Di gereja-gereja tertentu sering terdapat seperti manifestasi karunia Roh Kudus (bahasa roh, penglihatan, nubuat, dan lain sebagainya). Banyak orang menjadi bingung apakah itu berasal dari Allah atau bukan. Kadang-kadang secara sembarangan fenomena tersebut dicap palsu atau sesat, padahal benar-benar fenomena yang berasal dari Allah. Tetapi juga sering fenomena yang berasal bukan dari Allah (adanya pemalsuan karunia), tetapi diakui sebagai berasal dari Allah. Pemalsuan karunia sulit dideteksi, apalagi kalau yang melakukan adalah seorang pendeta atau yang berjabatan “hamba Tuhan” seperti worship leader dan orang-orang yang berdiri di mimbar.
Di masyarakat yang menghargai tokoh agama –seperti di Indonesia- tidak mudah menilai tindakan seorang rohaniwan. Sering terdapat rohaniwan yang mengajarkan bahwa menghakimi hamba Tuhan atau melawan pendeta akan dikutuk. Kemudian mereka menyamakan membedakan roh dengan menghakimi dan melawan hamba Tuhan. Padahal membedakan roh bukanlah menghakimi. Kalau menghakimi pasti disertai eksekusi hukuman (sebagaimana tugas hakim), tetapi membedakan roh hanya membedakan dan tidak bersikap apa-apa selama Tuhan tidak memberi komando untuk berbuat sesuatu.
Membedakan roh juga bukan melawan, membedakan roh hanya berusaha untuk mengetahui apakah karunia yang ditampilkan berasal dari Allah atau bukan, sebab Iblis juga bisa memakai siapa saja untuk menyesatkan umat Tuhan. Ingat Iblis pun bisa menyamar sebagai malaikat terang (2Kor. 11:14). Setiap orang berhak mengetahui dengan tepat apakah hal tersebut adalah pemalsuan atau bukan. Jika sudah diintimidasi dituduh sebagai menghakimi dan melawan hamba Tuhan, maka jemaat tidak mengaktifkan nalar dan karunia dalam dirinya untuk membedakan roh. Inilah cara Iblis menyesatkan anak-anak Tuhan, yaitu membuat mereka ada dalam pasivitas. Pasivitas menggiring jemaat kepada pembantaian, sehingga mereka tanpa sadar dibodohi dan diintimdasi sampai tidak memiliki integritas diri.
Justru yang sering melakukan intimidasi adalah orang-orang yang mengaku hamba Tuhan. Tanpa mereka sadari, mereka dipakai oleh Iblis untuk merusak maksud dan tujuan Allah membangun jemaat-Nya. Maksud Tuhan membangun jemaat-Nya adalah untuk mempersiapkan jemaat menjadi manusia yang sempurna seperti Bapa sehingga bisa tampil sebagai corpus delicti. Orang percaya dipanggil bukan hanya untuk sibuk tenggelam dalam karunia roh yang tidak signifikan, tapi yang membawa mereka kepada kesempurnaan. Bukan kesempurnaan untuk membangun karunia roh, tetapi karunia roh turut berguna membangun jemaat menuju kesempurnaan.
Orang percaya yang memiliki kepribadian yang baik dan kapasitas diri yang memadai -sehingga dapat dipercayai dengan karunia membedakan roh- dapat dengan mudah dan cepat membedakan apakah karunia yang sedang didemontrasikan adalah karunia Roh Kudus atau palsu. Palsu di sini bisa berarti berasal dari Iblis, tetapi juga bisa berasal dari diri sendiri manusia itu sendiri, khususnya karunia berbahasa roh dan bernubuat dan berbagai kesaksian alam roh lainnya. Pemalsuan yang berasal dari roh-roh jahat bisa lebih cepat dideteksi (walau tidak mutlak), sebab biasanya akan disertai dengan manisfestasi ekstrem (berteriak, mata mendelik, tubuh dibanting-banting, dan lain sebagainya). Selain ekstrem, juga sering kebodohan Iblis akan cepat terbaca oleh logika yang sehat; bahasa rohnya aneh, nubuatnya kekanak-kanakan, dan lain sebagainya.
Pemalsuan yang berasal dari diri sendiri bisa lebih berlangsung lama, apalagi dilakukan oleh seorang yang cerdas. Faktor penyebabnya adalah karena ketidakdewasaan. Banyak pengajaran di gereja-gereja tertentu yang menekankan karunia roh secara tidak proporsional. Seakan-akan karunia roh adalah tiket masuk surga. Kalau tidak memiliki karunia roh yang nyata (berbahasa roh, penglihatan, nubuat, dan lain-lain), berarti tidak berkualitas. Inilah yang mendorong orang-orang Kristen berusaha memiliki dan menekankan suatu karunia tanpa memiliki pengertian yang cukup terhadap kebenaran Injil. Mereka menekankan secara berat sebelah pokok tertentu dalam ajaran Alkitab, sehingga terjadi ketidakseimbangan.
Hal lain mengapa terjadi pemalsuan karunia adalah karena usaha untuk meningkatkan nilai diri di tengah jemaat. Ini adalah bentuk kesombongan rohani atas mereka yang tidak dewasa. Bisa terjadi, di gereja-gereja tertentu terdapat semacam kompetisi, siapa yang memiliki karunia lebih besar. Biasanya mereka yang berkarunia dianggap lebih berkualitas sehingga lebih dihargai. Memang Firman Tuhan mengatakan orang yang bernubuat lebih berharga dari orang yang berbahasa roh, tetapi ini bukan berarti Paulus mengajak jemaat untuk berkompetisi. Karena sebagian besar melakukan kesalahan tersebut di dalam suatu pertemuan jemaat, maka kesalahan tersebut menjadi budaya atau kebiasaan yang tidak bisa diubah lagi. Orang percaya arus memiliki usaha terus menerus untuk memperbaharui pikiran dengan Firman Tuhan. Selalu jujur dengan diri sendiri dan bertumbuh dalam kedewasan rohani untuk memberikan kehormatan dan kemuliaan bagi Tuhan saja.
https://overcast.fm/+IqOD7ABx8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar