Banyak orang Kristen beranggapan bahwa kalau mereka sudah merasa percaya kepada Tuhan Yesus di dalam pikiran, maka secara otomatis mereka sudah menjadi orang-orang yang dipilih dan ditentukan pasti selamat. Mereka merasa berhak meyakini bahwa mereka pasti masuk surga. Karena pemahaman ini maka banyak orang Kristen sudah merasa tenang, sebab merasa sudah diakui sebagai umat pilihan yang pasti masuk surga. Padahal sebenarnya mereka harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan menjadi umat pilihan, iman, dan apakah keselamatan itu.
Salah satu yang menjadi penyebab kesalahan ini adalah pengesahan dari pihak gereja tertentu yang menyatakan bahwa jemaat yang sudah mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, dan pergi ke gereja berarti sudah menjadi umat pilihan Allah yang sudah diselamatkan, dan pasti masuk surga. Di sini Kekristenan menjadi murahan, Kekristenan dikesankan menjadi jalan mudah masuk surga. Inilah Kekristenan tanpa perjuangan, tanpa proses didewasakan. Sebagai akibatnya, orang Kristen seperti itu tidak mengalami pertumbuhan rohani secara proporsional. Padahal Tuhan Yesus mengatakan bahwa untuk diselamatkan seseorang harus “berjuang untuk masuk jalan sempit” (Luk. 23:13-14).
Sesungguhnya menjadi umat pilihan Allah yang pasti selamat masuk surga adalah umat pilihan yang terpilih, bukan karena seseorang terlahir dari keluarga Kristen, juga bukan karena “pengesahan dari gereja.” Tetapi pengakuan dari Tuhan yang menyatakan bahwa orang tersebut melakukan kehendak Bapa (Mat. 7:21-23). Dalam hal ini menjadi umat pilihan yang benar-benar terpilih adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa bukan hanya sekadar memiliki keyakinan dalam pikiran bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Dalam hal ini keselamatan harus benar-benar direspon dengan tindakan, bukan hanya dengan keyakinan di dalam pikiran. Pengertian iman atau percaya yang benar sangat terkait dengan pengertian keselamatan. Keselamatan adalah usaha Tuhan atau sebuah proses dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula. Tentu saja kehidupan orang percaya yang memiliki percaya atau iman yang benar adalah dalam tindakan yang membuatnya dapat dikembalikan ke rancangan Allah semula. Kehidupan orang percaya seperti ini tentu saja sangat berbeda dengan mereka yang tidak percaya. Dengan demikian kualitas hidup orang percaya menunjukkan kebenaran imannya.
Umat pilihan yang benar-benar terpilih adalah mereka yang memiliki keberadaan sebagai anak-anak Allah, yang hidup tidak bercacat dan tidak bercela. Ini adalah orang-orang yang merasakan kebencian dan jijiknya terhadap dosa. Mereka juga menghayati bahwa dunia ini bukan rumahnya, sehingga berkerinduan pulang ke surga. Mereka juga bekerja keras memaksimalkan semua potensi untuk kepentingan pekerjaan Tuhan semata-mata dalam keseluruhan kehidupan ini. Dengan demikian mereka merasa tidak memiliki kepentingan apa pun dalam hidup ini kecuali melayani Tuhan. Orang percaya yang benar, yang berhak meyakini bahwa dirinya pasti selamat dan diterima sebagai anggota keluarga Kerajaan Surga adalah orang-orang yang tidak bisa lagi dibahagiakan oleh dunia ini, sehingga tidak menantikan apa pun selain perjumpaan dengan Tuhan.
Orang beriman yang benar dengan kehidupan yang semakin seperti Yesus, pasti lebih dapat menghayati bahwa dunia ini bukan rumahnya. Dengan kehidupan seperti ini maka ia tidak terikat oleh keindahan dunia ini dengan segala hiburannya. Tidak ada yang dapat membahagiakan hidup orang-orang seperti itu kecuali Tuhan dan Kerajaan-Nya saja. Dengan demikian ia akan sangat merindukan perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang menjadi kekasih jiwanya. Sementara hidup di dunia, mereka berusaha untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Hidupnya adalah pelayanan bagi Tuhan, dimulai dari hidupnya setiap hari yang menyenangkan hati Bapa sampai kepada perjuangan untuk menjadikan orang lain berkeadaan seperti dirinya. Inilah ciri umat pilihan yang benar-benar terpilih.
Gereja harus berani berbicara tegas dan jelas bahwa untuk menjadi umat pilihan yang terpilih -sehingga diperkenan masuk anggota keluarga Kerajaan- bukanlah jalan yang mudah. Beriman atau percaya bukan sekadar aktivitas di dalam pikiran atau nalar, atau yang disebut juga sebagai pengaminan akali atau persetujuan pikiran. Percaya adalah tindakan, penyerahan diri sepenuh kepada obyek yang dipercayai. Kalau seseorang percaya kepada Tuhan Yesus berarti orang tersebut harus melakukan kehendak Bapa. Tentu saja kehendak Bapa pada intinya adalah mengenakan hidup yang telah dikenakan oleh Yesus. Kehidupan Yesus yang merupakan contoh dari seseorang yang sesuai dengan rancangan Allah semula. Bapa menghendaki agar umat pilihan bisa berkeadaan seperti Putra Tunggal-Nya. Jadi, bila hendak melihat kehidupan manusia yang sesuai dengan rancangan Allah semula, adalah dengan melihat kehidupan Yesus.
https://overcast.fm/+IqOBF050A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar