Bila yang dipahami sebagai “yang ditentukan” dalam Roma 8:29 adalah manusianya atau individunya, pandangan ini sangatlah keliru dan menyesatkan. Salah satu akibat dari kesalahan ini adalah hal keserupaan dengan Yesus bukan sesuatu yang unggul atau luar biasa yang menjadi tujuan perjalanan hidup Kekristenan. Hal keserupaan dengan Yesus bukan sesuatu yang patut diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Hal serupa dengan Yesus bisa dianggap tidak penting sebab menjadi serupa dengan Yesus atau tidak, bukan menjadi masalah sama sekali. Karena mereka yang dipilih masuk surga akan pasti masuk surga, tidak perlu ditentukan oleh keserupaan dengan Yesus atau menjadi sempurna.
Biasanya mereka berpikir bahwa manusia diselamatkan bukan karena perbuatan baik. Mereka juga memiliki prinsip bahwa menjadi sempurna bagaimanapun tidak membuat seseorang bisa masuk surga. Dalam hal ini, pikiran mereka menjadi bodoh dan sempit. Harus dimengerti bahwa keselamatan memang bukan karena perbuatan baik, keselamatan terjadi hanya oleh korban Yesus, yaitu dengan penebusan-Nya dan pemberian kuasa-Nya supaya kita menjadi anak-anak Allah. Keselamatan pada intinya adalah proses dikembalikannya manusia kepada rancangan semula Allah. Hal ini sama dengan menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Kesempurnaan bukanlah untuk selamat, tetapi untuk mengisi maksud keselamatan itu diberikan yaitu dikembalikan ke rancangan semula agar orang percaya layak dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Penentuan untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, Tuhan Yesus, merupakan penentuan atau penunjukkan yang sangat luar biasa. Tidak ada masa atau periode di mana manusia diperkenan memiliki keadaan moral seperti Tuhan sendiri. Inilah masa di mana Allah hendak mengembalikan manusia ke rancangan-Nya semula. Yesus adalah model atau prototipe manusia yang dikehendaki oleh Allah. Terkait dengan hal ini Tuhan Yesus pun juga menyatakan bahwa banyak nabi-nabi dan orang-orang benar ingin mendengar dan melihat apa yang kita dengar dan lihat, yaitu keselamatan dari Allah ini, tetapi mereka tidak mendengar dan melihat, sebab mereka bukan orang yang dipilih.
Dengan penentuan atau penunjukkan tersebut secara tidak langsung juga hendak dikemukakan betapa hebat kekuatan kasih karunia yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu kemampuan atau kuasa (Yun. Exousia) supaya menjadi anak-anak Allah. Frasa “anak Allah” dalam teks aslinya untuk Yohanes 1:11-13 adalah teknon (τέκνον), yang maksudnya anak dalam arti keturunan. Dalam keselamatan tersedia fasilitas penggarapan Allah atas umat pilihan yang memberi diri digarap oleh Allah melalui Roh Kudus untuk dapat memiliki kodrat seperti Allah (berkodrat Ilahi). Dengan demikian, “dilahirkan oleh Allah” artinya diubah oleh kekuatan Allah untuk berkeadaan seperti Allah sebagai Bapa.
Pada masa anugerah ini Allah hendak “melahirkan” manusia sehingga dapat berkeadaan seperti diri-Nya sendiri. Dalam hal ini manusia dapat mengenakan kodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Inilah sebenarnya inti kabar baik. Tidak ada hal yang lebih besar dalam hidup ini, dari hal mengenakan kodrat Ilahi. Ini adalah berkat terbesar dan berkat kekal. Jadi, kalau kabar baik disimpangkan menjurus kepada berkat jasmani seperti penganut Teologi Kemakmuran, maka berarti unsur kesesatan yang menggagalkan rencana Allah sudah dikonsumsi umat Kristen. Ini adalah kebodohan yang sangat menyesatkan. Penganut Teologi Kemakmuran dalam stadium tertentu sama seperti menyembah Iblis karena diperkenankan untuk menikmati dunia sama seperti anak-anak dunia. Pada dasarnya mereka tidak mengikut jejak Yesus dan tidak mengikuti teladan yang ditunjukkan Paulus sebagai model anak Allah yang baik di antara umat pilihan.
Hal menjadi serupa dengan Yesus yang adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol. 1:15), yang menjadi teladan hidup kita, dan adalah hal paling penting dalam kehidupan kita. Jika kita berjuang melakukannya, maka kita dapat mencapai keadaan seperti diri-Nya. Ini harus kita pandang sebagai sebuah keniscayaan; bukan sesuatu yang tidak mungkin. Itulah sebabnya dikatakan bahwa Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Kata “sulung” dalam teks aslinya adalah prototokos (πρωτότοκος), yang artinya the firstborn, yaitu yang memulai atau mengawali. Kata “yang sulung” juga bisa berarti sebagai Sang Pionir, artinya yang memelopori atau merintis. Seharusnya Adam yang memelopori atau merintis sebagai makhluk yang segambar dan serupa dengan Allah (tselem dandemuth), tetapi Adam gagal. Tuhan Yesus sebagai Adam terakhir atau Adam kedua yang berhasil memelopori atau merintis. Itulah sebabnya Ia dikatakan sebagai pokok keselamatan (Ibr. 5:7-9). Pokok keselamatan di sini artinya bahwa Yesus yang memulai dan menjadi penggubah bagi manusia (untuk segambar dan serupa dengan Allah).
https://overcast.fm/+IqODcew5A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar