Sebenarnya, tidak salah menjadikan Tuhan 💗sebagai sumber berkat dan pertolongan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani (kesembuhan, ekonomi dan lain sebagainya).
Tetapi bila hal itu menjadi alasan seseorang menjadi orang percaya atau suatu usaha untuk menemukan kegembiraan hidup di dunia ini, maka ini berarti memiliki “allah lain”.
Allah lain di sini maksudnya adalah menjadikan pemenuhan kebutuhan jasmani sebagai kegembiraan hidup dan tujuan kehidupan ini.
Tuhan 💗 yang seharusnya menjadi tujuan dan sumber kegembiraan kita, tidak boleh dan tidak bisa digantikan hal lain.
Hal ini bukan berarti menjadi orang Kristen 👥 akan menjadi miskin secara materi.
Justru ketika kita tidak menjadikan materi sebagai tujuan dan kegembiraan hidup, Tuhan akan memercayakan kepada kita segala berkat jasmani yang dapat kita gunakan untuk mengabdi kepada-Nya.
Iblis telah menyesatkan banyak orang Kristen 👥 hari ini.
Ketika pemberitaan Injil dijadikan sarana pemenuhan pemenuhan kebutuhan jasmani, fokus keselamatan menjadi bergeser.
Keselamatan yang seharusnya menjadi upaya Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula, menjadi gagal oleh kebodohan manusia yang fokus pikirannya tertuju kepada perkara-perkara duniawi (Flp. 3:19).
Pemberitaan Injil yang sebenarnya bukan Injil ini memang disambut baik dan sangat digemari, tetapi mereka tidak mengalami keselamatan yang disediakan Tuhan 💗
Mereka merasa sudah menjadi umat pilihan Tuhan yang disayang Tuhan, padahal mereka masih dalam belenggu ilah lain, yaitu kekayaan dunia yang membutakan pikiran mereka (2Kor. 4:4).
Mereka semakin buta dan pikiran mereka semakin tumpul untuk mengerti kebenaran, sehingga telinga mereka sudah tidak lagi bisa mendengar kebenaran.
Mereka 👥 mengumpulkan guru-guru yang menyenangkan telinga mereka sendiri (2Tim. 4:3).
Inilah yang mengakibatkan banyak orang tidak menemukan iman yang dikehendaki oleh Tuhan atau yang dimaksud oleh Alkitab 📚 Perjanjian Baru.
Tuhan Yesus menghendaki agar mereka yang mengikut Yesus karena melihat tanda.
Dalam bahasa aslinya kata tanda adalah semeion (σημεῖον), yang artinya petunjuk arah.
Pengikut Yesus 💗 harus mengerti apa yang dikehendaki oleh Allah untuk dilakukan.
Orang beragama seperti agama Yahudi pada zaman Yesus mengajarkan umatnya untuk fanatik terhadap Elohim Yahwe, setia kepada Bait Allah dan melakukan hukum Taurat secara ketat.
Hal itu mereka anggap sudah memenuhi kehendak Allah 💗 atau kehidupan sebagai orang yang memercayai Allah. Mereka memahami yang diajarkan Musa demikian. Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan bahwa mereka harus mengerti apa yang dikehendaki oleh Allah untuk dilakukan dalam segala hal dan setiap saat.
Kemudian Tuhan Yesus 💗 menunjukkan apa yang harus mereka lakukan: Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” (Yoh. 6:27).
Tuhan Yesus menjelaskan maksud tanda itu adalah agar mereka 👥 mengerti bagaimana mengisi hidup ini, yaitu bukan untuk sesuatu yang tidak membawa kehidupan kekal, tetapi bekerja untuk makanan yang bertahan sampai pada hidup yang kekal. Kata bertahan dalam teks aslinya adalah meno (μένω), yang artinya menetap.
Makanan yang dapat membuat orang percaya 👥 menetap dalam kehidupan yang kekal bersama dengan Tuhan Yesus dalam kemuliaan-Nya.
Percaya kepada Yesus berarti mengenakan kehidupan-Nya.
Kehidupan Yesus adalah kehidupan melakukan kehendak Bapa.
Hal ini dikatakan oleh Tuhan Yesus bahwa makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34). Orang yang mengaku percaya, tetapi tidak melakukan kehendak Bapa💗 belum bisa disebut sebagai orang percaya. Jadi, percaya di sini artinya mengikuti jejak hidup Yesus, yaitu melakukan kehendak Bapa.
Kehendak Bapa adalah kehendak Roh-Nya yang dimateraikan di dalam diri kita, di mana kita bisa selalu berinteraksi dengan Allah setiap saat.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar