Selasa, 30 Juli 2019

Renungan Harian 29 Juli 2019 PHILOS ATAU HETAIROS

     Kegiatan hidup mengumpulkan harta di surga harus mencengkeram hidup seseorang, sehingga tidak ada tujuan lain yang menjadi wilayah hidupnya. Wilayah hidupnya adalah Kerajaan Surga. Dia akan berjuang bagaimana menghadirkan pemerintahan Allah dalam hidupnya. Tentu saja sukacita hidupnya tidak lagi tertumpu pada hal apa pun selain Tuhan. Keindahan dunia menjadi benar-benar pudar. Dengan memiliki langkah hidup seperti ini, Tuhan akan membuka pikirannya untuk mengenali kekayaan Kerajaan Surga. Hal ini tidak dapat diberikan kepada sembarang orang. Mutiara bukan untuk babi. Bisa dimengerti kalau ada orang yang tidak menghargai keselamatan dan Kerajaan Surga dalam hidupnya. Mereka belum bisa barter seperti perumpamaan peladang yang menemukan harta yang terpendam di ladangnya (Mat. 13:44).

     Paulus adalah contoh manusia yang menemukan kekayaan dalam Kristus yang oleh karena-Nya ia rela melepaskan semuanya dan menganggapnya sampah supaya memperoleh Kristus (Flp. 3:8). Ia harus melepaskan semuanya, barulah memperoleh Kristus. Kalau Paulus tidak melepaskan semua kebesarannya, ia tidak akan memperoleh Kristus. Banyak orang tidak berani bertindak seperti Paulus ini, sehingga tidak pernah menghadirkan Kerajaan Allah dalam hidupnya. Orang yang menghadirkan Kerajaan Surga dalam hidupnya akan bekerja keras menghargai hidup dan mengembangkan potensi yang diberikan Tuhan. Sebab di surga pun kita akan mengembangkan semua potensi yang Tuhan berikan dan mengelola langit baru dan bumi baru yang sempurna, yang Tuhan berikan. Melakukan segala kegiatan hidup hari ini adalah ibadah kepada Tuhan, maka segala sesuatu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan profesional. Dalam hal ini orang malas adalah orang yang tidak mungkin dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Sama dengan orang rajin tetapi tidak mempersembahkan prestasi hidupnya bagi Kerajaan Allah.

     Orang yang menghadirkan Kerajaan Allah akan berusaha meraih setinggi-tingginya prestasi dalam hidup di dunia ini dalam bidang yang digelutinya untuk dipersembahkan bagi Tuhan. Inilah kehidupan yang mempermuliakan Tuhan dalam segala hal yang dilakukan (1Kor. 10:31). Inilah kehidupan yang menggelar isi Doa Bapa Kami, “dipermuliakanlah nama-Mu.” Orang yang menghadirkan suasana surga adalah orang yang mencintai “tanah airnya.” Orang-orang ini akan menjadi pejabat-pejabat tinggi dalam Kerajaan Surga nanti. Mereka adalah pengawal-pengawal kerajaan atau yang sama dengan imamat yang rajani. Salah satu terjemahan Bahasa Inggris menerjemahkan “imamat yang rajani” dengan musketeer (pengawal). Hal ini seperti imam-imam dalam Perjanjian Lama yang mengawal pekerjaan Allah di Bait Allah.

     Pernahkah Saudara merenungkan kenyataan bahwa pada suatu hari nanti kita akan sendiri tanpa siapa pun dan apa pun? Sekarang ini, ketika banyak orang ada di sekitar kita, kita tidak memikirkan hal itu sama sekali. Setiap saat ketika menginginkan siapa pun untuk menemani kita, mereka bisa datang. Apalagi kita yang memiliki kekuasaan dan kekayaan, kita bisa menghadirkan siapa pun untuk mendampingi. Tetapi suatu saat kita akan dipisahkan dengan semua orang, dan tidak seorang pun bisa menemani. Tidak seorang pun bisa menghindarkan diri kenyataan ini.

     Sungguh-sungguh suatu kecerobohan, kalau seseorang tidak mengumpulkan harta di surga. Binatang tidak perlu memikirkan hal tersebut, sebab mereka makhluk yang tidak memiliki kelanjutan di keabadian. Berbeda dengan manusia yang akan memasuki lembah bayang-bayang maut. Tidak sedikit orang Kristen yang ketakutan ketika ada di ujung maut. Itulah sebabnya pelayanan gereja harus serius memperkarakan hal ini. Di pihak lain, jemaat Tuhan harus serius mau mendengar, menangkap pesan ini dan memperkarakannya di dalam hidupnya. Harus diusahakan sebelum seseorang memasuki lembah akhir hayat tersebut, ia sudah sungguh-sungguh bersahabat dengan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan: “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi” (Luk. 16:9). Perlu kita perhatikan kata “persahabatan” dalam ayat ini, yaitu philos atau filos (φίλος), bukan teman (hetairos; ἑταῖρος).

     Kata hetairos adalah kata yang digunakan Tuhan Yesus untuk menyapa Yudas di Taman Getsemani ketika mengkhianati diri-Nya (Mat. 26:50). Berkenaan dengan ini, banyak orang Kristen yang merasa sudah bersahabat dengan Tuhan padahal barulah berteman. Mereka memang tidak berteman dengan setan melalui dukun, tetapi mereka hanya berteman dengan Tuhan melalui gereja dan pendeta. Jemaat datang ke gereja diajar untuk berteman dengan Tuhan, yaitu bagaimana memanfaatkan Tuhan untuk segala persoalan dan kebutuhan yang berkenaan dengan pemenuhan jasmani dan ambisi serta cita-cita manusia. Tetapi mereka tidak diajar untuk menjadikan Tuhan sebagai sahabat. Dengan cara ini mereka sebenarnya bersikap tidak pantas terhadap Tuhan.

https://overcast.fm/+IqOAwft2E

Tidak ada komentar:

Posting Komentar