Selasa, 18 Juni 2019

( Sunday Bible Teaching ) SBT, 9 Juni 2019 Pdt.Dr. Erastus Sabdono

Semakin kita mengenal kebenaran Injil, kita semakin menemukan betapa mahal harga pengiringan kita kepada Tuhan Yesus Kristus.

Mengikut Yesus jalan yang sukar.
Ini mustahil bagi manusia.
Standar yang diberikan kepada umat pilihan, orang - orang yang diberi kesempatan mendengar Injil dan dibekali berbagai potensi untuk mengalami perubahan, standarnya serupa seperi Yesus
Ini standar yang tidak bisa dikurangi atau direduksi.

Standar orang beragama melakukan hukum.
Dimungkinkan manusia tanpa Roh Kudus mencapainya.

Jangan berpikir hanya orang beragama yang bisa bermoral baik.
Orang yang tidak beragamapun bisa bermoral baik sesuai standar etika yang mereka miliki.

Sesuai dengan Alkitab memang Tuhan menulis TauratNya di hati manusia, hukumnya di hati manusia.
Ini merupakan proses estafet pewarisan
dari Adam ke anak cucunya.

Tidak heran di dunia ada hukum yang sama, orang tua harus dihormati, tidak boleh mencuri, tidak boleh membunuh, tidak boleh berzinah dstnya.

Mengikut Yesus artinya mengikut jejakNya, hidup seperti Yesus hidup.
Matius 19
Jika demikian siapa yang diselamatkan.
Ini bicara keselamatan.
Keselamatan itu kehidupan yang berkualitas tinggi.

Bagi manusia mustahil, tetapi bagi Allah tidak mustahil karena Allah melengkapi manusia dengan kuasa, supaya menjadi Anak - anak Allah.
Yohanes 1 : 11 - 13
Dan ini anugerah yang luar biasa.
Potensi yang tidak diberikan kepada semua orang.

Potensi yang hanya disediakan bagi umat pilihan.
Jadi kalau mau masuk wilayah ini harus melepaskan segala sesuatu.
Meninggalkan segala sesuatu.
Lukas 14 : 33
Supaya yang mustahil menjadi tidak mustahil.

Lukas 16 : 11 - 12
Kalau tidak setia dengan mamon yang tidak jujur, matrealisme, Kalau terikat dunia kamu tidak bisa mengenal kebenaran.
Kamu tidak dapat dipercayai harta sesungguhnya alithenon, kebenaran.
Padahal kebenaran yang memerdekakan.

Potensi itu dapat bekerja, power full bagi orang - orang yang mengosongkan bejana hatinya.

Kita harus mengerti bahwa hidup berkualitas tinggi sebagai Anak - anak Allah, Allah Bapa, Sang Theos yang memiliki jagat raya ini.
Yang berkenan memberikan kerajaanNya kepada Putra tunggalNya dan bersama - sama dengan kita.

Allah memberikan potensi Roh Kudus yang menuntun ke segala kebenaran.
Dan Roh Kudus itu power full, sangat berkuasa.

Ikut Yesus, standarnya Yesus, kita tidak bisa menawar, atau mengurangi.
Kita belum seperti Allah Bapa kehendaki.
Inilah kekristenan, seperti Kristus, dan kita tidak bisa menghindari.

2 korintus 5 : 14 - 15
Ketika Tuhan Yesus menebus kita, kita tidak berhak atas hidup kita.
Karena hidup kita sudah ditebus.

Orang yang memberi diri ditebus orang yang berani mengatakan everything I have belong to God.
Semua yang aku miliki milik Tuhan.
Seperti seorang budak yang dibeli harkat dan martabat seluruh pemilikannya.
Ketika Tuhan Yesus menebus kita, kita tidak berhak apapun.

1 Korintus 6 : 19 - 20
Kita bukan milik sendiri
Kita sudah kehilangan seluruh hak kita.
Kita tidak punya hak lagi, majikan yang telah membeli kita telah mengambil seluruh hak kita.

Kalau kita mau ditebus maka, Kita tidak punya mengatur diri dari hal kecil sampai hal besar, mau ngomong apa ngomong, mau beli apa beli, mau ke mana, pergi melangkah.
Sebab Dia yang ambil alih hidup kita.

Tubuh kita bait Roh Kudus, ini menggetarkan.
Seluruh tubuh kita bisa jadi alat peraga Tuhan.
Galatia 2 : 19 - 20
Paulus memenuhi hukum Taurat.

Hidup untuk Allah setiap langkah setiap hal tidak ada yang meleset.
Kita harus fokus.

Kita menaruh harapan kita di langit baru bumi baru
Kita harus mengalami perubahan permanen.

Puncak kemenangan Kristus waktu Dia disalib.
Semua prestasi kita akan dibuka di hadapan Tuhan.

Iman adalah penurutan akan kehendak Allah.
Orang percaya tidak boleh tidak melakukan kehendak Bapa.

Dia yang telah membuat aku jadi milikNya.
2 kor 6 : 14 - 15
Kolose 3 : 3 - 4
Roma 1 : 16 - 17

Hidup bagi Dia artinya  memperagakan kehidupan Yesus dalam diri kita.
Kita bukan dari dunia ini.

JBU 🌷



Tidak ada komentar:

Posting Komentar