Senin, 16 April 2018

RH Truth Daily Enlightenment “DIBUAHI TUHAN”   16 April 2018

Untuk hidup beriman dalam Tuhan, seseorang harus mengalami pembaharuan pikiran setiap hari.
Jadi, menjadi orang yang beriman dalam Tuhan πŸ’—adalah orang yang memasuki proses pembaharuan pikiran yang terus menerus berlangsung, sehingga kehidupannya tidak lagi serupa dengan dunia ini (Rm. 12:2).

Firman yang benar bila diserap akan mampu memperbaharui pikiran dan akan berdampak mengubah seluruh gaya hidup, sehingga kehidupan sebagai umat pilihan yang unggul dapat terwujud.
Ini adalah kehendak Tuhan πŸ’— yang utama.

Inilah kabar baik yang disediakan Tuhan kepada manusia yang telah jatuh dalam dosa dan berkeadaan jauh dari apa yang dirancang Tuhan πŸ’—
Kekristenan bukan sekadar agama, tetapi jalan hidup. Jalan hidup yang dijalani adalah jalan hidup yang pernah dijalani oleh Yesus, ketika mengenakan tubuh daging dua ribu tahun yang lalu.

Dalam hal ini, yang penting adalah Kekristenan yang dijalani semakin mengubah total seluruh kehidupan.
Ketika seseorang Keberhasilan dengan dunia 🌏 ini, maka itu menjadi tanda orang yang hidup beriman dalam Tuhan Yesus, yaitu umat yang diperkenan masuk Kerajaan-Nya untuk dipermuliakan bersama dengan Tuhan Yesus.

Kalau keadaan seseorang masih sama dengan dunia, berarti belum hidup beriman dalam Tuhan πŸ’—
 Itu juga berarti ia belum menjadi umat yang layak bagi Dia.
Inilah yang seharusnya paling mencemaskan kita.
Ciri dari seorang yang hidupnya telah diubah oleh Tuhan karena Firman yang murni tersebut adalah menjadikan keberhasilan umum sebagai alat untuk mengabdi kepada Tuhan.

Keberhasilan hidup kita tidak berhenti sampai di sukses studi, karir, bisnis, keluarga dan lain sebagainya.
Ini adalah keberhasilan umum.
Sukses hidup kita πŸ‘₯adalah menjadi umat yang layak bagi Tuhan.
Sayang sekali banyak orang menjadikan keberhasilan umum sebagai tujuan utama kehidupan ini.

Manusia πŸ‘₯ pada umumnya menggerakkan hidupnya hanya untuk meraih hal tersebut.
Pola berpikir inilah yang harus diubah.
Mengubah pola berpikir ini bukan berarti tidak akan meraih keberhasilan umum.

Justru sebaliknya, ia akan menjadi orang yang pasti bisa meraih keberhasilan umum bagi Tuhan πŸ’—, artinya menjadi sarana untuk turut menggenapi rencana-Nya, yaitu keselamatan dunia.
Kalau seseorang masih menjadikan keberhasilan umum sebagai tujuan utama kehidupan ini, berarti ia tidak mengabdi kepada Tuhan (Mat. 6:24). Ia mengabdi bagi diri sendiri.

 Ketika Tuhan Yesus πŸ’— berkata, bahwa kita harus mengumpulkan harta di surga, Tuhan menghendaki agar kita tidak menjadikan segala sesuatu dalam hidup ini sebagai tujuan akhir (Mat. 6:19). Ini tidak membuat seseorang menjadi gagal, justru Tuhan πŸ’— akan menambahkan segala sesuatu (Mat. 6:33), sehingga kita dapat mengabdi kepada Tuhan dengan efektif.

Keberhasilan bisa dikatakan keberhasilan bila diukur dari efektinya bagi pekerjaan Tuhan, yaitu keselamatan umat manusia.
Seseorang dapat memiliki semua keberhasilan umum (sukses karir, studi, rumah tangga dan lain sebagainya), tetapi kalau tidak menjadi umat yang layak bagi Tuhan πŸ’—, maka sia-sialah kehidupan ini. Betapa tragisnya kehidupan ini, ketika semua yang kita anggap keberhasilan ternyata “kain kotor”.

Memang usaha untuk meraih keberhasilan umum bukan sesuatu yang salah. Orang yang berjuang meraih hal tersebut merupakan kesalehan atau tindakan yang mulia. Tetapi ironisnya, segala sesuatu yang telah diperjuangkan tersebut (kekayaan, kehormatan atau keberhasilan umum) suatu hari akan terbuang sebagai sampah.

Sekarang belum menjadi barang kotor, tetapi satu kali akan menjadi barang busuk, yaitu suatu hari nanti ketika Tuhan πŸ’— mengakhiri sejarah dunia ini.
Kehidupan kita bila tidak dibuahi Tuhan maka akan menjadi kain kotor.

Maksud dibuahi Tuhan disini adalah mempersembahkan semua keberhasilan dan prestasi untuk kepentingan pekerjaan Tuhan, sehingga Tuhan πŸ’— berkenan memakainya sesuai dengan kehendak-Nya. Tidak semua keberhasilan yang telah diraih dipakai oleh Tuhan.

 Hal ini tergantung sikap hati seseorang dalam mempersembahkan hidup bagi Tuhan.
Sikap yang benar adalah dengan kerelaan dan hati yang mengasihi Tuhan. Sikap yang benar dapat terwujud dalam kehidupan seseorang kalau seseorang bertumbuh dewasa sehingga tidak sama dengan dunia 🌏 ini.
Semua perbuatan kita sia-sia, walaupun menghasilkan gelar, pangkat, kekayaan, kehormatan, keluarga dan lain sebagainya.

Kehidupan ini menjadi berharga kalau dibuahi Tuhan sehingga menjadi kemuliaan bagi Tuhan πŸ’—. Hal ini bisa terjadi kalau seseorang menjadi umat yang layak bagi Dia.
Kalau seseorang masih sama dengan dunia ini, Tuhan tidak akan memakai hidupnya secara ideal atau benar.
Harus dimengerti, bahwa siapa pun bisa dipakai Tuhan, Nebukadnesar raja kafirpun dipakai Tuhan, tetapi tidak semua dipakai secara proper atau secara ideal.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar