Minggu, 21 April 2019

Truth 20 April 2019 WUJUD RESPON

     Penyesatan yang merajalela hari ini terjadi adalah berkembangnya pengajaran mengenai pemberitaan nama Yesus, yang hanya menekankan kuasa dan kebaikan-Nya saja, dengan mengesampingkan pengajaran yang diajarkan oleh Yesus di dalam Injil. Pemberitaan seperti ini tidak akan pernah bisa membuat seseorang menjadi manusia pilihan. Nama Yesus tidak berkuasa merubah hidup seseorang tanpa mengerti apa yang diajarkan-Nya di dalam Firman-Nya. Berusaha mengerti Firman Tuhan dan menjadi pelakunya adalah wujud respon mutlak yang harus dilakukan. Injil bagai pakaian yang harus dikenakan. Injil akan membawa seseorang kepada kesucian hidup seperti yang dikehendaki oleh Bapa yang melayakkan seseorang masuk ke dalam pesta Anak Domba Allah. Inilah respon yang harus diwujudnyatakan dalam sebuah tindakan.

     Undangan raja yang mengadakan perjamuan dalam Matius 22:1-14 tidak secara otomatis membuat orang yang diundang bisa menikmati pesta perjamuan. Tetapi respon dalam bentuk menyiapkan pakaian pestalah yang membuat seseorang dilayakkan mengikuti pesta tersebut. Pakaian pesta di sini maksudnya adalah kesucian hidup seperti yang dikehendaki oleh Bapa. Bukan sekadar kebaikan yang menurut kita sudah sering kita lakukan, tetapi kebaikan sesuai dengan standar yang Tuhan mau. Kebaikan menurut Tuhan adalah kembali kepada gambar-Nya. Raja yang mengundang mengingini tamu-tamunya mengenakan pakaian pesta. Pakaian pesta menunjuk kepada kesucian hidup. Tidak mengusahakan memiliki kesucian hidup berarti tidak merespon anugerah dengan benar.

     Di dalam kisah Lot diceritakan bahwa ada satu orang yang tidak terselamatkan, yaitu istri Lot dari keluarga Lot. Ia gagal menerima rencana penyelamatan yang Tuhan sediakan saat itu, hal ini dikarenakan oleh sebab ia tidak dengar-dengaran terhadap perintah Tuhan yang memperingatkan mereka untuk tidak menoleh ke belakang, memandang Sodom-Gomora dalam kehancurannya. Dengan melanggar perintah Tuhan tersebut maka ia menjadi tiang garam. Tentu saja Tuhan tidak bermaksud hanya menyelamatkan sebagian dari keluarga Lot. Tuhan menghendaki semua anggota keluarga Lot selamat, apalagi ia adalah istri Lot. Hendaknya kita tidak berpikir bahwa Tuhan memang menentukan istri Lot tidak selamat.

     Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa (2Ptr. 3:9), rencana besar Tuhan tidak bisa gagal, Ia sempurna dalam rancangan-Nya. Berbicara mengenai rencana Tuhan yang tidak pernah gagal bukan berarti mengesampingkan tanggung jawab manusia yang menjadi subyek rencana Allah. Jadi, kalau istri Lot gagal menerima keselamatan dari Tuhan, maka hal tersebut disebabkan oleh karena manusia itu sendiri. Istri Lot tidak taat terhadap kehendak Tuhan. Tuhan yang baik adalah Tuhan yang menegakkan tatanan sesuai dengan Firman-Nya. Tuhan yang tidak menghendaki seorang pun binasa, tetapi setiap orang harus menuai apa yang ditaburnya. Tuhan menghendaki setiap orang berjalan dalam koridor atau jalur Tuhan, sehingga mereka dapat menerima keselamatan. Tetapi semua itu tergantung dari respon masing-masing invidu dalam menerima dan merespon keselamatan yang Allah sediakan.

     Demikian pula halnya dengan keselamatan. Hal keselamatan merupakan pilihan dan sangat melibatkan keputusan pribadi setiap individu dari kehendak bebas yang telah Tuhan berikan. Hal ini bukan berarti manusia boleh merasa memiliki jasa dalam keselamatan, karena harus kita ingat bahwa keselamatan adalah anugerah, artinya bahwa bagaimanapun kita tidak bisa mengusahakan keselamatan kita sendiri. Keselamatan diberikan Tuhan dengan cuma-cuma tanpa memandang kelayakan kita yang menerima anugerah tersebut. Yang harus kita lakukan hanyalah merespon keselamatan yang telah Tuhan tawarkan. Menerima atau menolaknya merupakan respon atas pilihan kita terhadap keselamatan tersebut. Dan manusia adalah makhluk cerdas yang harus mengetahui hasil akhir dari setiap pilihan-pilihan hidupnya. Keselamatan yang akan membawanya ke surga atau kebinasaan yang akan membawanya ke neraka, semua berada dalam respon atas pilihan manusia itu sendiri.

     Dengan demikian manusia adalah makhluk yang dapat merancang hari esoknya, bukan hanya sementara hidup di bumi ini tetapi juga nanti di kekekalan. Untuk keadaan yang akan diawali atau dihadapi di bumi ini bagaimanapun selalu ada unsur spekulatif, tidak ada manusia yang bisa memastikan. Itulah sebabnya manusia membutuhkan penyertaan Tuhan agar segala sesuatu yang terjadi dipandang baik atau buruk selalu bisa mendatangkan kebaikan artinya berdaya guna, mempersiapkan diri menghadapi kekekalan. Adapun keadaan kekal yang akan dihadapi manusia tidak berunsur spekulatif, tetapi sebuah kepastian. Tuhan tidak membuka celah adanya unsur spekulasi berkenaan dengan keberadaan atau nasib kekal seseorang, hal ini membuat setiap individu dapat merajut dengan jelas nasib kekalnya.

https://overcast.fm/+IqOBpEZjY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar