Kamis, 13 Juni 2019

Truth Daily Enlightenment 12 Juni 2019 DOSA NON-YAHUDI YANG TIDAK MENDENGAR INJIL

     Kalau bagi umat Israel, dosa berarti pelanggaran terhadap hukum Taurat, lalu bagaimana dengan orang non-Yahudi yang tidak memiliki hukum Taurat? Non-Yahudi disini adalah mereka yang bukan orang Israel yang hidup sebelum zaman anugerah, atau hidup di zaman anugerah tetapi yang tidak mendengar Injil atau tidak mendengar Injil dengan benar.Untuk menjawab persoalan ini Paulus mengemukakan kebenaran dalam Roma 2:12-16. Bagi orang non-Yahudi, dosa berarti pelanggaran terhadap hati nurani. Dalam teks tersebut disinggung oleh Paulus bahwa orang yang tidak memiliki hukum Taurat yang tertulis harafiah, mereka memiliki hukum di dalam hati mereka. Tuhan yang menuliskannya.

     Walaupun manusia jatuh dalam dosa, tetapi Tuhan masih menulis hukum-Nya di dalam hati manusia. Sangat besar kemungkinan inilah “unsur” Ilahi dalam nismat khayiym atau roh manusia tidak lenyap sama sekali. Itulah sebabnya walau manusia sudah jatuh dalam dosa, manusia masih diberi kemungkinan untuk memilih apa yang tidak bertentangan dengan kehendak Allah dalam taraf tertentu (Kej. 4:1-7).

     Hukum Taurat yang ditulis dalam hati mereka inilah yang disebut sebagai hati nurani. Berbicara mengenai hati nurani ukurannya sangat relatif, sebab hati nurani seseorang terbentuk melalui pengalaman hidup dari lingkungannya. Dalam hal ini, Tuhan yang akan menghakimi seseorang berdasarkan pengertian tentang apa yang baik dan apa yang buruk yang dimiliki masing-masing individu. Pengertian mengenai kebaikan dan kejahatan ini disimpulkan sebagai banyak kitab yang menjadi ukuran penghakiman nanti (Why. 20:12). Di dalam kitab-kitab itu tertulis hukum-hukum. Hukum-hukum tersebut adalah pengertian mengenai apa yang baik dan buruk menurut pengertian masing-masing individu dan komunitas.

     Penghakiman Tuhan sangat rahasia dan misteri. Sebab penghakiman ini berdasarkan suara hati nurani mereka (Rm. 2:16). Jadi, sifatnya sangat batiniah. Tentu suara hati mereka terekspresi dalam tindakan konkret. Namun harus dicatat bahwa tindakan atau perilaku yang kelihatan bukanlah ukuran untuk umum, tetapi tergantung pengertian seseorang terhadap kebenaran moral. Suatu tindakan yang dinilai baik atas seseorang belum tentu bisa menjadi ukuran kebaikan untuk yang lain. Sedangkan suatu tindakan yang dinilai buruk atau salah belum tentu bisa mejadi ukuran keburukan bagi yang lain.

     Jadi, jika seseorang memahami suatu kebaikan tetapi tidak melakukan kebaikan itu, maka baginya itulah dosa. Bila nuraninya memahami suatu ukuran kebaikan moral, tetapi ia tidak mendengar suara nuraninya bahkan melanggarnya, maka itulah dosa. Dengan demikian betapa pribadi dan rahasianya penghakiman Tuhan itu. Sebab yang dihakimi bukan perbuatan lahiriahnya semata, tetapi batiniahnya. Tindakan lahiriahnya bukanlah ukuran kebaikan yang sesungguhnya.

     Perbuatan lahiriahnya harus dipadankan dengan suara hati dan pengertiannya akan kebenaran moral. Disini juga berlaku siapa yang diberi banyak dituntut banyak, dan yang sedikit diberi akan sedikit dituntut. Dengan demikian kita tidak mudah menjatuhkan vonis bahwa orang yang hidup di luar bangsa pilihan Allah-yaitu orang Israel dan Kristen-pasti tidak diperkenan untuk masuk ke dalam kehidupan yang akan datang. Jika kita perhatikan apa yang ditulis Paulus dalam Roma 2:12-15, menunjukkan bahwa Tuhan tidak diskriminatif. Yang diakui sebagai orang yang berhak memiliki hukum Taurat bukanlah Yahudi oleh karena darah yang mengalir di dagingnya, tetapi perbuatan dalam melakukan Taurat.

     Walaupun bangsa non-Yahudi tidak memiliki Taurat yang tertulis, tetapi melakukan Taurat yang tertulis di hati mereka, maka perbuatannya tersebut yang membenarkan dia. Dalam hal ini nampaklah bahwa nilai bangsa Israel bukan hanya terletak pada kenyataan bahwa mereka adalah keturunan Abraham, tetapi apakah mereka melakukan hukum Taurat atau tidak. Sebab sekalipun seseorang bukan keturunan Abraham, tetapi kalau ia melakukan hukum Taurat, maka ia pun berharga di mata Tuhan. Salah satu contohnya adalah Ayub. Ia bukan orang Yahudi, tetapi ia seorang yang saleh menjauhi kejahatan dan bisa dikatakan berkenan di hadapan Tuhan dibanding manusia pada zamannya (Ay. 1:1-5)

     Dalam Alkitab kita menemukan pernyataan bahwa manusia akan dihakimi menurut perbuatannya. Dalam hal ini jelas bahwa perbuatan baik seseorang itu penting (Rm. 2:6; 1Ptr. 1:17; Why. 20:12). Penghakiman berdasarkan perbuatan ini juga berlaku bagi orang yang hidup pada zaman anugerah, tetapi tidak atau belum mendengar Injil atau tidak mendengar Injil dengan benar.Jadi pada zaman anugerah ini, kalau seseorang meninggal tetapi tidak atau belum mendengar Injil, ia belum tentu tidak diperkenan hidup di kehidupan yang akan datang; Tuhan akan menghakimi mereka berdasarkan perbuatan mereka. Penghakiman itu bisa berlangsung karena darah Yesus yang dicurahkan. Darah Yesus adalah solusi bagi dosa semua manusia yang pernah hidup di muka bumi ini (Yoh. 1:29,36). Diantara mereka akan ada yang diperkenan masuk di dunia yang akan datang.


https://overcast.fm/+IqODC9iZE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar