Sabtu, 27 April 2019

Truth 25 April 2019 VERSI KEADILAN

     Ada orang-orang Kristen yang percaya bahwa Allah menentukan keselamatan sebagian manusia. Kalau dikatakan bahwa Tuhan memprogram seseorang untuk selamat, bagaimana dengan mereka yang tidak selamat? Adalah tidak fair kalau jawabannya bahwa Tuhan tidak memprogram orang untuk binasa. Bila berbicara mengenai kedaulatan Allah yang mutlak, maka bila Allah memprogram mereka agar pasti selamat, berarti Tuhan juga memprogram mereka yang tidak selamat. Kalau dalam kedaulatan-Nya dikatakan bahwa Tuhan memprogram kebaikan atas kehidupan orang-orang tertentu, maka berarti Tuhan juga memprogram kejahatan atas yang lain.

     Ada yang mengatakan bahwa Tuhan membiarkan kejahatan, tetapi Dia tidak terlibat di dalamnya. Jika demikian, hendaknya tidak berbicara sama sekali mengenai kedaulatan Allah yang mutlak. Apakah mungkin Tuhan mendesain kebaikan, tetapi dia membiarkan kejahatan? Tuhan memaksakan kebaikan terjadi atau berlangsung atas manusia tertentu yang dipilih-Nya, tetapi Ia tidak melakukan hal itu kepada yang lain. Ini sama dengan Ia mengizinkan, membiarkan, atau kalau dianggap bahwa Dia berdaulat mutlak atas pilihan-Nya, maka bisa dikatakan Ia membuat kejahatan berlaku atau terjadi atas yang lain. Apakah etika seperti itu yang diajarkan kepada kita?

     Ketika diperkarakan apakah itu adil, jawabnya adalah bahwa itu versi keadilan Allah. Dari jawaban tersebut menunjukkan bahwa ada versi keadilan Allah yang tidak sama dengan versi keadilan yang Allah ajarkan kepada anak-anak-Nya. Ini jawaban yang aneh. Tentu manusia sebagai gambar Allah dimampukan untuk memahami kebenaran seperti yang Allah pahami, walau dalam ukuran yang berbeda. Tidak mungkin Tuhan memiliki keadilan versi berbeda dari versi yang diajarkan kepada kita. Tidak logis kalau Tuhan memiliki keadilan yang diterapkan bagi diri-Nya sendiri sementara Ia tidak menerapkan dan mengajarkan versi keadilan-Nya kepada umat pilihan-Nya.

     Menurut sebagian orang Kristen, penebusan hanya ditujukan bagi sebagian manusia saja, sebab Tuhan memiliki kedaulatan untuk memilih siapa yang selamat, walau tentu yang lain tidak selamat. Mereka yang berpandangan tersebut menyatakan bahwa manusia tidak berhak untuk protes kepada Allah, sebab manusia hanyalah makhluk ciptaan. Manusia tidak berhak membantah keputusan dari kedaulatan Allah yang mutlak dan absolut. Ini adalah pengajaran yang tidak sehat.Orang percaya tidak perlu mempersoalkan mereka yang binasa. Orang percaya dapat meyakini bahwa dirinya sudah dipilih dan ditentukan pasti selamat masuk surga dan dapat bersyukur atas pilihan dan penentuan tersebut. Bagaimana kita bersyukur atas kepastian keselamatan sementara yang lain menuju api kekal karena tidak ditentukan untuk selamat?

     Kalau kita diajak untuk bersyukur atas keselamatan yang kita terima, tetapi menutup mata terhadap mereka yang akan binasa, apakah hal ini dapat dibenarkan? Ini bukan hakikat Tuhan yang kasih adanya. Kita tidak diajar untuk memiliki perangai yang seperti ini. Tuhan pasti berlaku adil dan peduli terhadap keselamatan semua manusia, tanpa sikap diskriminatif, sebab Tuhan tidak mungkin tanpa alasan membuang seseorang ke neraka. Tuhan sendiri mengajarkan kepada kita kepedulian terhadap sesama. Sebagai contohnya, kalau suatu ketika rumah tetangga terjadi kebakaran yang disebabkan oleh kompor meledak, tentu itu bukan salah kita, lalu apakah kita diam saja dan berkata: “Bukan salah saya, saya tidak bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran tersebut.” Apakah tindakan tersebut bisa dibenarkan? Tentu tidak. Kita sebagai tetangga perlu mengambil bagian untuk memadamkan api.

     Lebih konyol lagi kalau ternyata meledaknya kompor tetangga karena seseorang yang menempatkan kemungkinan tersebut, lalu ia berkata dirinya tidak bertanggung jawab atas kebakaran itu. Mereka yang mengalami musibah itu yang harus bertanggung jawab atas hal tersebut, sementara ia berpangku tangan menyaksikan musibah itu. Tuhan tidak mungkin seperti pribadi orang ini. Tuhan yang tidak menghendaki seorang pun binasa membiarkan orang binasa dan berkata: “Oh, itu bukan salah saya.” Apalagi kalau Tuhan berkata: “Itu kebijaksanaan Saya.” Tidak mungkin, sebab Alkitab jelas sekali menyatakan bahwa Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa (2Ptr. 3:9).

     Menyanggah ilustrasi di atas ini ada yang mengatakan bahwa Tuhan bukan tidak peduli orang binasa. Tuhan juga berusaha mengingatkan semua manusia agar tidak binasa dengan penginjilan dan pelayanan hamba-hamba Tuhan. Persoalan yang sangat mendasar adalah bagaimana mereka bisa selamat kalau mereka tidak termasuk di dalam kelompok orang-orang yang “dipilih dan ditentukan” untuk masuk surga? Lebih konyol lagi, kalau dikatakan bahwa penginjilan dan peringatan terhadap dosa hanya sebagai dasar agar Tuhan tidak bisa dipersalahkan kalau mereka masuk neraka. Dalihnya adalah bahwa mereka sudah mendengar Injil dan peringatan-Nya, padahal mereka tidak ditentukan untuk selamat. Sandiwara macam apa ini?

https://overcast.fm/+IqOBkCZgw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar