Pada intinya, berbicara mengenai anugerah atau kasih karunia, orientasinya adalah keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus yang diberikan Bapa kepada manusia, yaitu manusia yang telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Manusia yang jatuh dalam dosa telah menjadi manusia yang tidak sesuai dengan rancangan Allah semula. Mengenai pengertian kata “kasih karunia”, kata ini sama maknanya dengan “anugerah”.
Pertama, kasih karunia berarti suatu pemberian yang sangat bernilai dan dibutuhkan. Tidak akan dapat dikatakan kasih karunia kalau tidak bernilai dan sangat dibutuhkan. Kedua, kasih karunia berarti suatu pemberian yang diberikan dari pihak yang lebih tinggi derajat atau statusnya kepada pihak yang lebih rendah. Ketiga, kasih karunia berarti pemberian yang tidak memandang kelayakan si penerima pemberian. Dikatakan kasih karunia, diisyaratkan bahwa si penerima adalah obyek yang sebenarnya tidak pantas menerima pemberian tersebut. Keempat, kasih karunia berarti pemberian tanpa harus membayar atau memenuhi syarat tertentu. Dalam hal ini kasih karunia berarti pemberian cuma-cuma atau tanpa syarat.
Di dalam kasih karunia-Nya, Allah menuntun manusia yang meresponi anugerah-Nya untuk dapat dikembalikan ke rancangan semula-Nya, yaitu menciptakan manusia yang serupa dengan gambar-Nya. Dengan manusia dikembalikan serupa dengan gambar-Nya, manusia bisa berdamai dengan Allah. Berdamai bukan hanya dalam artinya status atau secara hukum (de jure) tetapi juga secara de facto, artinya manusia bisa bersekutu dengan Dia. Hanya manusia yang bermoral Allah -yaitu menanggalkan kodrat dosanya (sinful nature) dan mengenakan kodrat Ilahi (divine nature)- yang bisa berjalan atau bersekutu (fellowship) dengan Allah. Dalam hal ini sebutan anak Allah bukan hanya status, tetapi benar-benar keberadaan. Hanya anak Allah (man of God) yang bisa bersekutu secara benar dengan Allah.
Keselamatan bukan hanya menghindarkan manusia dari neraka dan diperkenan masuk surga, nanti setelah kematian. Tetapi keselamatan memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Hubungan bukan dalam imajiner atau fantasi yang dibicarakan dalam ranah teologi, tetapi dalam fakta konkret kehidupan sejak sekarang di bumi ini. Itulah sebabnya orang percaya harus hidup dalam tuntunan Roh Kudus, belajar mengenal Tuhan melalui Alkitab dan pengalaman hidup setiap hari. Kita harus memerhatikan pembentukan Allah melalui segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini, sebab di dalam segala sesuatu Allah turut bekerja. Semua peristiwa diizinkan Tuhan kita alami untuk menyempurnakan kita. Kesempurnaan di dalam Tuhan itulah yang harus menjadi persiapan kita menghadap takhta pengadilan Kristus.
Melalui hal tersebut proses pemulihan gambar Allah berlangsung. Ini bukan dalam waktu singkat dan tidak mudah. Dalam kasih karunia Tuhan akan menggarap orang percaya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: Jadikan semua bangsa murid-Ku. Perhatikan kata: murid-Ku. Bukan murid siapa pun, juga bukan murid gereja. Setiap individu harus bergumul setiap hari dengan Tuhan untuk mengalami proses pemulihan gambar Allah tersebut. Yesus adalah model atau prototipe gambar Allah atau manusia yang dikehendaki oleh Allah.
Oleh karenanya hanya Tuhan Yesus secara pribadi melalui Roh Kudus yang dapat membawa setiap individu mengalami pemulihan gambar Allah atau dikembalikan ke rancangan semula. Gereja dengan rohaniwannya oleh hikmat Roh Kudus berfungsi sebagai mentor bagi jemaat, bukan mediator. Dengan mengisi anugerah atau kasih karunia yang Allah berikan, maka orang percaya mempersiapkan hari pengadilan di akhirzaman nanti.
Banyak orang Kristen berpikir bahwa kasih karunia sudah membuat orang percaya tidak perlu khawatir sama sekali menghadapi penghakiman atau pengadilan Allah. Di dalam kasih karunia tersebut -menurut mereka- telah termuat semua kebaikan Tuhan, sehingga orang percaya tidak perlu takut sama sekali menghadapi pengadilan Kristus. Mereka tidak mempertimbangkan bahwa Allah yang adil adalah Allah yang menuntut pertanggungjawaban atas setiap individu.
Kasih karunia tidak menghilangkanhakikat keadilan Allah terhadap orang percaya. Dalam 1 Petrus 1:17 Firman Tuhan mengatakan: Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Dalam hal ini, justru orang percaya harus sangat berhati-hati dalam seluruh pilihan, keputusan, dan semuatindakan-tindakannya. Karena dirinya harus menghadap takhta pengadilan Kristus, segala sesuatu yang dilakukan selama hidup di bumi ini harus dipertanggungjawabkan.
https://overcast.fm/+IqODJmg64
Tidak ada komentar:
Posting Komentar