Respon bukanlah sekadar ucapan bibir percaya atau setuju dengan apa yang diberitakan, tetapi iman yang juga dinyatakan dalam tindakan konkret. Yakobus menegaskan: “…oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yak. 2:17-26). Iman menjadi sempurna melalui tindakan selama bertahun-tahun, yang pada akhirnya tindakan perbuatan nyata tersebut terkristal sampai membangun sebuah keadaan moral yang berstandar Yesus. Tindakan perbuatan nyata inilah yang sebenarnya dapat disebut sebagai respon manusia. Inilah iman yang yang benar.
Dengan mengakui bahwa respon manusia juga berperan dalam karya keselamatan Kristus, hal ini mengesankan seolah-olah anugerah yang Tuhan berikan belum cukup. Hal inilah yang membuat sebagian orang Kristen merasa terganggu,sebab menurut mereka manusia tidak sanggup sama sekali untuk selamat, perlu intervensi Tuhan sepenuhnya atau secara mutlak agar manusia diselamatkan. Hal ini didasarkan pada suatu ayat yang mengatakan: “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Ef. 2:1). “Mati” di sini sering dipahami bahwa manusia tidak sanggup sama sekali untuk merespon anugerah Tuhan. Kalaupun bisa merespon anugerah tersebut, itu karena intervensi Tuhan di dalam batin manusia. Jadi semua dikerjakan oleh Tuhan dan manusia tidak memiliki peran sama sekali. Benarkah hal ini? Apakah respon manusia sama sekali tidak berguna atau tidak berperan? Kalau manusia tidak diharapkan responnya mengapa Tuhan selalu menyerukan panggilan pertobatan? Apakah semua itu sandiwara belaka? (Mat. 3:2; 4:17; 11:20; 18:3; Luk. 13:3,5; Kis. 2:38; 3:19; Rm. 2:5; 2Kor. 7:9; 2Ptr. 3:9; Why. 2:5; 2:16; 2:21; 2:22; 3:3; 3:19; dan masih banyak lagi).
Bila semua dikerjakan oleh Tuhan, maka orang percaya tidak perlu bertindak apa pun sebab keselamatan sudah dikerjakan oleh Tuhan sendiri. All in. Pemahaman seperti ini akan menutup mata pengertian jemaat Tuhan, sehingga mereka tidak tahu bahwa setiap kita juga dituntut untuk bertanggung jawab (Mat. 12:36; Rm. 14:12; 2Kor. 5:9-10; Ibr. 4:13; 1Pet. 4:15). Tanggung jawab itu berupa respon dari manusia terhadap anugerah-Nya. Respon ini bukan sesuatu yang sederhana. Kalau Abraham merespon anugerah sebagai tanggung jawab dengan meninggalkan Ur-Kasdim sampai ia harus memberi korban bakaran dengan menyembelih anaknya sendiri, maka itu adalah bentuk respon konkret yang menunjuk kepada iman Abraham. Demikian pula orang percaya harus berani melepaskan segala sesuatu untuk merespon anugerah Tuhan (Luk. 14:33). Respon tersebut sama dengan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12).
Firman Tuhan mengatakan: “Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Kata “kerjakanlah” dalam teks aslinya adalah katergezeste (κατεργάζεσθε) yang keterangannya adalah verb imperative present middle 2nd person plural (kalimat perintah bentuk) dari kata katergazomai (κατεργάζομαι). Kata ini berarti “selesaikanlah” atau membuat lengkap atau utuh (accomplish, make completely ready).Orang percaya dipanggil untuk menyelesaikan panggilan keselamatan, yaitu agar orang percaya memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Yun. Phroneo) seperti yang dikemukakan dalam Filipi 2:5-7. Orang percaya memiliki bagian yang harus dipenuhi.
Di dalam perintah untuk menyelesaikan keselamatan tersebut, ketika manusia memberi respon, maka dari pihak Tuhan Ia melakukan intervensi dengan memberikan tuntunan. Hal ini dikemukakan dalam Filipi 2:13 bahwa Allahlah yang “mengerjakan” di dalam kita, baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Kata “mengerjakan” dalam teks aslinya adalah energon (ἐνεργῶν) dari akar kataenergeo (ἐνεργέω). Kata ini artinya bekerja di dalam (active be at work) atau memberi kekuatan (energi) dari dalam. Kata energon memiliki keterangan sebagai verb participle present active nominative masculine singular (kata kerja participle bentuk sekarang aktif nominative). Hal Ini menunjukkan pekerjaan atau tindakan yang dilakukan secara terus menerus.
Sebenarnya kata katergezeste dan energeo memiliki kata dasar yang sama yaitu ergon(ἔργον). Katergezeste gabungan dari kata dan ergon (κατά, ἐργάζομαι), sedangkan energon dari kata en dan ergo (ἐν, ἔργον). Hal ini menujukkan bahwa manusia mengerjakan keselamatannya dari dirinya sendiri, sedangkan Tuhan dari dalam diri manusia memberi kemampuan. Hal ini bisa menunjuk Roh Kudus yang dimateraikan menuntun manusia kepada seluruh kebenaran-Nya. Ini seperti sebuah kolaborasi atau kerjasama yang sangat luar biasa antara setiap individu orang percaya dengan Tuhan yang diwakili Roh Kudus di dalam kehidupan manusia. Pada akhirnya tidak terbantahkan bahwa kesucian hidup seseorang adalah hasil kerjasama antara setiap individu orang percaya tersebut dengan Roh Kudus. Bagaimanapun peran manusia menentukan keselamatan pribadinya.
https://overcast.fm/+IqOA22f_Q
Tidak ada komentar:
Posting Komentar