Menanggalkan keinginan bukan berarti tidak memiliki keinginan sama sekali.
Manusia π₯ diciptakan dengan pikiran dan perasaan.
Dengan pikiran dan perasaaan, maka manusia dapat memiliki kehendak atau keinginan.
Tidak bisa tidak manusia pasti memiliki keinginan. Keinginan atau kehendak inilah yang membuat dinamika kehidupan. Tanpa keinginan, manusia π₯ menjadi deret-deret boneka yang digerakkan oleh remote seperti sebuah mesin otomatis.
Dalam hal ini manusia memiliki kemandirian atau indipendensi dalam kehendak atau keinginannya. Jika tidak demikian, maka tidak perlu ada hukum, surga dan neraka, dan manusia juga tidak perlu memahami kehendak Allah π
Manusia tidak perlu bertanggung jawab atas perbuatan dari keputusan dan pilihan-pilihannya, sebab semua berlangsung atau terjadi oleh pengaturan yang berasal dari luar dirinya.
Dengan adanya keinginan, maka manusia harus mengarahkan hidupnya, apakah melakukan kehendak Tuhan π atau kehendakTuhanandiri.
Itulah sebabnya orang percaya harus belajar kebenaran untuk mengerti kehendak Tuhan π Selanjutnya jiwa kita harus dibuka, agar kita mengisi jiwa kita dengan keinginan Tuhan semata-mata.
Ini akan membuka kesempatan di mana kehendak Tuhan-lah yang menguasai kehidupan kita.
Dalam hidup ini, sebagai umat tebusan, memang kita harus hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa π
Orang yang berhasrat melakukan kehendak Bapa akan diberi kepekaan untuk mengerti apa yang dikehendaki-Nya.
Kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak Bapa, Bapa melalui Roh Kudus π, tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya, ia tidak memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak Tuhan.
Ingat, bahwa Tuhan tidak akan memberikan barang yang kudus kepada anjing dan tidak melemparkan mutiara kepada babi (Mat. 7:6).
Ucapan Tuhan Yesus π ini jelas menunjukkan bahwa Ia tidak akan memberikan sesuatu yang bernilai tinggi atau berharga kepada mereka yang tidak layak menerimanya atau yang tidak berkerinduan mengerti Firman untuk dilakukan.
Itulah sebabnya dapat kita jumpai orang-orang yang bisa mengerti kehendak Bapa π dengan melimpah, dan mereka membiasakan diri hidup di dalam kehendak Bapa. Sebaliknya, banyak orang yang buta dan tuli terhadap apa yang dikehendaki oleh Bapa.
Mereka tidak akan bisa mengerti kehendak Bapa, apalagi melakukannya.
Banyak orang π₯ merasa tidak perlu mengerti dan melakukan kehendak Bapa.
Mereka berpikir bahwa Tuhan tidak memberitahukan kehendak-Nya kepadanya. Padahal, bukan Tuhan yang tidak mau memberitahukan kehendak-Nya, tetapi sebenarnya mereka memang pada dasarnya tidak mau tahu atau tidak peduli terhadap kehendak Bapa, serta tidak bersedia melakukan kehendak-Nya.
Mereka π₯ sudah terbiasa hidup hanya untuk menyenangkan diri sendiri. Hidup dalam tawanan keinginan diri sendiri saja. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang dapat digolongkan sebagai manusia celaka.
Hal ini sungguh mengerikan, sebab jumlah manusia yang celaka ini lebih banyak daripada yang dilayakkan menerima kemuliaan bersama Tuhan Yesus Kristus.
Di antara orang-orang yang tidak hidup melakukan kehendak Bapa π ini adalah orang-orang Kristen.
Tuhan adalah Pribadi yang lembut. Ia tidak memaksa orang untuk mengerti kehendak-Nya dan melakukan kehendak-Nya tersebut.
Tuhan memberi kebebasan kepada setiap individu dalam bersikap terhadap Tuhan.
Jadi, kalau hari ini Tuhan π terkesan diam dan tidak peduli dengan keadaan hidup kita yang selalu atau sering tidak melakukan kehendak-Nya, bukan berarti Tuhan masa bodoh dan tidak peduli terhadap hal tersebut.
Tuhan menghendaki agar kita dengan kerelaan melakukan kehendak-Nya. Dalam hal ini, Tuhan π dalam kedaulatan-Nya memberikan kedaulatan kepada manusia.
Tuhan tidak memaksa manusia melakukan kehendak-Nya. Tuhan memberi kebebasan kepada masing-masing individu, apakah melakukan kehendak Bapa atau memberontak kepada-Nya.
Oleh sebab itu, kita π₯ harus memiliki hati yang haus dan lapar akan kebenaran. Hanya orang-orang yang haus dan lapar akan kebenaran yang dipuaskan (Mat. 5:6). Kalau seseorang tidak bersedia mengerti kehendak-Nya dan tidak bersedia melakukan kehendak-Nya dengan sukacita, maka Tuhan tidak memaksa orang tersebut mengerti kehendak-Nya dan melakukannya.
Kalau kita tidak sungguh-sunguh mendesak Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya dan melakukan kehendak tersebut, maka hendaknya kita tidak berharap dapat mengerti kehendak Tuhan serta melakukannya. Kondisi dunia π hari ini membuat banyak orang tidak merasa perlu sungguh-sungguh mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya.
Mereka dimatangkan oleh kuasa kegelapan untuk dibinasakan.
Tetapi orang percaya harus memberi diri untuk disempurnakan oleh Roh Kudus, dimatangkan untuk layak menjadi anggota keluarga Kerajaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar