Ada orang-orang Kristen yang berpendirian bahwa kalau Allah menyediakan anugerah kepada orang-orang tertentu untuk menerimanya, maka mereka tidak dapat menolak. Ini pandangan yang salah. Sebenarnya Tuhan menghendaki semua bangsa Israel selamat, tetapi hal itu tidak terwujud sebab mereka menolaknya.Dengan demikian, kalau bangsa itu menolak Allah, bukan karena Allah yang menentukan tetapi mereka sendiri yang menghendaki demikian. Kebenaran Alkitab menunjukkan fakta bahwa terdapat potensi dalam diri umat pilihan untuk menolak kasih karunia. Hal ini diteguhkan oleh Firman Tuhan dalam Roma 11:17-24.
Dalam tulisannya, Paulus menunjukkan bahwa kalau cabang asli -yaitu Bangsa Israel (umat pilihan Perjanjian Lama)-bisa dipotong, demikian pula dengan batang cangkokkan, yaitu orang Kristen (umat pilihan Perjanjian Baru) dari berbagai suku bangsa. Di ayat 22 tertulis: Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.Ayat-ayat ini jelas menunjukkan bahwa kehidupan Bangsa Israel paralel (tipologi) dengan kehidupan orang percaya di zaman anugerah atau Bangsa Israel menjadi gambaran kehidupan orang percaya.Sebagaimana Tuhan mengerat Bangsa Israel yang tidak dengar-dengaran, maka Tuhan juga mengerat orang Kristen yang tidak dengar-dengaran. Dalam tulisan Paulus itu ia juga menyatakan: Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu (Roma 11:21).
Dalam hal ini jelaslah bahwa intervensi Allah terbatas, sebab Allah memberi independensi kepada manusia untuk menentukan “takdirnya.” Bangsa Israel harus menggunakan independensinya dengan benar. Tetapi kalau mereka mengarahkan hatinya kepada yang lain, maka mereka tidak dapat selamat. Tuhan Yesus memberitakan Injil kepada umat Israel agar mereka bertobat. Tetapi mereka menolak. Ini menunjukkan bahwa dalam pertimbangan nalar tersebut seseorang memiliki kehendak bebas, sehingga harus memilih atau memutuskan apakah mau menerima Tuhan Yesus sebagai jalan keselamatan atau menolak-Nya.
Memberitakan Injil berarti mengajarkan kebenaran, bukan sekadar memberitahu bahwa Yesus adalah Juruselamat, tetapi mengajarkan kebenaran. Kalau Tuhan yang menentukan keselamatan seseorang dan menolak yang lain, maka pengajaran dalam Injil yang begitu luar biasa tidak berperan sebagaimana mestinya, sebab Injil tidak lagi menjadi penentu orang selamat atau binasa. Padahal sikap terhadap Injil-lah yang menentukan apakah seseorang menerima Tuhan Yesus atau tidak. Di dalam Injil memuat berita mengenai Tuhan Yesus dan apa yang harus dilakukan kalau seseorang mengaku percaya.
Kalau Tuhan menetapkan ada orang-orang yang tidak bisa menolak anugerah, sedangkan sisi lain ada yang tidak bisa menerima anugerah, maka dengan demikian Injil menjadi tidak berkuasa menyelamatkan, sebab yang diyakini dapat menyelamatkan seseorang adalah penentuan Tuhan. Dengan demikian muncul konsep yang absurd bahwa iman bisa diberikan secara mistik atau ajaib di dalam diri seseorang. Padahal mestinya iman datang dari pendengaran oleh Firman. Yang mana tentu melalui proses mendengarkan Injil dan pertimbangan nalar.Ini juga berarti tidak lagi ada pengadilan atau penghakiman.
Dengan hal di atas ini, hendaknya kita tidak sembarangan mengatakan bahwa Paulus memercayai adanya predestinasi, yaitu ada manusia ditentukan untuk selamat dan manusia lain ditentukan untuk binasa. Kalau Paulus yakin bahwa dirinya orang terpilih yang pasti selamat, maka Paulus tidak mengatakan bahwa ia melatih tubuhnya agar dirinya tidak terhilang (1Kor. 9:27). Lagi pula Paulus tidak mengatakan bahwa karena dirinya sudah terpilih maka dirinya memiliki ketekunan. Ketekunan itu harus berangkat dari dirinya sendiri, yaitu ketika sadar bahwa Tuhan memberi kehendak bebas kepada manusia. Paulus berusaha agar dirinya didapati berkenan (2Kor. 5:9-10).
Fakta yang tidak bisa dibantah dalam kehidupan ini, bahwa Tuhan bisa mengerat atau memotong orang-orang atau bangsa yang telah dipilih oleh Tuhan. Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa orang yang terpilih sebagai “umat pilihan” belum tentu pasti masuk ke dalam anggota keluarga Kerajaan Surga atau sebagai pemenang. Penolakan Israel terhadap kasih karunia Allah dinyatakan jelas dalam Kisah Rasul 3:14, tertulis: Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Kalau Allah menentukan orang yang tidak bisamenolak anugerah, maka penghakiman tidak dapat tampil secara proporsional, sebab ada orang yang dibuat dapat menerima anugerah, dan yang lain tidak bisa menerimanya.
https://overcast.fm/+IqOAFaCes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar