Sabtu, 06 April 2019

Truth 06 April 2019 PERTIMBANGAN TUHAN

     Sejak dahulu, dalam sejarah gereja abad mula-mula banyak teolog sudah mempersoalkan pernyataan Alkitab mengenai pemilihan dan penentuan Allah (Theos) berkenaan dengan keselamatan yang diterima seseorang. Ayat-ayat tersebut antara lain: Efesus 1:4-5,11; Yohanes 6:37, 39; 15:16; Kisah Rasul 13:48; 2 Tesalonika 2:13; Roma 8:29-30; 9:6-26; dan lain-lain. Banyak teolog berpendapat bahwa Allah memilih dan menentukanorang yang pasti menerima anugerah untuk diselamatkan. Sejatinya pandangan ini tidak tepat. Untuk menemukan makna orisinal dari ayat-ayat tersebut, seorang penafsir tidak boleh terbelenggu atau tersandera oleh suatu premis, sehingga pengertian terhadap ayat-ayat tersebut sudah didasarkan pada premis di dalam pikirannya. Untuk mendapatkan makna orisinal dari ayat-ayat di atas, seorang penafsir harus sungguh-sungguh melihat konteks ayat itu berada, direlasikan dengan pasal, karakter atau sifat kitab, latar belakang, bahasa asli, dan lain sebagainya. Jika dalam menganalisa ayat-ayat tersebut seseorang tidak disandera oleh suatu premis tertentu, maka ia akan memperoleh kebenaran yang Alkitabiah, yaitu makna orisinal dari ayat-ayat Alkitab.

     Kita tidak perlu bingung kalau Paulus menyatakan bahwa Tuhan sudah memilih dan menentukan orang yang akan selamat sejak semula, bahkan sebelum dunia dijadikan. Sebab sebagai orang-orang yang telah merespon anugerah Tuhan dan telah menjadi anak-anak-Nya, orang percaya harus yakin bahwa kitalah orang yang dipilih dan ditentukan sebelum dunia dijadikan untuk memiliki kesempatan menerima anugerah keselamatan, yaitu menjadi kekasih-kekasih-Nya. Namun demikian, hendaknya kita tidak dengan gegabah menyatakan bahwa Tuhan memilih dan menentukan orang-orang tertentu pasti selamat masuk surga berdasarkan kedaulatan-Nya secara sepihak. Bila demikian, berarti kita sudah mulai menilai Tuhan dengan pikiran manusia yang sangat terbatas. Sebagai akibatnya, timbul dugaan dan tuduhan bahwa ada orang-orang tertentu yang oleh kedaulatan Tuhan juga dipilih dan ditentukan untuk binasa. Ini suatu hal yang tidak mungkin, sebab Allah yang adalah kasih adanya tidak menghendaki seorang pun binasa (1Ptr. 3:9-11).

     Memahami kata “dipilih dan ditentukan” harus dilihat dari dimensi atau pandangan yang luas dan fair.Pemilihan dan penentuan tidak boleh diartikan sebagai langkah Allah Bapa tanpa pertimbangan apa pun, menunjuk siapa yang selamat masuk surga dan yang lain berarti masuk neraka. Dalam hal ini Tuhan tidak akan memilih dan menentukan tanpa “sistem” atau tatanan dalam diri Allah yang sempurna. Harus diingat bahwa “yang dipilih” adalah orang-orang yang mendapat kesempatan untuk hidup di zaman Perjanjian Baru, mendengar Injil, dan memiliki kapasitas untuk merespon anugerah. Tuhan adalah Pribadi yang sempurna. Pertimbangan-pertimbangan-Nya juga sangat sempurna. Ia tidak memilih dan menentukan secara acak dan asal-asalan. Sebagaimana di dalam diri manusia yangdiciptakan Tuhan menurut gambar-Nya, ada “kebijaksanaan” yang merupakan rangkaian dari pertimbangan nalar yang melibatkan emosi, perasaan, dan kecerdasan atau rasio.

     Kita tidak boleh menyamakan cara dan kualitas Tuhan dalam memilih atau menentukan, sama dengan kualitas manusia memilih dan menentukan. Pandangan yang mengatakan bahwa di luar kesadaran dan kemauan seseorang, Tuhan sudah menentukan orang-orang tertentu pasti selamat masuk surga adalah pandangan yang mengesampingkan fakta bahwa Tuhan tidak sama dengan manusia. Dalam keberadaan-Nya yang sempurna Tuhan memiliki pertimbangan-pertimbangan yang tidak bisa dipahami dengan nalar kita. Kalau kita mengakui bahwa pikiran Tuhan tak terselami (Rm. 11:33), maka hendaknya kita tidak mencoba merumuskan bahwa Tuhan memilih dan menentukan seseorang untuk selamat berdasarkan kedaulatan-Nya. Harus diingat bahwa yang dipilih adalah sejumlah manusia yang diberi kesempatan untuk mendengar Injil dan merespon anugerah. Adapun penentuan Tuhan bukan pada individu (manusia), tetapi pada standar yang harus dicapai.

     Hendaknya kita tidak mempersempit pandangan kita mengenai pemilihan dan penentuan tersebut dengan merumuskan bahwa tindakan Tuhan hanya berdasarkan kedaulatan-Nya. Kalau manusia memiliki kedaulatan bisa berlaku sewenang-wenang (walau terbatas), tetapi Tuhan dalam kedaulatan-Nya tidak mungkin bertindak di luar kesucian, keadilan, dan keagungan pribadi-Nya. Tuhan bisa saja merancang orang-orang untuk diselamatkan, tetapi Tuhan tidak mungkin merancang seseorang untuk binasa, sebab jelas sekali Firman Tuhan menyatakan bahwa Ia tidak menghendaki seorang pun binasa (2Ptr. 3:9). Hakikat Tuhan yang kasih adanya itu tidak mungkin merancang seseorang binasa dalam siksaan lautan api kekal. Adapun apakah seseorang menolak atau menerima rancangannya tergantung kehendak bebas masing-masing individu.



https://overcast.fm/+IqODNdrx4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar