Perjuangan Yesus sebagai anak manusia Dia
mengosongkan diri.
Maka Dia harus memperjuangkan jadi pribadi yang diperkenan Allah Bapa.
Bapa tidak memberi kemudahan kepada Yesus untuk mencapai kesempurnaan.
Jika Yesus sendiri harus berjuang untuk kesempurnaan, kita juga harus berjuang.
Jangan berpikir perjuangan Tuhan Yesus itu menggantikan tanggung jawab perjuangan kita.
Itu asumsi yang merusak.
Ketika Dia mencapai kesempurnaan Dia menjadi pokok keselamatan bagi orang yang taat kepada-Nya.
Ibrani 2 : 15 - 17
Pada waktu Yesus menjadi manusia dalam segala hal Dia disamakan dengan kita.
Dia memiliki potensi untuk menang, tapi juga peluang untuk gagal.
Kalau Dia gagal tidak taat kepada Bapa di Surga, Dia tidak pernah menjadi Juruselamat, Dia tidak akan jadi Kristus yang artinya : diurapi.
Tuhan Yesus mengalami saat kritis waktu Dia mencoba menyodorkan keinginanNya agar Dia tidak mengalami salib.
"Jikalau boleh cawan ini lalu padaKu "
Kalau Dia berkeras, kalau boleh cawan ini lalu padaKu,
- Dia tidak ditangkap di Taman Getsemani.
- Tidak pernah ada peristiwa pengadilan Pilatus atas Dirinya.
- Tidak ada fragmen Via Dolorosa.
- Tidak ada fakta penyaliban.
- Tidak pernah ada kematian dan kebangkitan.
- Dan pasti tidak akan pernah ada kenaikan ke Surga.
Apakah mungkin ketika Yesus berkata jikalau cawan ini lalu dari hadapanKu,
lalu Tuhan Yesus tidak menambah kalimat tetapi biarlah kehendakMu yang jadi bukan kehendakKu.
Jika tidak menambah kalimat jikalau cawan ini lalu dari hadapanKu, apakah Bapa memaksakan pernyaliban iti terjadi ?
Jika terjadi maka pengorbanan Yesus bukan pengorbanan kerelaan.
Saat - saat Kritis itu Tuhan kita Yesus Kristus memilih untuk mentaati Bapa di Surga dari pada memaksakan keinginanNya sendiri.
Itulah dikatakan Firman Tuhan setelah Dia mencapai kesempurnaan Dia menjadi pokok keselamatan bagi orang yang taat kepadaNya.
Dia menjadi teladan, Dia menjadi contoh, Dia yang akan menjadi pengukir hidup kita kalau kita taat kepada-Nya.
Sekarang masalahnya seberapa kita memilih kesetiaan taat kepada Tuhan ?
Kebangkitan Yesus menjadi awal kebangkitan dari orang - orang saleh yang taat kepada-Nya.
Tidak semua orang - orang saleh Perjanjian Baru yang mengikuti jejak Tuhan yang meneladani hidupNya.
Kita tidak cukup memiliki iman sejarah hanya meyakini fakta penyaliban Yesus, kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke Surga.
Bukan hanya meyakini fakta empiris bahwa Anak Allah pernah menjadi manusia, menjadi Tuhan dan Juruselamat.
Dia bukan benda museum yang menjadi saksi peristiwa yang pernah terjadi.
Dia menyertai kita dengan amanat agung , "Jadikan semua bangsa murid-Ku, dan Aku menyertaimu sampai kesudahan jaman."
Jadikan semua orang artinya : belajar padaku, supaya serupa dengan Aku.
Jadi kalau kita tidak memiliki perjuangan seperti yang Tuhan Yesus lakukan, gagal Kekristenan kita.
Kita berarti tidak mengikut Yesus.
Kita mengikut yang lain.
Orang yang mengikuti Yesus mengikuti jejak-Nya.
Di dalamnya termasuk perjuangan untuk mencapai kesempurnaan.
Dia sendiri belajar taat dari penderitaanNya walaupun Ia Anak Allah, anak kesayangan Bapa di Surga.
Harus belajar taat, apalagi kita yang sudah rusak.
Kemenangan Yesus untuk diri-Nya sendiri yang berpotensi untuk kemenangan kita, tidak otomatis, bagi yang taat, bagi yang mau belajar.
Bagi yang tidak, tidak.
Kalau Dia tidak menang, tidak kembali ke Surga, Dia tidak menjadi Kristus atau yang diurapi.
Tidak ada fragmen yang lebih genting dari fragmen yang di Taman Getsemani itu.
Puncak kemenangan Yesus di kayu salib.
Ketika kita mengucapkan Bapa kami yang di Surga, dikuduskanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di Surga, itu seperti sebuah kontrak, sebuah perjanjian.
Kamu yang menyebut Dia Bapa, Kamu yang mengatakan dipermuliakan namaMu, kamu yang menghadirkan kerajaan-Nya, kamu yang menyatakan biar kehendakMu yang jadi akan dibawa kepada peristiwa hidup, kejadian - kejadian di mana kita harus memilih dan mengambil keputusan.
Pada waktu itu apakah kita benar - benar hidup pada pertundukkan kepada Bapa ?
Betapa berbahagia orang yang sadar dan mengerti dirinya gagal, karena tindakan hidupnya tidak sesuai kehendak Bapa.
Jadi Ketika kita mengucapkan datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di Surga, itu sebuah perjanjian darah.
Artinya : pertaruhannya bukan hanya pernyataan bibir, tetapi segenap hidup tanpa batas.
Percayalah bahwa apa yang kita perbuatan tidak sila - sia.
Kalau kita tidak menghadirkan kerajaan Allah dalam hidup kita, berarti kita menyalibkan Yesus kedua kalinya.
Kalau orang tidak menyalibkan dagingnya hari ini, berarti menyalibkan Yesus kedua kalinya.
Kalau kita tidak menyalibkan daging kita tidak pernah menjadi milik Tuhan.
Galatia 5 : 24 - 25
Kisah hidup orang yang bisa menghadirkan pemerintahan Allah dan mewujudkan Doa Bapa Kami, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakmu di bumi seperti di Surga, karena akan kaya penuh keharuman Tuhan.
Bisa mewujudkan keharum an Tuhan.
Tapi kalau kita mau - mau sendiri, apa yang aku ucapkan aku ucapkan, apa yang aku mau lakukan, aku buat, itu tidak mewujudkan keharuman Tuhan.
Berapa harganya untuk bisa mewujudkan kisah ini ?
Maka Tuhan berkata, kalau kamu tidak melepaskan segala sesuatu, kamu tidak dapat menjadi muridKu.
Filipi 2 : 5
Dikatakan seperti Dia mengosongkan diri, Dia tidak mengganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan.
Dia itu hebat, pribadi yang ada dalam lembaga Ilahi yang disebut Elohim Yahwe.
Tetapi tidak mengganggap kesetaraan dengan Allah Bapa sebagai milik yang harus Dia pertahankan.
Ini contoh untuk kita.
Jadi kalau kita melepaskan segala milik kita itu perwujudan atau implikasi dari Filipi 2 : 5
Tapi banyak orang tidak sanggup lagi, karena hatinya sudah melekat dengan dunia π ini.
Sebenarnya dia selalu membuat penawaran - penawaran.
Tuhan tidak pernah reduksi harga, tidak mengurangi harga.
Juallah segala milikmu bagikan kepada orang miskin, datanglah dan ikutlah Aku, tidak mau ? Silahkan pergi....
Di dunia yang matrealistis, nihilistis di mana Tuhan dipandang tidak perlu dan tidak ada.
Di dunia yang egois orang hanya melihat kepentingannya sendiri.
Mustahil rasanya untuk hidup menggiring Yesus.
Tapi kita memiliki janji Tuhan, yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah, asal kita mau, asal kita bersedia.
Maka kita harus menyerahkan diri sepenuhnya untuk ini dengan segala resiko.
Hidup ini singkat, kita bernilai jika masuk dalam proyek ini.
Jangan lagi hal - hal sepele, dan banyak hal yang membuat kita jadi tidak stabil dan labil.
Efesus 5 : 14
Ini peta harta karun.
Banyak peta palsu yang tidak membawa kita pada harta karun harta yang mulia.
Ini map yang benar yang membawa kita pada harta mulia.
Tidak bisa dihargai apapun, sangat bernilai.
Tapi Kalau kita tidak menghargai tidak mau belajar mengenakan peta hidup ini, ini peta tidak berharga bagi kita.
Akhirnya kita tidak berharga karena tidak menghargai peta ini.
Kalau kita menghargai peta ini, menjalani peta ini, kita menjadi berharga karena ini membawa kita kepada kekayaan abadi.
Harus mau berubah.
Kita melihat langit terbuka, terbelah, seakan - akan kita bisa melihat kemuliaan kerajaan Surga, sebelum kita masuk ke kerajaan itu.
Kita akan menghadap takhta pengadilan Tuhan, semua akan telanjang di hadapan Tuhan.
Efesus 5 : 14
Siapa yang membangunkan ?
Diri kita sendiri.
Dari antara orang mati, orang yang tidak diperhitungkan.
Orang yang matanya buta, telinganya tuli.
Bukan Tuhan yang membangunkan, Kita yang bangun, kita yang harus membangkitkan diri.
Banyak gereja yang mengadakan KKR se tahun beberapa kali, mengundang pendeta yang dapat menarik massa untuk membangunkan rohani.
Yang sakit sembuh, yang bermasalah dipulihkan.
Padahal itu bukan untuk membangunkan rohani, tetapi pemenuhan kebutuhan jasmani.
Harusnya setiap kebaktian itu merupakan Kebangunan rohani.
Kebangunan rohani harus berlangsung terus pada si pembicara.
Ketika kita bangun dan bangkit, barulah kita bertemu proses Getsemani ini.
Efesus 5 : 15
Kita mau ikut jalan dunia πatau jalan Tuhan Yesus ?
Pada umumnya orang mengikuti jalan dunia, walaupun ia pengikut Yesus.
Kualitas iman kita harus baik.
Seandainya pada waktu itu kita ada, kita menjadi salah satu pengikut Yesus yang setia, bukan yang berkhianat.
Tapi kita ikut Dia sampai ke Golgota.
Kalau murid - muridNya pada waktu itu gagal karena mereka belum mengenal siapa Yesus itu ?
Kita sekarang sudah tahu seharusnya kualitas kita harus lebih dari Petrus.
Mereka ikut Yesus motivasinya agar nasib mereka diubah.
Mereka mengharapkan Yesus menjadi Raja duniawi seperti Herodes atau kaisar - kaisar di Roma.
Jadi bisa dimengerti kemudian mereka menjadi kecewa.
Lalu Petrus kembali menjadi nelayan mengajak teman - teman yang lain.
Matius Lewi pemungut cukai dia tinggalkan meja cukainya, dia tidak bisa balik karena telah melepaskan profesi itu, tidak bisa tidak ikut Petrus saja, ini kasihan.
Mereka sudah mempertaruhkan hidup mereka, ternyata yang diikuti memble, mati dengan cara yang begitu menyedihkan.
Tetapi kita tidak sama dengan Petrus dan teman - temannya yang salah memahami maksud kedatangan Tuhan Yesus.
Tentu kita sudah tahu.
Kalau waktu itu kita sudah ada dengan pengertian seperti ini kita mau disalib bersama Dia, karena kita tahu.
Kalau kita betul - betul berjuang bagaimana mengiring Yesus, kita akan menemukan wajahNya, bukan fantasi.
Ketika kita mau memikul salib kita mengatakan "Tidak " untuk keinginan kita sendiri, ya kehendak Allah, kita akan menemukan wajah Tuhan yang tidak bisa kita gambarkan karena kita meyakini dalam batin,
Dia hidup, Dia menyertai.
Memuliakan Tuhan kalau seluruh kelakuan kita menyenangkan hati Bapa.
Kalau kita puji Tuhan, menganggap Tuhan bernilai, kita ikuti kehendak Bapa.
Yesus kita tidak gila hormat, yang hanya puas dipuji - puji, tanpa melihat keadaan si pemuji.
Bayangan orang persepsi tentang Yesus sebenarnya tidak seperti itu.
Yesus dipersepsikan sosok yang senang dipuji, mulut kita memuji - muji Dia, mengagungkan Dia, lalu Yesus senang.
Tapi Tuhan menghendaki pujian yang benar dari sikap hidup kita yang menghormati Bapa di Surga dan melakukan kehendak Bapa, karena itu memuliakan Bapa.
Bukan hanya puji-pujian di bibir saja, tetapi kita melakukan semua kehendak Bapa.
Kita harus masuk Getsemani, masuk dalam kehendak Bapa, membunuh napsu, membunuh ambisi,
Harus menyembelih kedagingan sendiri.
Menjadi korban bakaran yang harus dicium Bapa di Surga, dan menyenangkan hati-Nya.
Kita bisa mewujudkan, membuktikan, menggelar kehidupan yang mengikut Yesus
Kita akan menemukan story yang tertulis di kitab emas kerajaan di Surga.
Sebab yang mengalahkan iblis, adalah darah Yesus dan orang - orang yang tidak menyayangkan nyawanya, orang - orang yang memperjuangkan bagaimana kehidupan Yesus diperagakan di dalam hidupnya.
Sebelum kita menutup mata, buat kisah hidup ini.
Dia bukan fantasi, Dia Allah yang hidup dan nyata.
Kehidupan-Nya kita gumuli untuk kehidupan kita hari ini.
Filipi 3 : 10
Paulus melepaskan semuanya dan mengganggapnya sampah supaya memperoleh Kristus.
Tidak ada kekristenan tanpa barter.
Anak - anak Allah adalah orang - orang memiliki pergumulan penderitaan yang Tuhan Yesus alami.
Memang secara kasus tidak sama, tetapi esensi inti pergumulan hidup itu sama.
Dan Tuhan menyediakan menu itu.
Karenanya Dia berkata, Jadikanlah semua bangsa muridKu.
Itu harus kita terima sebagai berkat.
Sangat sedikit orang yang mengalami ini.
Biarlah kita yang termasuk sedikit ini.
Karena Yesus berjuang, kita juga harus berjuang.
Ini perjuangan untuk mencapai keselamatan yang Tuhan berikan.
JBU π·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar