampuan ini. Inilah kriteria orang yang dimampukan Tuhan memiliki karunia membedakan roh.
Masalahnya adalah sering orang Kristen tidak memiliki nurani yang bersih, hatinya penuh dengan kecurigaan, kebencian, dan perasaan negatif terhadap orang lain. Orang-orang seperti ini juga memiliki niat-niat negatif terhadap orang lain. Tidak sedikit juga orang Kristen yang tidak jujur terhadap Tuhan dan terhadap diri sendiri. Ketidakjujurannya diciptakan oleh hidup keberagamaan yang formalitas, kaku, dan seremonial sifatnya. Mereka tidak memiliki keintiman yang benar setiap hari. Sehingga doa-doa yang diucapkan bersifat formalitas, seremonial, dan protokuler semata-mata. Juga tidak sedikit orang Kristen yang tidak menggunakan logika dengan baik.
Orang-orang Kristen seperti itu berpendirian bahwa percaya kepada Tuhan berarti tidak menggunakan logika. Padahal percaya berangkat dari logika yang digunakan secara proporsional. Orang-orang Kristen seperti di atas ini sulit menerima karunia membedakan roh, sebab landasan pribadi atau kapasitas orang tersebut tidak cukup memadai untuk memiliki karunia dalam membedakan roh tersebut. Mereka tidak akan dapat membedakan apakah suatu fenomena karunia roh berasal dari Allah atau dari kuasa kegelapan. Bahkan tidak jarang mereka sendirilah yang melakukan pemalsuan itu.
Untuk membedakan roh dalam pengertian ini lebih dominan menggunakan insting atau naluri. Naluri untuk membedakan roh akan semakin kuat seiring dengan bertumbuhnya pengertian akan kebenaran dan kepribadian yang baik atau kedewasaan rohani seperti Kristus. Dalam kecepatan tinggi, seorang yang berkepribadian baik dan memiliki karunia membedakan roh, bisa membedakan apakah suatu manifestasi berasal dari Roh Kudus atau tidak. Oleh karena kepribadiannya matang, maka ia bersikap bijaksana terhadap pemalsuan yang dilakukan oleh saudara-saudara seimannya yang belum dewasa yang melakukan pemalsuan tersebut. Sering dia menyimpan di dalam hati tanpa reaksi. Dia akan menunggu waktu yang baik untuk dapat menegurnya (kalau mendapat komando dari Roh Kudus).
Untuk bisa membedakan roh dalam pengertian spirit atau gairah, seseorang harus memiliki ketajaman berpikir yang diasah setiap hari. Pengasahan tersebut hanya di dapat melalui kebenaran Firman Tuhan yang murni yaitu apa yang diajarkan dalam Perjanjian Baru. Pengasahan pikiran sama dengan pembaharuan pikiran, sehingga seseorang bisa mengerti kehendak Allah dengan sempurna (Rm. 12:2). Tentu saja orang-orang seperti ini memiliki cara berpikir dan gaya hidup yang berbeda dengan anak-anak dunia. Orang percaya seperti ini memiliki spirit atau gairah Ilahi atau rohani. Jika dia berhadapan dengan seseorang atau mendengar khotbah seorang pembicara, maka ia akan cepat bisa membaca roh apa yang ada pada pembicara tersebut.
Kalau membedakan roh dalam arti membedakan karunia-karunia roh, “insting” yang lebih menonjol bersifat adikodrati, tetapi untuk membedakan roh dalam arti spirit atau gairah ini yang dominan adalah pikiran atau logika. Berkenaan dengan hal ini harus dicatat bahwa setiap orang memiliki roh atau gairah yang khusus. Orang-orang muda yang belum menikah harus memiliki kepekaan untuk membedakan roh bagi temannya supaya ia tidak salah bergaul, apalagi salah memilih teman hidup. Demikian pula dengan jemaat sekarang ini, berhubung banyak pengajar palsu maka jemaat harus memiliki ketajaman untuk bisa membedakan roh; apakah Injil yang diberitakan adalah Injil yang benar atau palsu (2Kor. 11:4; Gal. 1:9).
Dewasa ini banyak jemaat yang telah disesatkan oleh pengajar-pengajar yang tidak mengajarkan Firman Tuhan dengan benar. Mereka bukan menjadi orang jahat, tetapi meleset dari kesempurnaan yang Tuhan kehendaki. Mereka memang masih aktif di gereja melakukan berbagai kegiatan pelayanan, tetapi mereka adalah orang-orang Kristen duniawi yang mencintai dunia. Mereka tidak sadar telah menjadi musuh Allah. Kesesatan tersebut sampai pada taraf di mana mereka tidak bisa lagi mendengar kebenaran. Mereka hanya membuka telinga terhadap pengajar-pengajar yang satu roh dengan mereka. Pengajar-pengajar Teologi Kemakmuran dan juga pengajaran yang berbau mistis, yang menekankan pengalaman-pengalaman roh yang palsu. Mereka tidak pernah berbicara dengan kuat mengenai kesempurnaan seperti Kristus dan mengenai langit baru dan bumi yang baru.
https://overcast.fm/+IqOD_YshM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar