Kamis, 06 Juni 2019

Truth Daily Enlightenment 03 Juni 2019 PENGHAKIMAN KEPADA SEMUA ORANG

     Manusia adalah makhluk ciptaan yang luar biasa, lebih unggul dari semua ciptaan Allah yang lain. Keistimewaan yang dimiliki makhluk ini adalah memiliki komponen-komponen yang ada pada diri Allah. Itulah sebabnya Alkitab menyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar-Nya (Kej. 1:27). Komponen-komponen tersebut adalah pikiran dan perasaan. Dengan pikiran dan perasaan tersebut, manusia dapat menciptakan kehendak. Oleh kehendak tersebut manusia dapat membangun manusia batiniahnya atau kualitas moralnya. Hal ini mengarahkan hidup masing-masing individu. Dengan demikian keadaan masing-masing individu ditentukan oleh dirinya sendiri. Ini adalah hukum kehidupan yang Tuhan tetapkan. Oleh karena hal ini maka Allah memberi ruang bagi manusia untuk memilih dan mengambil keputusan.

     Tentu saja kualitas manusia batiniah atau moralnya menentukan perilakunya. Perilaku tersebut sangat berperan dalam hubungan dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan.Dengan keberadaan ini, tidak bisa tidak manusia harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Bagaimanapun setiap individu harus ada pertanggungjawaban kepada Tuhan yang menciptakan dirinya. Itulah sebabnya manusia bukanlah makhluk gratis, artinya manusia memiliki hak dan kewajiban. Manusia bisamenikmati semua hak-hak yang diberikan oleh Allah, tetapi juga harus bertanggungjawab atas kewajiban yang diberikan kepadanya.Kewajiban manusia adalah melakukan kehendak Penciptanya dan memenuhi yang dikehendaki SangPencipta untuk ditunaikan. Tetapi kewajiban ideal seperti ini hanya dikenal dan dituntut atas mereka yang mengenal Penciptanya.

     Bagi manusia yang tidak mengenal Allah yang benar, yaitu mereka yang bukan umat pilihan Perjanjian Lama maupun bukan umat pilihan Perjanjian Baru, relasi yang menjadi pertimbangan dalam penghakiman atas mereka adalah relasi dengan sesama. Tentu saja penghakiman atas mereka hanya didasarkan pada sikap mereka terhadap sesama. Hal ini diyatakan jelas dalam Matius 25:31-46. Dalam perikop tersebut dikemukakan bahwa diterimanya orang-orang tertentu di dalam Kerajaan Surga adalah sikap mereka dalam mengasihi sesama. Dalam hal ini penghakiman tidak didasarkan pada iman kepada Tuhan, karena mereka tidak mengenal Tuhan. Dalam Matius 25:37-39 ditunjukkan dengan jelas bahwa mereka memang tidak mengenal Tuhan. Dalam Matius 25:37-39 tertulis: Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?

     Bagi manusia yang mengenal Allah yang benar (Elohim Yahweh), yaitu mereka yang menjadi umat pilihan Perjanjian Lama,mereka harus memenuhi hukum Taurat yang diberikan Elohim Yahweh di Gunung Sinai. Mereka akan dihakimi menurut hukum Taurat yang mereka terima dari Elohim Yahweh melalui Musa. Dalam Roma 2:12 tertulis: Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.Mereka harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan akal budi dengan melakukan hukum Taurat,serta melakukan ibadah sebagai ekspresi cinta mereka kepada Tuhan.

     Bagi umat Perjanjian Baru yang lebih mengenal Allah-yaitu mengenal Bapa, Anak, dan Roh Kudus- harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan akal budi dengan melakukan kehendak Bapa. Kehendak Bapa tidak diwakili oleh hukum-hukum dan peraturan, juga tidak diwakili dengan ibadah-ibadah secara liturgi atau upacara agama, tetapi menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran, artinya ibadah yang tidak dibatasi oleh ruangan, waktu, dan liturgi, tetapi dengan segala sesuatu yang dipikirkan, diucapkan, dan dilakukan. Dalam hal ini kelihatan bedanya antara bangsa Israel keturunan Abraham secara darah daging dengan orang percaya. Bagi bangsa Israel hukum mereka adalah Taurat yang tertulis, tetapi bagi orang percaya adalah Tuhan sendiri.

     Standar moral untuk untuk umat Perjanjian Baru adalah menjadi sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48), berkenan kepada Allah (2Kor. 5:9-10), serupa dengan Yesus (Flp. 2:5-7), hidup tidak bercacat dan tidak bercela (Flp. 1:10), berkeadaan kudus seperti Bapa kudus (1Ptr. 1:16), mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibr. 12:9-10), mengenakan kodrat Ilahi (2Ptr. 1:3-4), dan lain sebagainya; yang intinya adalah menjadi sempurna. Standar ini yang harus menjadi tujuan hidup orang percaya. Bila mencapai standar ini, maka orang percaya dapat dikembalikan ke rancangan Allah semula. Jika orang percaya menyadari hal ini,maka ia pasti mengisi hidup Kekristenannya dengan benar dan menyadari bahwa percaya kepada Yesus adalah perjuangan.Standar inilah yang akan diperkarakan di penghakiman atau pengadilan Kristus.


https://overcast.fm/+IqOATSWH4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar