Penentuan untuk menjadi saudara bagi Yesus, di mana Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara adalah hal yang sangat luar biasa dan sesuatu yang tak ternilai harganya. Inilah target yang harus dicapai oleh orang percaya. Orang percaya dikehendaki untuk mencapai prestasi ini. Meleset dari prestasi ini berarti hamartia (meleset). Itulah sebabnya dalam kehidupan orang peraya untuk kata dosa adalah hamartia. Dalam hal ini orang percaya dipanggil untuk memiliki ketepatan berpikir, berucap, dan bertindak sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Dalam hal ini Paulus menasihati agar kita memiliki pikiran dan perasaan seperti Tuhan Yesus Kristus. Pada level tertentu orang percaya dapat berkata: “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.”
Banyak orang Kristen tidak menyadari hal ini, itulah sebabnya mereka puas dengan hidup keberagamaan mereka yang dangkal dan miskin. Sehingga mereka hidup dalam kewajaran seperti anak dunia lainnya. Cara berpikir dan gaya hidup yang salah tersebut sudah cukup dapat mengandaskan hidup Kekristenan mereka, sehingga mereka gagal memiliki keselamatan yang disediakan oleh Allah untuk dikembalikan ke rancangan Allah semula. Mereka tidak mengerti tanggung jawabnya untuk bertumbuh dalam proses dimuridkan oleh Tuhan Yesus agar menjadi serupa dengan Dia; sempurna seperti Bapa. Dengan cara ini orang-orang Kristen tersebut bukan saja dikondisi tidak aktif -walau kelihatannya aktif dalam kegiatan gereja- tetapi sebenarnya mereka tergiring ke dalam kegelapan abadi.
Itulah sebabnya sangatlah penting untuk selalu dikemukakan bahwa bangsa-bangsa di luar orang Kristen juga memiliki kemungkinan menjadi anggota masyarakat dalam Kerajaan Surga, yaitu mereka yang mengasihi sesama seperti diri sendiri (Mat. 25:26-41). Tuhan Yesus pun mati di kayu salib untuk mereka, yaitu memikul semua hukuman atas atau akibat pelanggaran semua manusia di muka bumi ini. Dalam hal ini perbuatan baik merupakan ukuran penghakiman bagi mereka yang tidak mendengar Injil. Jelas sekali, berulang-ulang Alkitab menunjukkan bahwa semua orang akan dihakimi menurut perbuatannya. Perbuatan tersebut berdasarkan hukum atau suara hati nurani mereka (Rm. 2:12-16; Why. 20:12). Hal ini dikemukakan untuk menunjukkan perbandingan antara orang percaya sebagai umat pilihan dan mereka yang tidak menjadi umat pilihan.
Perbandingan di atas dimaksudkan untuk membuka mata pengertian orang percaya agar mengerti akan panggilannya yang merupakan hal yang luar biasa. Panggilan yang hanya diperuntukkan untuk umat pilihan. Orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan. Itulah sebabnya Yesus berkata: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 5:20). Moral anak-anak Allah harus lebih dari rohaniwan manapun. Standar kesempurnaan orang percaya adalah Bapa sendiri. Terkait dengan hal ini Yesus berkata: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat. 5:48). Oleh sebab itu keadaan orang percaya tidak boleh sama dengan orang yang bukan umat pilihan. Umat pilihan adalah umat yang berkeadaan sangat jauh berbeda dengan mereka yang bukan umat pilihan. Hal ini terkait dengan hal kesulungan Yesus di antara banyak saudara.
Ada dua aspek penting terkait dengan hal kesulungan. Pertama,mengenai rahasia Tritunggal. Satu hal yang sangat prinsip yang tidak boleh gagal dimengerti bahwa Allah Anak selamanya adalah Anak yang tidak mungkin sejajar dengan Bapa. Bapa adalah Pribadi yang mempunyai segala kuasa, Kerajaan, dan kemuliaan. Yesus sebagai Allah Anak tidak memiliki kemuliaan dari diri-Nya sendiri, tetapi semua kemuliaan yang dimiliki-Nya diberikan oleh atau berasal dari Bapa. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menjadi utusan dan ketika menjadi Tuhan pun bagi kemuliaan Allah Bapa, bukan bagi kemuliaan diri-Nya sendiri (Fil. 2:9-11).
Kedua,kita sebagai manusia berdosa telah menerima penebusan, yang selanjutnya melalui proses pendewasaan atau penyempurnaan kita menjadi serupa dengan Yesus. Hal ini yang melayakkan kita menjadi anggota keluarga Kerajaan, dimana kita akan dimuliakan bersama-sama dengan Yesus. Ini adalah suatu keberadaan yang sangat luar biasa, yang dialami dan dimiliki oleh mereka yang menang. Mereka yang menang adalah mereka yang menderita bersama-sama dengan Yesus. Inilah prestasi keselamatan. Prestasi rohani orang percaya bukan diukur dari penilaian manusia sekalipun ia adalah pimpinan sinode, tetapi melakukan kehendak Bapa yang sama dengan seperti Yesus.
https://overcast.fm/+IqOAVnfD8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar