Senin, 30 April 2018

( Sunday Bible Teaching ) SBT, 29 April 2018 Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Kita harus berusaha untuk benar - benar menemukan injil yang sejati atau injil yang murni yang diajarkan Tuhan Yesus πŸ’—
Kalau kita boleh melihat seakan - akan diputar kembali film yang Tuhan Yesus kerjakan dan Tuhan Yesus ajarkan.
Kita mau mendengar dan melihat.

Dan itu bisa terjadi kalau kita dengan hati yang lapar dan haus kebenaran artinya :
- Kita rindu melakukan kebenaran.
- Kita sungguh - sungguh
menghormati Tuhan Yesus.
- Kita mau serupa dengan Tuhan Yesus πŸ’—
- Sungguh - sungguh mau berkodrat Ilahi.

Maka seperti film yang diputar ulang kita bisa menyaksikan yang Tuhan Yesus πŸ’— lakukan dan ajarkan yang ditulis dalam Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes.

Dan kita bisa merasakan perasaan Paulus, Petrus, Yohanes, Yakobus dan rasul - rasul lain yang menulis.
Bagaimana perasaan mereka waktu menulis, surat - surat itu.
Di situ kita πŸ‘₯ bisa menemukan seakurat seorisinil mungkin kebenaran yang disampaikan umat yang harus diupdaharuslam hidup kita hari ini.

Dengan segala harga yang harus kita bayar.
Dengan segala konsekuensi yang harus kita pikul.
Inilah kebahagiaan kita
kalau kita bisa mengerti ajaran Tuhan Yesus πŸ’— yang nilainya melampaui segala hal.

Dan jika kita bisa mengerti apa yang diajarkan Tuhan Yesus πŸ’— dan mengenakannya itu petualangan terhebat dalam sejarah hidup manusia.
Tidak ada petualangan hebat seperti ini.

Semua petualangan hebat manusia di luar kebenaran Injil hanya terukir di tinta dan hanya menjadi kenangan selama dunia 🌏ini masih ada.
Hanya petualangan hidup seseorang mengenal kebenaran, mengerti kebenaran dan berusaha mengenakan kebenaran akan terukir tinta emas di keabadian.

Semua kitab akan dibuka.
Dan kitab kehidupan semua yang kita lakukan.
Dan hal ini menggetarkan kita karena segala sesuatu yang kita lakukan bisa  bernilai abadi atau kekal.

Betapa indahnya kalau kita bisa mengukir sejarah kehidupan yang dihargai
orang - orang saleh di Surga dan para malaikat.
Seakan - akan Tuhan Yesus πŸ’— berkata :
"Yang ini jangan dihapus ! "

Sejarah yang lain boleh dihapus, harus dihapus.
- Perjalanan hidup orang yang mempermalukan dirinya.
- Menghina Tuhan πŸ’—, tidak memperlakukan Tuhan secara patut harus dihapus.

Tetapi sejarah hidup orang yang menghormati Tuhan, menghargai Tuhan πŸ’—harus diukir di keabadian menjadi cerita kisah abadi yang diingat di kekekalan.
Tentu yang menjadi kisah yang terdepan adalah Anak Allah menjadi manusia.
Baru orang - orang yang mau mengikuti jejakNya, yang mau mengosongkan diri seperti Dia mengosongkan diri.
Seperti Tuhan Yesus πŸ’—yang tidak menyayangkan nyawaNya.

Demikian juga Tuhan mengukir orang - orang yang tidak menyayangkan nyawanya.
Kebenaran ini hebat.
Kita harus melakukannya, karena kita πŸ‘₯ diberi Tuhan potensi, kemampuan dan kesempatan seperti itu.

Apapun yang bisa capai, kita miliki di dalam hidup di bumi 🌏 ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan haus dan lapar akan kebenaran, kerinduan untuk mengerti kehendak Bapa dan melakukan kehendak Bapa.

Kita πŸ‘₯ harus mau berubah, semacam proses muten, dari ulat menjadi kepompong, dari kepompong menjadi kupu - kupu.
Sebuah proses metamorfosa.

Dan Tuhan mau mengubah kita supaya kita menjadi anak, Teknon, gen :
- Anak dalam arti gen
- Anak dalam arti  keturunan.
- Anak dalam arti mewarisi gen kodrat Allah.

Kekristenan bukan agama.
Orang Kristen yang kacau ketika hendak memperagakan mau menerapkan kehidupan.
Melihat agama - agama memiliki ceremonial.
Lalu membangun ceremonial dengan segala variasi dan elaborasi.
Makin dia mengelaborasi liturgi, dia makin blunder.

Kalau ditanya apa maksudnya mereka membuat itu, mereka pasti tidak bisa menjawab.
Karena liturgi kita itu segenap hidup.
Ada yang khusuk, ada yang hingar bingar dengan tamborin, penari, dancer.
Bukan tidak boleh.

Tetapi jangan menggantikan ibadah yang sejati dengar liturgi dan ceremonial dengan upacara agama.

Kekristenan tidak mengajarkan upacara beragama.
Tetapi mengajarkan segenap hidup yang menjadi liturgi kehidupan.

2. Ketika orang Kristen tidak memahami bahwa Kristuslah jalan hidup.
Jadi agama A, agama B akan mengatakan bahwa kitab suci nya itu way of life nya.
Itu benar....

Memang benar bahwa kitab suci yang memuat hukum - hukum itu way of lifenya.
Kitab suci agama - agama umumnya ada hukum - hukum bahkan sangsi - sangsinya.
Tetapi Kekristenan tidak mengenal itu sama sekali.
Kalau ada hukum, hukum kasih, dan Allah itu kasih.
Kekristenan jalan hidup.
HidupNya Tuhan Yesus.
Bukan jalan hukum.

Kita tidak bisa mengatakan kitab suci kita bukan jalan hukum, karena tidak ada hukum - hukum.
Lagi pula bukan huruf - hurufnya, tapi makna pengertian di dalam huruf - huruf itu.

Jadi kalau ada pertanyaan yang benar, Alkitab πŸ“š itu kitab suci atau kitab berisi kitab suci.
Itu pernah diperdebatkan.
Karena tidak semua kalimat perkataan Tuhan, karena ada kalimat setan juga.

Jadi yang kitab sucinya di mana, kitab sucinya apa?
Kitab sucinya bukan di benda.
Jadi kalau sampai suatu hari Alkitab πŸ“š kita dibakar orang, kita tidak usah marah.
Kamu boleh bakar kitab suci kita, yang suci bukan kitabnya.
Yang suci kebenaran di dalam kitab itu.
Jadi orang bisa membuka Alkitab saja berkata, Firman Tuhan berkata begini, begitu.
Tetapi apakah dia benar dalam mengekstrak dalam mengambil inti dari Alkitab itu.

Ibarat penyulingan harus lewat sebuah proses.
Dari kayu - kayu dan daun - daunnya kayu putih disuling menjadi minyak kayu putih.
Dari pewangian bunga disuling menjadi tetes, minyak Wangi.
Itu tidak bisa main direbus lalu airnya dibuka dengan kran, yang keluar air.
Tapi lewat penyulingan itu menjadi minyak.

Kebenaran itu begitu.
Dari penyulingan proses eksplorasi penggalian isi Alkitab πŸ“š hdilahirkan minyak wangi, itulah Firman.
Jadi tidak sederhana.

Jangan kita menganggap setiap orang yang membawa Alkitab πŸ“š lalu khotbah berdasarkan ayat - ayat itu berarti menyampaikan Firman.
Kita harus bisa membedakan Alkitabiah dan ayatiyah.
Bisa ayat yang dibaca tapi maknanya tidak Alkitabiah.

Karena Kalau Alkitabiah harus ekstraksi inti dari seluruh kebenaran isi Alkitab πŸ“š baru Alkitabiah.
Maka kebenaran itu tidak berbenturan satu ide dengan ide yang lain.
Satu penjelasan dengan penjelasan yang lain tidak mungkin berbenturan pasti konvergensi sinergi satu maksud.

Dan kekristenan jelas intinya satu.
Mengenakan kodrat ilahi, serupa dengan Tuhan Yesus
Sempurna seperti Bapa πŸ’—
Segambar dan serupa dengan Allah pasti ke situ.
Kalau tidak, pasti tidak benar.
Inti keselamatan itu tidak membias ke mana - mana.

Bagaimana kita bisa mengenakan Kekristenan yang murni ?
jangan blunder.
Kekristenan itu jalan hidup.
Jalan hidupnya Tuhan Yesus.
Maka orang harus mengenal kebenaran Firman Tuhan untuk merubah cara berpikir.
Ini perlu kerja keras.
Harus menggali kitab kejadian sampai kitab Wahyu.
Kebenaran - kebenaran itu harus cukup, diakumulasi dikumpulkan sampai tajam pikiran kita untuk mengerti kehendak Allah, berkenan dan sempurna.

Harusnya anak - anak kita sejak kecil sudah belajar kebenaran, diajak dan dibawa ke Surga.
Karena kalau sudah tua susah dibentuk.
Maka harus dimulai dari sekolah minggu, remaja, dan pemuda diajarkan kebenaran dan dibawa ke Surga.

Jadi ada jalan hidup yang harus dikenakan.
Makanya harus mengenal. Pribadi Tuhan Yesus πŸ’—
Melakukan kehendak Bapa itu berurusan dengan Bapa setiap saat.
Dan Roh Kudus, Roh Bapa, Roh Allah itu dalam diri kita.
Kesucian seperti orang membuat kristik.

Apa standar hidup orang Kristen atau orang percaya ?
Standar moral saja tidak cukup.

Orang percaya standarnya harus :
- Sempurna seperti Bapa
- Serupa dengan Tuhan Yesus
- Tidak Bercacat Tidak Bercela.
- Kudus seperti Bapa Kudus, jelas, standarnya.
Jangan bolak balik tidak jelas.

Ciri orang yang ajarannya bias :
Mereka tidak berani mengakui orang percaya harus sempurna seperti Bapa.
Sempurna seperti Bapa bukan kita menyamai Allah.
Tetapi apa yang kita ucapkan, kita pikiran, kita lakukan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Serupa dengan Tuhan Yesus πŸ’— artinya : gaya hidup yang Yesus kenakan kita kenakan hari ini.
Dia Allah yang hidup.
Dia Tuhan yang beserta kita.
Dia yang berjanji akan menyertai kita sampai kesudahan zaman.

Begitu kita berdoa langsung Dia dengar.
Kita πŸ‘₯ tidak perlu cari - cari wajah Tuhan.
Kalau Dia berjanji Dia memenuhinya.
Kalau kita serius berdoa, Dia mendengar dan pasti menjawab doa yang berkenan, doa yang sesuai kehendakNya.

Kalau orang tidak mau mendengar kebenaran yang murni, tentu dia berkata
- tidak mungkin sempurna.
- Keselamatan bukan perbuatan baik.
Perbuatan baik tidak menyelamatkan.
Karena Salib status kita dipindahkan.
- Kebaikan orang kayak kain kotor dll.

Tetapi dipindahkan status hidup dalam anugrahNya, kita memiliki jalan hidup.
Jalan hidupnya Tuhan Yesus.
Siapa yang menolak ini, dia menolak Allah.
Tuhan πŸ’— berkata, kamu dipanggil bukan untuk melakukan yang cemar.
Kalau ayat seperti itu bagaimana ditafsirkan? jelas.

Ayat mana yang mau ditunjukkan kita boleh hidup suka - suka kita?
Tidak ada....
Semua ayat pasti menunjuk harus seperti Yesus.
Roma 8 : 28 - 29
1 Petrus 1 : 16 - 17
Walaupun kita belum sempurna.
Tetapi dengan belajar kebenaran sama - sama kita bertumbuh.
Jadi blunder...

Coba lihat banyak khotbah yang tidak jauh beda dengan motivator.
Tidak jelas.
Memang tidak mengajarkan mencuri, berzinah, membunuh, dan jahat.

Perbuatan baik memang tidak menyelamatkan tanpa Salib Yesus πŸ’— dan darah Yesus.
Tetapi setelah terima Yesus, kita harus hidup Kudus dan sempurna seperti Bapa.

Sekarang kita harus keluar dari dunia, jangan menoleh ke belakang.
Jangan dituai dunia, tapi dituai Tuhan πŸ’—
Maka belajar kebenaran untuk mengenakan standar Tuhan.
Itu kesucianNya.

Sekarang gereja, dan orang - orang Kristen blunder standar apa yang dikenakan?
Untuk mengantisipasi untuk suasana meneduhkan ia menggunakan keselamatan bukan perbuatan baik, karena anugrah.
Dan kalimat itu diartikan salah.

Tapi kita jelas
Sempurna seperti Bapa πŸ’—
Serupa dengan Tuhan Yesus
Hidup tidak bercacat tidak bercela.
Jelas arahnya.
Kalau kita memiliki target ini mengarahkan hidup kita ke arah ini, maka kebenaran akan mengikuti kita.

Banyak hal - hal ajaib  dibukakan.
Bukan soal benar salah.
Bukan soal haram halal
Bukan soal boleh tidak boleh.
Tetapi mengapa begitu ?
Dan disingkapkan, dah herannya tidak pernah habis.
Minggu ke minggu ada saja hal yang baru.

Dan ini perjalanan yang luar biasa menakjubkan...
Jika arah kita betul - betul. Menuju kesempurnaan,
1. Kebenaran akan mengikutinya.
2. Kalau kita punya target benar - benar ke arah kesempurnaan Tuhan akan dirasakan kehadiranNya.
Karena cocok, Karena setuju, Karena ini kehendakNya.

Tapi kalau kita tidak punya, arah yang jelas, bagaimana Roh Kudus memimpin kita?
3. Ketika kita jadikan Kekudusan tujuan hidup kita.
Keindahan dunia menjadi pudar.
Dulu kita tertarik banyak barang dan hal - hal.
Sekarang tidak lagi, bukan karena dinasehati orang, bukan karena diancam - ancam, juga bukan miskin tidak bisa membeli.
Tetapi selera kita berubah.
Ajaib, kita harus mengalaminya.
Kalau titik yang sempurna seperti Bapa standarnya, ajaib, keindahan dunia 🌏 menjadi pudar di mata kita.

Kita masih bisa menikmati semua, tetapi tidak seperti dulu, jadi kagum.
Kalau tujuan kita sempurna seperti ini, maka kerinduan kita membawa orang mencapai itu.
Yang tidak bisa makan kita kasih makan, yang tidak punya baju kita bantu.
Tapi bukan sekedar bisa pakai baju.

Kita bisa arahkan mereka untuk kehidupan yang berkenan, dan kepada kesempurnaan.
Kita memang tetap harus, menolong semua orang,  tapi final goalnya apa?

Untuk anak - anak kita, kita tidak terlalu bangga mereka sukses.
Yang terpenting, apakah mereka bersama papa mama di surga ?
Anak - anak kita boleh hebat dan sukses.
Tetapi apakah mereka mencontoh kehidupan Yesus ?
Kalau tidak.... kuratapi.

Kita bukan hanya membesarkan anak jadi sarjana, doktor, tetapi kita harus membimbing kesucian mereka ke sempurnaan dan seperti Yesus πŸ’—
Kita tidak bisa mengajak orang sempurna, kalau kita sendiri tidak bertumbuh sempurna seperti Yesus.

Kalau tujuan kita hanya Tuhan dan kesempurnaanNya, kita bisa merasakan damai sejahtera Tuhan.
Belum menginjak Surga, tetapi sudah merasakan suasana Surga.

Tidak mungkin Tuhan tidak memberikan kita reward.
Tuhan πŸ’— mau kasih kita sesuatu yang indah.
Bapa akan memberikan sukacita lebih dari rumah mewah, mobil mewah, atau apapun.
Lebih dari tender besar, damai sejahtera Allah yang luar biasa.
Tuhan juga akan menambahkan hikmat - hitmat untuk menemukan kebenaran.
Ini tidak ada bukunya.
Bukunya di hati Tuhan.
Sumber kebenaranNya tidak pernah habis.

Semua ayat mengarahkan seperti Yesus.
Roma 8 : 28 - 29
1 Petrus 1 : 16 - 17
Walaupun kita belum sempurna.
Tetapi dengan belajar kebenaran sama - sama kita bertumbuh.

Coba lihat banyak khotbah yang tidak jauh beda dengan motivator.
Tidak jelas.
Memang tidak mengajarkan mencuri, berzinah, dan membunuh.
Memang tidak jahat.
Perbuatan baik menang tidak mennyelamatkan tanpa Salib Yesus πŸ’—
Tetapi setelah terima Yesus, harus sempurna  seperti Bapa.

Kita di ujung zaman kita harus orisinil.
Fokuslah kebenaran yang Tuhan titipkan.
Tuhan itu mono.
Satu di luar kebenaran palsu.

Proyeksi Tuhan πŸ’— bukan menjadi anggota masyarakat tetapi anggota keluarga Kerajaan.
Kalau kita tidak fokus, kita
tidak sampai titik yang kita capai.
Disingkatnya umur hidup ini tidak ada sukacita kecuali ini.

JBU

RH Truth Daily Enlightenment “ETIMOLOGI DAN ASAL MULA PRAKTIK PERPULUHAN” DR. Erastus Sabdono  1 Mei 2018

Dalam bahasa Ibraninya kata perpuluhan adalah ma’aser (מַΧ’ֲΧ©ֵׂΧ¨), dalam bahasa Yunani Koine disebut dekate (δΡκάτη) atau apodekato (ἀποδΡκατόω). Dekate artinya perpuluhan, sedangkan apodekato berarti membayar perpuluhan.
 Ada pendapat yang menyatakan bahwa istilah perpuluhan di dalam bahasa Ibrani ialah ma’aser yang berasal dari kata Aram ascher, yang artinya kekayaan.
Terdapat pandangan pula, bahwa istilah ma’aser (מַΧ’ֲΧ©ֵׂΧ¨) yang digunakan oleh Musa dalam bahasa Ibrani untuk persembahan perpuluhan, diambil dari istilah dalam bahasa Akkadian, yaitu bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar (lingua franca) di dunia Semit pada zaman Abraham.

Istilah itu besar kemungkinan berasal dari dunia pajak, yang jumlahnya sepersepuluh dari nilai harta yang harus dibayarkan kepada penguasa pada zaman masyarakat Mesopotamia kuno; tempat dimana Abraham pernah berdomisili.
Kata perpuluhan dapat kita temukan di banyak ayat dalam Alkitab (Im. 27:30; 27:32; Bil. 18:21;24,26, Ul. 14:23, 28; 26:12; 2Taw. 31:5; Neh. 12:44; 13:5,12; Mal. 3:8,10; Ibr. 7:5-9). Kata yang sama artinya dengan perpuluhan adalah sepersepuluh. Kata ini juga banyak terdapat dalam Alkitab πŸ“š(Kej. 14:20; 28:22; Kel. 16:36; 29:40; Im. 5:11; 6:20; Im. 14:21; Bil. 5:15; 15:4; 28:5,13; 21; 29:4,10,15; Ul. 14:22; 1Sam. 8:15,17; Yes. 6:13; Yeh. 45:11; Yeh. 45:14; Mat.23:23; Ibr, 7:2,4).

Kata yang sejajar dengan perpuluhan adalah persepuluhan, sepuluh esa dan sepuluh asa.
Ditinjau dari budaya Timur Tengah kuno,pada mulanya perpuluhan sebetulnya bukan istilah keagamaan bangsa Yahudi.

Dalam dunia kuno di Timur Tengah,angka 10 persen adalah dasar untuk sistem perhitungan.
Pada zaman itu, agama-agama kuno di Timur Tengah memberi persembahan kepada ilah-ilahnya dengan memakai perhitungan sepersepuluh. Dalam agama-agama kuno mereka, bila seseorang telah memberi sepersepuluh kepada allah atau dewanya,berarti telah menunjukkan kepatuhan atau penyerahan mutlak. Dengan demikian, konsep persembahan perpuluhan sudah ada dalam agama-agama kuno di Timur Tengah.

Hal ini juga bukan sesuatu yang asing bagi Abraham.
Menurut transkip kuno, perpuluhan menunjuk adanya metode persembahan dengan menggunakan persentase. Praktik ini sudah menjadi tradisi publik (umum) yang dilakukan oleh masyarakat Timur Tengah kuno, termasuk Mesopotamia, tempat dari mana Abraham berasal. Persembahan itu dimaksudkan sebagai upeti kepada mereka yang dihormati dan pernyataan tunduk atau takluk kepada yang dianggap lebih tinggi derajatnya.

Pada zaman masyarakat Mesopotamia kuno, perpuluhan tidak hanya diberikan kepada pihak penguasa, tapi juga kepada pelayan atau pejabat keagamaan.
Hal ini berlanjut pada budaya Yahudi untuk suku Lewi yang memang bertugas di area keagamaan.
Sudah bisa diduga, bahwa praktik perpuluhan di kalangan masyarakat Mesopotamia kuno telah berlangsung sebagai budaya.

Dengan demikian, apa yang dilakukan Abraham dalam Kejadian 14 sejatinya hanyalah merupakan lanjutan atau bagian dari tradisi yang sudah ada.
Dokumen-dokumen tua yang ditemukan melalui penggalian dari kota Ur, kota darimana asal Abraham, jelas sekali menunjukkan bahwa tradisi perpuluhan tersebut juga sudah sangat dikenal.

Menurut penemuan para ahli, perpuluhan di kota Ur kuno diberikan kepada dewa-dewa sesembahan mereka, diantaranya dewi Ningal, dewi yang disembah penduduk Ur.
Menurut beberapa ahli, ternyata pula perpuluhan tidak hanya menjadi tradisi Mesopotamia kuno, tetapi masyarakat Kanaan lainnya seperti Syro-Palestina juga memiliki tradisi yang sama.

Di Mesir pun juga ditemukan adanya tradisi perpuluhan.
Bentuk-bentuk perpuluhan pada zaman itu, baik di masyarakat Mesopotamia kuno maupun bangsa-bangsa Timur Tengah lainnya, beraneka ragam. Perpuluhan mereka bisa berupa hasil bumi, ternak, hingga barang-barang berharga seperti perak, dan perunggu.

Seperti halnya Abraham memberikan barang-barang rampasan perang kepada Melkisedek -Raja Salem, yang membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah πŸ’— Yang Mahatinggi membuktikan budaya perpuluhan yang sudah dilakukan pada waktu itu (Kej. 14:18-20).

JBU

RH Truth Daily Enlightenment “TERIKAT DENGAN TUHAN”  30 April 2018

Hidup beriman dalam Tuhan Yesus πŸ’— artinya hidup dalam persekutuan yang berkesinambungan. Persekutuan dengan Tuhan adalah persekutuan yang tidak terhenti, artinya tidak boleh ada jeda sama sekali.
 Roh Kudus dimateraikan di dalam diri kita, mengindikasikan bahwa persekutuan dengan Tuhan adalah persekutuan terus menerus yang berlangsung di sepanjang waktu, di segala tempat, dan dalam keadaan apa pun dan bagaimanapun.

Kesadaran ini harus mencengkeram jiwa kita, agar kita bisa menghayati kehadiran Tuhan πŸ’— setiap saat, di segala tempat dan dalam segala keadaan. Inilah yang dimaksud hidup di hadirat Tuhan.
Hal ini menjadikan kesukaan dan kebahagiaan hidup yang tiada tara.

Semua orang percaya memiliki kesempatan dan anugerah untuk mengalaminya.
Dalam hal ini, kita πŸ‘₯ dapat membuktikan pemenuhan janji Tuhan Yesus, bahwa ia menyertai kita sampai kesudahan zaman.
Keterikatan dengan Tuhan dalam persekutuan yang indah bukan hanya ketika ada dalam ruangan kebaktian.
Keterikatan dengan Tuhan berkonsekuensi, yaitu kita tidak boleh terikat dengan dunia.

Terikat dengan dunia 🌏 artinya memiliki suasana hati yang kebahagiaan dan kesenangannya ditentukan atau hanya dipengaruhi oleh fasilitas dunia, dari kekayaan sampai keadaan nyaman.
Orang-orang seperti ini pasti bertuankan mamon. Tuhan Yesus mengatakan dengan tegas, bahwa orang percaya tidak boleh memiliki dua tuan. Hanya boleh satu saja.

Ini berarti keterikatan orang percaya harus dengan Tuhan atau tidak sama sekali.
Dalam hal ini Tuhan πŸ’—tidak mau berbagi atau dibagi dengan yang lain.
Takhta hati kita dalam keterikatannya dengan obyek tertentu harus hanya diperuntukkan bagi Tuhan. Keterikatan dengan Tuhan harus keterikatan setiap saat dan dei setiap tempat, bukan hanya pada waktu ada di dalam ruangan gereja.

 Ketidakterikatan dengan dunia bukan karena kita tidak ada di dalam gereja- harus berlaku di segala tempat dan di sepanjang waktu hidup kita. Walaupun seseorang memiliki kesempatan untuk terikat dengan sesuatu, tetapi ia harus menolaknya, maka berarti ia serius untuk tidak terikat dengan ikatan lain selain dengan Tuhan.

Sebagaimana kita tidak boleh terikat dengan Tuhan hanya pada waktu di gereja πŸ’’, demikian pula kita tidak boleh tidak terikat dengan dunia hanya pada waktu di kebaktian.
Ketidakterikatan dengan dunia bukan karena kita tidak menjadi pengusaha, kemudian menjadi full timer gereja atau seorang pendeta.

Harus dicatat, bahwa seorang pendeta belum tentu tidak terikat dengan dunia.
Yudas selalu bersama-sama dengan Yesus, tetapi ternyata hidupnya terikat dengan dunia, dalam hal ini terikat dengan uang. Sehingga ia tidak jujur, bahkan mengkhianati Tuhan dan gurunya.

Ada orang-orang yang mau terus dalam persekutuan dengan Tuhan, dan hendak memiliki hubungan yang khusus dengan Tuhan πŸ’—, maka ia melakukannya dengan cara meninggalkan pekerjaan sekuler rajin datang kebaktian, supaya lebih sempurna lagi ia menjadi pendeta.

Ini konsep yang salah. Konsep agama-agama kafir.
Untuk menjadi orang suci dan tidak terikat dengan dunia 🌏, seseorang harus meninggalkan kesibukan dunia, menyepi ketempat-tempat tertentu, untuk dapat menyatu dengan Tuhan.
Demikianlah konsep banyak agama, di mana mereka yang meninggalkan kesibukan hidup dianggap lebih suci dari orang-orang yang sibuk dalam pekerjaan.

Mau menyatu dengan Tuhan πŸ’— harus menyingkir ke tempat sunyi adalah konsep yang salah.
Bagaimana seseorang dapat dikatakan perenang hebat, kalau hanya berenang di bak kamar mandi? Bagaimana Anda dapat terbukti sebagai suami yang setia, kalau tidak pernah bertemu dengan wanita cantik dan berbagai godaan untuk selingkuh?

Bagaimana seseorang dapat membuktikan sebagai orang yang mengasihi Tuhan πŸ’— lebih dari segala sesuatu, jika kita tidak pernah berkesempatan meraih kenikmatan dunia, gelar, kekuasaan, nama besar, nama baik yang dapat kita raih?
Tuhan memberi peluang untuk kita dapat terhindar dari segala keterikatan, tetapi apakah kita mau mengusahakannya?

Apakah kita berani seperti Lot yang tidak menoleh ke belakang, sekalipun ia kehilangan semua hartanya di Sodom? Apakah kita πŸ‘₯ mau barter seperti perumpamaan dalam Matius 13:44-46, menjual segala milik untuk membeli sebidang tanah atau mutiara yang berharga? Ini masalah hati, atau batin.

Bukan masalah fisik atau apa yang kelihatan di mata manusia.
Bagaimana dapat dikatakan puasa, kalau anda ada di sebuah gurun pasir yang memang tidak ada makanan dan minuman? Kekristenan memuaskan hati Tuhan πŸ’— jika orang percaya dapat menjadi satu Roh dalam keterikatan yang eksklusif dengan Dia.

Ini sebuah harta yang lebih dari segala kekayaan dan harta yang dapat kita miliki.
Ini lebih dari pangkat awam atau pendeta.
Itulah sebabnya Kekristenan tidak hanya bagian dari hidup kita, tetapi seluruh kehidupan kita.

JBU

Sabtu, 28 April 2018

RH Truth Daily Enlightenment “DEMI NATUR BARU"   29 April 2018

Untuk memiliki kehidupan beriman dalam Tuhan, seseorang harus mengalami penggarapan Tuhan πŸ’—
Penggarapan ini tidak mudah.
 Kadang-kadang Tuhan perlu meremukkan kita dengan segala cara yang sangat menyakitkan, tetapi inilah jalan berkat yang Bapa sediakan bagi kita. Untuk ini, kita harus fokus pada tujuan tersebut.

 Dan untuk dapat fokus, pikiran kita πŸ‘₯ harus ditujukan kepada perkara-perkara yang di atas.
 Dalam hal ini, Paulus oleh ilham Roh berkata: Pikirkan perkara yang di atas, carilah perkara yang di atas ini sejajar dengan perkataan Tuhan Yesus “kumpulkan harta di surga, bukan di bumi. Sebab di mana ada hartamu, di situ hatimu berada”.

 Oleh sebab itu gereja πŸ’’ dan para pembicaranya tidak boleh menyesatkan umat dengan khotbah-khotbah yang orientasinya pada berkat jasmani. Karena khotbah-khotbah seperti itu membuat jemaat tidak mengenali panggilan-Nya.

Paulus menasihati jemaat untuk mencari perkara-perkara yang di atas. Senada dengan ini, Tuhan Yesus πŸ’— menganjurkan untuk mengumpulkan harta di surga. Semua ini maksudnya adalah agar orang percaya memfokuskan diri pada perwujudan fisik Kerajaan Allah.

Dengan demikian kita mengerti mengapa Tuhan berkata: Di mana ada hartamu, di situ hatimu berada (Mat. 6:21). Ketika Tuhan πŸ’— mengucapkan kalimat kesediaan kita untuk tidak mengumpulkan harta di surga, sejatinya itu merupakan cara kita menghayati kehidupan kita sebagai warga Kerajaan Allah.

Sampai kita menyadari sedalam-dalamnya bahwa dunia 🌏 ini bukan rumah kita. Bahwa kita bukan berasal dari dunia ini. Bahwa kita telah mati bagi kesenangan dunia. Sampai tingkat ini Iblis tidak lagi bisa membujuk kita untuk menyembahnya (Luk. 4:5-8).

Jika seseorang berani memfokuskan diri kepada perkara-perkara di atas dan meninggalkan perkara-perkara yang ada di bumi, inilah yang disebut sebagai kematian diri.
Jika hal ini benar-benar terjadi atau berlangsung, maka natur baru dalam kehidupan orang percaya dapat bertumbuh.

Kematian diri ini tidak menghilangkan kehendak bebas manusia.
Manusia πŸ‘₯ tetap memiliki diri.
Melalui penyangkalan diri terus menerus, ia menyerahkan kehendak dirinya kepada Tuhan.

Masalahnya kemudian adalah bagaimana kita mengembangkan natur baru ini? Tentu yang pertama Roh Kudus πŸ’— menuntun kita.
Dalam hal ini Tuhan sudah menaruh Roh-Nya dalam diri kita sebagai pendamping yang membawa kita kepada segala kebenaran.

Roh Kudus πŸ’— pladalah pengasuh kita yang pasti menuntun kita kepada kedewasaan rohani yang benar. Dalam perkembangan atau transformasi yang terus menerus seorang bisa berkata: Hidupku bukan aku lagi (Gal. 2:20). Di sinilah kematian diri seseorang semakin nampak nyata.

 Sebagai akibatnya, tentu kemuliaan Tuhan πŸ’— nampak nyata dalam hidupnya.
Dalam tingkat ini ia efektif menjadi berkat bagi orang lain.
Kematian diri ini akan membuat seseorang berkeadaan di mana dosa tidak lagi berkuasa dalam tubuh yang fana.

Seiring dengan ini maka natur atau kodrat Ilahi bertumbuh.
Inilah natur atau kodrat baru dalam kehidupan orang percaya. Dengan demikian natur atau kodrat dosa kita semakin melemah atau mati. Ini adalah hukum terpenting dalam hidup Ke-kristenan.

Kesediaan untuk hal ini merupakan hal utama. Itulah sebabnya kita πŸ‘₯ memberi diri dibaptis. Dalam baptisan tersebut kita menguburkan cara hidup kita yang lama yang Tuhan tidak kehendaki dan hidup dalam hidup yang baru.

Dalam hal ini kita menemukan bahwa pengertian kesucian dalam Kekristenan bukan sekadar tidak berbuat dosa, tetapi tidak dapat berbuat dosa lagi.
Orang mati tidak dapat hidup lagi.
Kalau kita mati bagi dosa, maka kita tidak dapat berbuat dosa lagi.

Oleh sebab itu komitmen bahwa kita sudah mati merupakan komitmen yang harus diingatkan terus menerus.
 Kita πŸ‘₯ harus hidup dalam kematian sampai permanen mati.
Selanjutnya, orang yang mengalami kematian diri akan bisa hidup sepenuhnya bagi kepentingan Tuhan.

Tidak ada lagi bagian hidupnya yang digunakan untuk kepentingannya sendiri. Baginya, hidup bagi Tuhan πŸ’— bukanlah sebuah kewajiban, tetapi kebutuhan.
Hidup untuk kepentingan Kerajaan Allah adalah gaya hidup Tuhan Yesus.
Dalam Alkitab kita menemukan beberapa kali fakta kematian diri ini.

Paulus berkata: Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami πŸ‘₯ telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati (2Kor. 4:14).
Perhatikan kalimat “mereka semua sudah mati”. Dalam hal ini kita menemukan,

bahwa orang yang belum hidup untuk kepentingan Tuhan adalah orang-orang yang belum mengalami kematian diri sesuai dengan kehendak Tuhan. Berarti mereka tidak pernah memiliki kehidupan di dalam Tuhan πŸ’—
Tidak sedikit orang Kristen yang mata hatinya tertutup terhadap kepentingan Kristus.

Selama ini hidup dalam egoisme yang sangat menyedihkan hati Tuhan. Konyolnya, banyak orang πŸ‘₯ tidak menyadari egoismenya. Kita tidak mau mengerti prinsip yang terdapat dalam 2 Korintus 5:14-15 dan Filipi 1:21. Hidup untuk kepentingan Kristus artinya hidup bagi pemberitaan karya salib Tuhan, hidup untuk pelebaran Kerajaan Allah agar jiwa-jiwa yang belum diselamatkan terselamatkan oleh Tuhan sendiri.


JBU

Jumat, 27 April 2018

RH Truth Daily Enlightenment “KEMATIAN DI DALAM TUHAN”   28 April 2018

Tujuan hidup Kekristenan pada dasarnya adalah bahwa suatu hari nanti, akhirnya Allah Bapa πŸ’—dapat menemukan orang-orang percaya berkepribadian anak Allah, yaitu seperti Anak Tunggal-Nya.
Dengan demikian digenapi Firman yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:28-29).

Untuk memiliki kepribadian Anak Allah, tidak ada cara lain kecuali mengalami “kematian”.
Tentu kematian yang dimaksud di sini bukanlah mati dalam arti jasmani di mana seseorang πŸ‘€ harus dikubur di tanah kembali menjadi debu.
Kematian di sini maksudnya adalah pemadaman keinginan pribadi yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Dengan demikian hidup beriman dalam Yesus Kristus πŸ’— adalah hidup dalam kematian terhadap manusia lama.
Jika orang percaya sungguh-sungguh berjuang untuk memiliki kehidupan anak Allah di dalam dirinya, maka ia harus berusaha semaksimal mungkin mengerahkan seluruh daya yang ada padanya.

 Sebab hal ini tidak bisa dilakukan dengan usaha yang setengah-setengah. Harus berani mempertaruhkan hidup tanpa batas, baik tenaga, pikiran, waktu dan segala hal yang ada di dalam kehidupan kita πŸ‘₯
Jika ada hal lain yang dianggap lebih penting dari memiliki kehidupan anak Allah, maka ia tidak pernah mencapai goal ini; yaitu berkeberadaan sebagai anak Allah yang berkodrat Ilahi.

Untuk ini, kita harus bersedia dipersiapkan untuk menjadi manusia yang berkeberadaan sebagai anak-anak Allah. Bukan sekadar berstatus anak Allah, tetapi berkeberadaan atau berkodrat.
Hanya orang-orang yang berkeberadaan anak Allah yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus πŸ’—, mewarisi pemerintahan Kerajaan Allah atau dimuliakan bersama dengan Kristus dan menerima janji Bapa.

Kematian dalam Tuhan bertalian dengan usaha untuk memadamkan atau mematikan keinginan daging yang bertentangan dengan kehendak Allah πŸ’— Ini adalah tindakan untuk memadamkan cita-cita pribadi, ambisi pribadi dan lain sebagainya, kemudian mengarahkan diri sepenuhnya untuk melakukan kehendak Allah.

Ini berarti ia rela kehilangan segala hak demi Tuhan.
Hal ini menunjuk kepada suatu proses perjalanan hidup Kekristenan yang benar.
Jadi sebelum kita mati secara fisik, dikubur, maka kita harus terlebih dahulu memasuki proses kematian manusia lama. Itulah sebabnya di dalam Tuhan Yesus πŸ’— kita menjadi ciptaan yang baru.

Hal ini sama dengan bahwa kita telah dilahirkan oleh Allah (Yoh. 1:13). Orang percaya πŸ‘₯ dilahirkan oleh Allah dengan natur baru. Menjadi anak-anak Allah, yang penting bukan saja kita berstatus anak Allah dimana kita memiliki jaminan pemeliharaan, perlindungan dan berkat-berkat-Nya, tetapi kita juga memiliki kodrat baru atau natur baru.

Panggilan untuk mengalami kematian dalam Tuhan sebenarnya panggilan untuk semua orang percaya πŸ‘₯, tetapi kenyataannya sangat sedikit orang Kristen yang mengalaminya.
Hal inilah yang dimaksud dalam Filipi 3:10, bahwa orang percaya harus serupa dengan Yesus dalam kematian-Nya.

Pada dasarnya ini adalah kehidupan yang tidak lagi ditujukan untuk diri sendiri atau untuk siapa pun, tetapi ditujukan untuk kepentingan Kerajaan Allah πŸ’— sepenuhnya.
Dalam Kolose 3:3 Paulus menulis: “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah”.

Kalimat ini banyak tidak dimengerti orang.
Lebih banyak orang Kristen  yang tidak rela kehilangan “hidupnya”. Padahal jelas Alkitab πŸ“š katakan: bahwa kamu telah mati. Ketidakrelaan untuk mengalami kematian di dalam Tuhan sangat merugikan diri sendiri. Memang berat dan bahkan kedengarannya aneh benar, tetapi inilah jalan satu-satunya untuk hidup beriman dalam Tuhan Yesus.

Dengan demikian, sangatlah bisa dimengerti kalau Tuhan Yesus  menghendaki agar kita yang sungguh-sungguh bersedia mengikut Dia, harus menyangkal diri dan memikul salib (Mat. 16:24-25).
Pada dasarnya menyangkal diri bukan hanya tindakan menolak semua perbuatan yang bertentangan dengan hukum moral atau etika. Tetapi menyangkal diri adalah tindakan meninggalkan dunia 🌏 dengan segala kesenangannya.

Ini juga berarti orang yang menyangkal diri tidak lagi hidup dengan pola hidup manusia πŸ‘₯ pada umumnya.
Orang percaya yang menyangkal diri adalah orang-orang yang tidak lagi berfilosofi seperti filosofi yang dikenakan manusia pada umumnya, tetapi hidupnya didasarkan dan dibangun di atas prinsip-prinsip hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus.

Dalam Matius 16:25, Tuhan Yesus πŸ’— mengatakan bahwa orang yang mengikut Dia harus bersedia “kehilangan nyawa”.
Kehilangan nyawa ini sama artinya dengan kehilangan kehidupan atau mengalami kematian di dalam Tuhan.
Dengan demikian barulah seseorang dapat hidup beriman dalam Tuhan Yesus.

Tanpa kematian di dalam Tuhan seseorang tidak pernah mengalami hidup beriman dalam Tuhan πŸ’—dengan benar.
Orang yang mengalami kematian dalam Tuhan berarti tidak lagi memiliki hidup. Hidup yang kita kenakan hari ini adalah hidup milik Tuhan sepenuhnya.

Jika demikian, maka berarti waktu hidup kita juga dimiliki oleh Tuhan tanpa batas sama sekali. Kita telah menghabiskan waktu umur hidup kita bagi diri kita πŸ‘₯ sendiri.
Semua hanya untuk kepentingan dan kesenangan diri kita. Ke depan waktu hidup kita harus dipersembahkan bagi Tuhan.
Orang yang hidup beriman dalam Tuhan telah mengakhiri waktu hidupnya.

JBU

WbI Gabungan Rabu, 25 April 2018 "Kesukaan Dalam Afmosfir Kehadiran Tuhan" Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Pernakahkah kita berpikir apa untungnya menjadi manusia ?
Puji Tuhan kita πŸ‘₯ tidak menjadi ikan, kita tidak menjadi hewan seperti kodok, kucing, anjing.
Kita menjadi manusia.
Apa istimewanya manusia ?

Ada satu keistimewaan yang kita terima sehingga harus kita hargai.
Manusia πŸ‘₯ diberi kemampuan untuk mengenal Allah dalam porsi yang Allah sediakan
untuk manusia boleh mengenal Dia.

Dan manusiapun dikenal oleh Allah.
Dikenal bukan sekedar diketahui, tetapi Allah merasakan apa yang kita pikirkan, apa yang kita ucapkan dan apa yang kita lakukan dengan kalimat lain Allah πŸ’— menikmati kita.

Mungkin ada ibu - ibu yang menyukai kucing atau anjing.
Bagaimana menikmati kebersamaan anjing πŸ• dan kucing🐈
Bagaimana anjing dan kucing itu bisa memberi kesukacitaan, kebahagiaan dan kesibukan.

Tetapi mau sehebat apapun kesukaan
seorang terhadap hewan tentu tidak bisa dibandingkan kesukaan seseorang πŸ‘€ mengenal orang yang dicintai dan menikmati orang yang dicintai.

Allah memiliki jagat raya ini dengan makhluk - makhluk yang berjumlah tak terbatas.
Tetapi Allah πŸ’— tidak menikmati makhluk - makhluk itu seperti menikmati kita.

Kita harus goreskan  dalam hati dan jiwa kita.
Kita makhluk yang luar, kita makhluk yang istimewa karena kita boleh mengenal Allah πŸ’— yang porsi yang disediakan bagi kita.
Dan Allah juga mengenal kita dalam arti Allah mau menikmati kita.

- Seberapa jauh Kita
mengenal Allah, maka sejauh itu pula kenikmatan kita πŸ‘₯ miliki terhadap Dia
- Seberapa dalam tinggi seberapa tinggi kita mengenal Dia, maka sedalam dan setinggi itu kenikmatan yang bisa kita terima.

Tentu mengenal Allah πŸ’— melalui berbagai sarana :
1. Kebenaran Firman yang diberitakan
Buku rohani, Cd khotbah,  khotbah lewat YouTube, Seminar, dan menghadiri acara - acara di gereja πŸ’’, itu tak ternilai.

Nanti di kekekalan baru orang menyadari betapa  bernilainya berkat firman yang disediakan.
Kecuali Kalau bukan yang murni, malah bisa menyesatkan.
Kalau itu Firman yang murni itu tidak bisa dihargai dengan uang,
tidak bisa ditukar dengan emas, perak, dan permata.
Di sini kita πŸ‘₯ bisa mengenal Tuhan.

2. Doa atau persekutuan pribadi
Kalau percaya Allah itu ada, kita harus mengalami.
Jikalau tidak atau belum mengalami kita harus mencari Dia.

3. Pengalaman hidup setiap hari.

Jika itu Firman yang yang benar akan menggirangkan jiwa kita.
Maka betapa berat tugas, pemberita Firman ini.
Tidak boleh keruh, jiwa dan perasaan harus bersih supaya pikiran danl perasaan Tuhasemestasa dialirkan.

Tidak boleh mimbar ini  digunakan pembicara untuk :
- Mengangkat diri
- Membangun Prestise
- Sombong
- Tidak tulus
Maka kebenaran ini tidak akan mengalir dengan benar.

Tetapi Kalau pemberita firman berkeadaan baik, itu yang mendengar
Firman akan merasakan  atmosfir hadiran Allah πŸ’— melalui kebenaran.
Dan kabut hadirat Allah mengalir.
Maka kita akan haus terus.
Dan keadaan kita tidak sama dengan sebelumnya
karena Firman.
Itu menguruskan.

Duduk mendengar Firman 1 jam tidak terasa lama.
Kalau kurang dari 45 menit, merasa kurang dan tidak puas.
Beda dengan orang yamg tidak minat.
Bolak balik dia lihat jam ⌚, rasanya lama, siksaan baginya.
Tapi bagi orang yang tekun, hari - hari kebaktian itu menarik karena ada kegirangan dan kesukaan.

Satu hari kita akan tahu Kesempatan mengikuti kebaktian ini tidak ternilai
Mendengar Firman yang murni itu atmosfir hadiran Tuhan πŸ’— mengalir.

Bagaimana orang bisa
Mengenal Allah ?
Karena seberapa dalam mengenal Allah, sedalam itu pula kesukacitaan itu.
Jika kita sungguh - sungguh haus kebenaran
Waktu kita belajar kebenaran, itu atmosfir Tuhan πŸ’— hadir.
Itu sukacita mendengar Firman itu mengalir.

Atmosfir itu hadir pada waktu kita baca Alkitab πŸ“š baca buku rohani.
Kita akan merasakan sukacita atmosfir hadiran Tuhan.

Orang yang tidak serius mendengar Firman tidak akan merasakan hadirat Tuhan πŸ’—
Kalau kita percaya Allah itu  ada, buktikan...

- Perjumpaan pribadi ini mahal sekali.
Kalau kita mau bertemu
presiden harus lewat protokuler yang kompleks, rumit, dan ketat dan tidak mudah.
Tuhan πŸ’— semesta alam membuka pintu setiap saat tanpa protokuler.

Asal kita betul - betul merindukan ketemu Tuhan.
Dan kita harus serius menyediakan waktu ⌚ itu.
Ini kesalahan orang
Kalau ada waktu nganggur,
Kalau ada waktu.
Ia tidak serius mengadakan waktu itu.
Harus ada waktu.

Yang menjadi penyakit itu :
-  TV πŸ“Ί
- Gadget
- Pertemanan yang tidak perlu.
- Acara - acara yang tidak perlu.

Suatu hari ketika orang bertemu Tuhan πŸ’— yang begitu agung, orang akan menyesal mengapa waktu hidup orang tidak mencari Tuhan yang mulia.
Kita harus mensetting waktu untuk bertemu Tuhan.
Kita harus selalu menghadap markas LB3.

Tuhan tidak murahan.
Jadi ketika mau berjumpa dengan Tuhan πŸ’— lewat doa atau persekutuan pribadi, walaupun kita tidak merasakan sesuatu, kita tetap duduk diam.
Jangan menggunakan perasaan, tetapi gunakan iman.

Ketika kita berdoa,
seperti asap muter - muter dalam ruangan kamarmu.
Tetapi ketika berlatih terus akan memiliki iman yang kokoh.
Biasakan sampai kita πŸ‘₯ menemukan titik dialog dengan Tuhan.

Doa bukan seperti stel kaset, itu seperti doa tanpa perasaan.
Doa tanpa perasaan tidak tembus.
Kita akan menemukan yang dimaksud Tuhan πŸ’— menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.
Dan itu bagiannya belum segalanya.

Kita akan merasakan atmosfir itu, sehingga berdoa itu bukan kewajiban, tetapi menjadi kesukaan.
Jadi Kalau doa masih merupakan kewajiban itu berati kita belum menemukan sukacita atmosfir hadirat Allah, itu belum.
Doa jangan buru - buru dan lihat jam.

Kita harus menghargai Tuhan.
Kesempatan bertemu dengan Tuhan itu tidak ternilai.
Banyak pengalaman yang tidak bisa terucapkan.

Dan memang Tuhan juga mengajar untuk tidak
 boros buka mulut untuk bercerita tentang pribadi dalam perjumpaan pribadi itu.
Karena banyak hal yang eksklusif di mana kita harus, menyimpannya sendiri.
Tidak mudah kita ceritakan kepada orang.


Kita Sperti masuk cerobong atau lorong yang tembus sampai kepada Bapa di surga, di mana Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Tuhan.
Kalau kita sudah dewasa, sudah tidak menatok waktu karena Tuhan yang menentukan kita boleh Amin.
Kita akan peka dan  merasakan saatnya Amin atau belum.

Kita harus belajar tenang dan tidak buru - buru.
Sama seperti kita datang kepada pejabat atau gubenur.
Dengan gubernur saja kita ngomong dengan sopan santun.
Apalagi Bapa di surga, harus ada rasa hormat dan rendah hati, terus harus sampai pecah hati.
Kalau belum ketemu Tuhan
Kita mulai lagi dialognya.

Pada saat air mata kita mengalir, emosi kita tidak. meledak.
Betul - betul tulus dulu.
Itu atmosfir Tuhan turun.
Harus dengan jeritan yang tulus.
Dalam doa harus ada jeritan yang murni sampai ketemu titik jeritan yang murni itu bahasa roh yang tulus akan keluar.
Orang bisa mengerang di hadapan Tuhan.

Perjumpaan yang hebat
Perjumpaan tingkat tinggi
- Melalui segala kejadian setiap saat.
Kita akan mengerti jejak Tuhan πŸ’— waktu Tuhan  membentuk kita.

Waktu kita dilukai orang disakiti orang kita menangkap jejak Tuhan dibalik itu.
Itu atmosfir hadiran Allah.
Kalau dulu kita dilukai orang reaksinya kan ngamuk.

Ketika kita menghadap masalah kita menemukan jejak Tuhan di situ.
Ini agak berat.

Ada kejadian - kejadian  tertentu itu yabg membakar, menggores jiwa kita baik susah sekali atau senang sekali.
Perhatikan Tuhan πŸ’— hadir dalam hidup kita.
Harus hati - hati.

Ketika kita dipromosikan naik jabatan
Tuhan Mmau apa dibalik ini ?
Apakah Tuhan mau pakaii kita lebih efektif untuk
pekerjaannya.
Aku akan memberkati banyak orang πŸ‘₯ dalam jabatan ini.
Tuhan mau menunjukkan kemuliaanNya lewat jabatan baruini.
Atau waktu kita tiba - tiba dipecat, difitnah, dan direndahkan.

Kita melihat, merasakan,  dan menghayati peristiwa - peristiwa itu dan menghubungkan penggarapan Tuhan πŸ’—dalam hidup kita ada kesukaan atmosfir hadiran Tuhan.

Ketika tiba - tiba kita dilukai, dikhianati seseorang.
Kita memandang Tuhan πŸ’—lewat ini apa
yang sedang Kau kerjakan.

Waktu kita mendapat berkat, misalnya : naik jabatan, kita goal bisnisnya.
Kita πŸ‘₯ bisa menangis, bukan jumlah uang itu.
Tetapi kehadiratNya dan rencanaNya.

Kadang - kadang Tuhan πŸ’—membuat masalah kita tidak selesai - selesai panjang, tiba - tiba selesai.
Bukan sekedar masalah itu selesai, tetapi kita melihat jejak Tuhan di sini. 
Itu sukacitanya luar biasa.

Tetapi ingat bukan pada waktu kita dapat uang banyak.
Tetapi juga pada waktu kita πŸ‘₯ ditindas, dilukai, dihina.
Jika hal itu negatif sering kali kita gagal.
Tapi makin hari makin tidak.

Kejadian - kejadian yang besar terutama tidak mungkin terjadi di luar kontrol Allah.
pasti ada sesuatu yang Tuhan πŸ’— ijinkan.
Yang sampai menggores jiwa kita, melukai dalam atau memberikan sukacita yang luar biasa.

Coba rasakan itu
Jika Kita bisa menangkap kehadiran Tuhan lewat masalah - masalah itu.
Kita bisa menikmati hadirat Tuhan.

Banyak kita dalam sesuatu yang memggoncangkan jiwa, apakah itu menyenangkan atau menyedihkan.
Tangkap jejak Tuhan di situ.
Pasti tidak kebetulan.
Tapi faktanya memang lebih banyak yang menyakitkan.

Bagaimana seseorang, dapat merasakan atmosfir hadirat Tuhan πŸ’— semakin kuat ?
1. Tidak memiliki kesenangan dan kebahagiaan apapun.
Kebahagiaan kita hanya Tuhan.
Tinggalkan semua ikatan kesenangan.
Bunuh semua keinginan.
Tidak salah punya rumah 🏑, Mobil πŸš—, makan dengan teman, tapi itu bukan kebahagiaan.
Kebahagiaanku Tuhan.

🌷Bagaimana bisa terpacu tidak punya kesenangan apapun ?
1. Kita meyakini ada dunia🌏 yang lebih baik dari tempat ini.

2. Ketika kita menikmati kehadirat Tuhan secara riil, kita bisa menikmati Tuhan, kita bisa meninggalkan semua kesenangan.

Banyak orang tidak tertarik.
Banyak orang kaya tidak tertarik lagi dunia 🌏 yang lain.
Tidak mau masuk neraka,  memang berharap masuk Surga, tapi tidak menjadikan Surga tujuannya.
Ini melecehkan Tuhan.
Sekalipun dia punya tambang emas satu gunung tidak ada artinya dibandingkan kemuliaan nanti.
Banyak orang tidak tertarik dan tidak bisa tertarik lagi.
Tidak mampu menebus.

Jangan harap kesenangan apapun.
Kalau pesta kawin, ulang tahun anak tidak hitung.
Ini sudah menunjukkan memang tidak memilih menjadikan Tuhan kesenangan.
Bukan tidak boleh pesta.
Bagaimana dia menyediakan porsi untuk sesamanya, ini tidak bisa ditipu.

Ini masa kritis.
Dunia makin menuju kebinasaan.
Koq kita masih mengharapkan ?
Punya harta berlimpah juga untuk apa?
Nikmatilah Tuhan.
Kita harus berjuang terus, dan paksa diri.

2. kesucian
Sembelih dagingmu
bisa salah, tetapi setiap salah kita minta ampun. 
Tahu di mana letak salahnya.
Kalau dulu kita menemukan dosa itu besar garis tengahnya hanya setengah meter.

Lama - lama menemukan dosa yang seperti bola kaki, lama - lama bola tenis, lama - lama sebesar kutu kita menemukan.
- Salahmu
- Ketidak jujuran
- Ketidak tulusanmu sebesar kutu kita temukan.
Sekecil apapun kesalahan kita tangkap.

Sampai kita πŸ‘₯ bisa lihat dosa kita yang kecil.
- Canda kita yang tidak kudus.
- Ucapan kita yang tidak pantas.
Kita masih bisa bersalah.
Tetapi setiap bersalah kita minta maaf.
Akar segala kejahatan cinta uang.
Jadi ke depan proyek kita mengajak orang jadi miskin.
Artinya : Walaupun dia kaya tidak merasa punya, jadi miskin.
Mengajak semua orang menembus batas untuk melihat langit baru bumi baru.

Tidak mengharapkan kesenangan dunia 🌏
Ajaibnya malah senang.
- Makan apa saja enak.
- Tidur di manapun nyenyak.
- Apapun yang Tuhan berikan kita bisa nikmati.
Mau mobil murah atau mobil mahal itu malah sebaliknya.

Kalau kita tidak nurut Firman ini, anda pasti menyesal.
Jadi sebelum kita πŸ‘₯ menyesal, lakukan ini.
Atmosfir hadiran Tuhan bisa kita nikmati setiap saat.
Sampai kita bisa mencium keharuman Tuhan.
Dan kita merasa Tuhan beserta kita, bersamaku.
Buktikan Allah hidup, buktikan Allah itu ada.

🌷JBU

RH Truth Daily Enlightenment “MENJADI BAGIAN DARI PASUKAN TUHAN”   27 April 2018

Hidup beriman dalam Tuhan Yesus πŸ’— berarti menjadi bagian dari pasukan atau laskar Tuhan Yesus.
Hari-hari ini, kita harus makin menyadari bahwa peperangan dan ketegangan antara kerajaan kegelapan dan Kerajaan Terang semakin dahsyat.

 Kita dipanggil untuk berdiri di pihak siapa kita berdiri.
Kenyataannya, banyak orang Kristen πŸ’— yang tidak menyadari hal ini, sehingga mereka tidak menunjukkan sikap yang jelas berada di pihak siapa. Ini sangat berbahaya.

Kalau kita πŸ‘₯ tidak memiliki sikap yang jelas di pihak siapa kita berdiri, itu berarti kita tergiring menjadi tawanan Iblis.
Dalam Lukas 11:23 ditulis “barang siapa yang tiada masuk pihak Aku, ia melawan Aku; dan barang siapa yang tiada mengumpulkan beserta dengan Aku, ialah mencerai-beraikan”.

Dalam ayat ini kita temukan ketegasan TuhanπŸ’— agar kita dapat mengetahui bagaimana posisi kita hari ini di hadapan Allah.
Pemberontakan Iblis di hadapan Allah menyeret malaikat-malaikat, berlanjut atau dilanjutkan di muka bumi (Why. 12:1-4, 7-9).

Bahkan pemberontakan beralih dari surga ke bumi 🌏 ini.
Iblis mencoba menyeret sebanyak mungkin manusia untuk mengikuti jejaknya melawan Tuhan. Ini merupakan gerakan Iblis yang terus berlangsung sampai hari ini.
Manusia harus menyadari hal ini (1Ptr. 5:9).

Ketika Kerajaan Surga datang, Ia menantang kita ada di pihak mana. Kerajaan Surga datang dibawa oleh Tuhan Yesus πŸ’—, yang merupakan isyarat dimulainya sebuah peperangan besar. Yaitu peperangan untuk membinasakan pekerjaan Iblis dan mengembalikan manusia kepada pemiliknya.

Sebagaimana Iblis mendayagunakan segala kekuatan dan pengikutnya untuk melawan Allah, demikian pula Tuhan Yesus πŸ’— mendayagunakan kekuatan-Nya dan pengikut-Nya untuk menghancurkan pekerjaan Iblis (1Yoh. 3:8).

Di surga malaikat-malaikat yang berperang, tetapi di bumi “kita” orang percaya- yang mengawal pekerjaan-Nya.
Yang penting harus kita ketahui sekarang adalah kita di pihak siapa? Apakah kita turut serta mengawal pekerjaan-Nya atau sibuk dengan urusan kita sendiri?

Kalau kita disebut sebagai “laskar Kristus maju masuklah perang” itu maksudnya kita berperang melawan penghulu yang jahat dunia 🌏 ini.
Setiap orang dipanggil untuk itu.
Peperangan yang pertama dimulai dalam diri kita.
Kita harus menghentikan pemilikan kuasa kegelapan atas diri kita.

Kemudian Tuhan mau memakai kita untuk melepaskan manusia πŸ‘₯lain dari cengkeraman kuasa kegelapan.
Harus diperhatikan bahwa seseorang tidak bisa melepaskan orang lain sementara dirinya sendiri masih terikat kuasa kegelapan.

Hamba Tuhan yang masih terikat materialisme, tidak akan dapat melayani orang lain dengan benar.
Kita tidak boleh lupa bahwa setelah kita menjadi anak Tuhan ada perjuangan berat yang kita alami.

Perjuangan berat tersebut adalah perjuangan menghadapi musuh, yaitu penghulu roh-roh di udara. Kalau dahulu kita di pihak musuh, yaitu bersikap melawan Tuhan πŸ’—, tetapi sekarang kita di pihak Tuhan harus hidup dalam kebenaran Tuhan.

Ini berarti kita menjadikan diri kita musuh penghulu roh-roh di udara.
Dalam Efesus 6:12 Alkitab πŸ“š menyatakan: “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara”.

Perhatikan kata “perjuangan” dalam teks ini.
Perjuangan di sini dalam teks aslinya adalah pale (πάλη), yang dalam bahasa Inggris dapat diterjemahkan wrestling, yaitu pergulatan.
Seperti seorang adu gulat, ia harus berjuang dan terus bergerak untuk merebut kemenangan, sebab kepasifan berarti kekalahan.

Seorang pegulat tidak boleh berhenti berjuang, ia ada dalam situasi dimana lawan terus berusaha untuk menaklukkannya. Kekristenan tidak boleh dijalani dengan santai dan pasif, tetapi berjaga dan selalu kuat, karenanya di Efesus 6:10 Paulus menasihati kita: “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan πŸ’—, di dalam kekuatan kuasa-Nya”.

Petrus menasihati kita πŸ‘₯ bertalian dengan hal ini sebagai berikut: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” (1Ptr. 5:8-9).

Jadi kalau kita πŸ‘₯ tidak merasa ada pergumulan berat dalam menghadapi tekanan kuasa musuh, pasti ada sesuatu yang salah dalam hidup ini. Dalam menghadapi kenyataan pergumulan melawan musuh ini, Tuhan Yesus menasihati kita agar berjaga-jaga.

Sikap berjaga-jaga ini harus dimiliki sepanjang waktu.
Bukan hanya sesaat. Setiap hari adalah hari perjuangan dan pergumulan.
Tidak ada waktu ⌚ atau tempat di mana anak Tuhan bisa gencatan senjata dengan Iblis.

Kekalahan atau kejatuhan banyak anak Tuhan dikarenakan tidak waspada terhadap serangan kuasa kegelapan yang tidak pernah berhenti. Iblis adalah musuh abadi setiap saat dan di sepanjang tempat.
Kita harus berjuang dan menang, seperti Yesus πŸ’— telah menang.


JBU

Kamis, 26 April 2018

Koleksi kotbah Pdt. Erastus Sabdono

Tgl 26-04-2018
Khotbah Youtube Channel 'Truth.id' dengan subtitle Bhs. Inggris:


1. https://youtu.be/Kc28w6HBrFQ
2. https://youtu.be/jM6D-Ba-lnc
3. https://youtu.be/HIE669U2nSM
4. https://youtu.be/IN3m_IWDF7Y
5. https://youtu.be/mcSbOt29ypI
6. https://youtu.be/M8jYI2x9-J8
7. https://youtu.be/t3VPyHUnFMI
8. https://youtu.be/ckeQIRY9HZQ
9. https://youtu.be/-979p5JKUdw
10. https://youtu.be/W7u52wiywLI
11. https://youtu.be/b9t_IcLMLNE
12. https://youtu.be/U0h1qXHfjuY
13. https://youtu.be/_KMaC7PePbg
14. https://youtu.be/dkN9hert6nw
15. https://youtu.be/hdLwm3ttUsA
16. https://youtu.be/Krg_R_OFCGg
17. https://youtu.be/V4i3KrBhi3E
18. https://youtu.be/QnI3xiGLf0M
19. https://youtu.be/xh5Ra1JKFbk
20. https://youtu.be/dc7xpN55jD4
21. https://youtu.be/qU38hSGrMFo
22. https://youtu.be/zHDdbU30GrY
23. https://youtu.be/Nvue_jkNC0o
24. https://youtu.be/agyJxR8ND8o
25. https://youtu.be/aYTTvdT_VUc
26. https://youtu.be/X8ghCzDUqw0
27. https://youtu.be/BYBTCkOSY-0
28. https://youtu.be/OZlfo1a-Oyo
29. https://youtu.be/Ry8kVVrMKP0
30. https://youtu.be/dXbSMVOK5aQ
31. https://youtu.be/Cu-CoW-lIRE
32. https://youtu.be/K2JJ7-nk8KM
33. https://youtu.be/W24yNAsx_PY
34. https://youtu.be/6ARNF3XRN6c
35. https://youtu.be/MUcUsPEBTFk
36. https://youtu.be/NbRNQaaJeC4
37. https://youtu.be/9MiE7wL5HZM
38. https://youtu.be/9Z1DhXMPEcA
39. https://youtu.be/NzopZN-gUZU
40. https://youtu.be/l-WZgwkZ9As
41. https://youtu.be/uR236WWjaqI
42. https://youtu.be/uR6vucawQk4
43. https://youtu.be/Fx397ndXh8I
44. https://youtu.be/ZtJH44NuK5s
45. https://youtu.be/eTxCDgwyWoc
46. https://youtu.be/piq7Ya1qJGA
47. https://youtu.be/ln8Dlx_C7I4
48. https://youtu.be/kc2Mjbc0I3k
49. https://youtu.be/cmR6lnOJ1to
50. https://youtu.be/iDdEJV9HjeE
51. https://youtu.be/0R85Tr7TeTA
52. https://youtu.be/1gCQ2w4bQLc
53. https://youtu.be/hLCqtuMJxK8
54. https://youtu.be/PMftHhp9LNA
55. https://youtu.be/zoc3B6MMbNM
56. https://youtu.be/m0F6ERCNCow
57. https://youtu.be/dCwfrY50Y9s
58. https://youtu.be/vICiTTVeZYU
59. https://youtu.be/DtzEglCT8yw
60. https://youtu.be/hWyGip78-lA
61. https://youtu.be/dmtiwYGyLFw
62. https://youtu.be/8K4GIWrEAFc
63. https://youtu.be/M9RAJWCmGss
64. https://youtu.be/F9TXJLiUxww
65. https://youtu.be/6wOmOWD_D6U
66. https://youtu.be/mJ5AFG7-U1o
67. https://youtu.be/A4yKyczE5sg
68. https://youtu.be/fcuebIYuJiE
69. https://youtu.be/x-asoutJEK0
70. https://youtu.be/sRigMHa0hcw


tgl 27/06/2018
Khotbah Youtube Channel 'Truth.id' dengan subtitle Bhs. Mandarin:

1. https://youtu.be/M8jYI2x9-J8
2. https://youtu.be/vICiTTVeZYU
3. https://youtu.be/QnI3xiGLf0M


Rabu, 25 April 2018

RH Truth Daily Enlightenment “HIDUP DALAM PEMERINTAHAN TUHAN”   26 April 2018

Hidup beriman dalam Tuhan Yesus πŸ’— berarti hidup dalam pemerintahan Allah.
Terkait dengan hal ini, Tuhan menghendaki agar kita membangun Kerajaan Tuhan atau menghadirkan Kerajaan Tuhan, artinya suasana pemerintahan Allah harus hadir dalam hidup kita.

Suasana pemerintahan Allah adalah jiwa yang dikuasai oleh kerinduan terhadap perkara-perkara surgawi, yaitu penghargaan kepada nilai-nilai kekekalan.
 Untuk ini Tuhan Yesus πŸ’—berkata: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga (Mat. 6:19-20).

Banyak orang salah mengerti terhadap maksud ayat ini.
Secara sekilas ayat ini mudah dimengerti, tetapi sebenarnya tidak.
Maksud ayat ini adalah bahwa kita πŸ‘₯ harus melatih diri tidak terikat dengan hal-hal duniawi sama sekali.

Terikat hal duniawi di sini maksudnya adalah bahwa penghargaan kita terhadap kekayaan dunia 🌏 membuat seseorang tidak menghargai nilai-nilai kekekalan, sebab di mana ada hartamu, di situ hatimu berada.
Ini adalah sebuah pemerintahan yang tidak kelihatan.

Menjadi orang percaya adalah menjadi manusia πŸ‘₯ yang hidup dalam pemerintahan Tuhan. Ternyata untuk memiliki keyakinan yang benar mengenai hal ini bukan sesuatu yang mudah, sebab pemerintahan Tuhan ini tidak kelihatan. Kita sudah terbiasa memercayai apa yang kelihatan.

 Untuk dapat memercayai kekuatan Allah yang tidak kelihatan atau pemerintahan Tuhan yang tidak nyata secara fisik merupakan hal yang tidak mudah.
Banyak orang πŸ‘₯ beranggapan bahwa keyakinan ini hanya dapat dimiliki oleh orang-orang yang berkarunia khusus. Padahal keyakinan ini merupakan hal biasa, yang memang harus dimiliki oleh setiap orang percaya.

Untuk ini kita harus mengembangkan keyakinan tersebut.
Kita harus membiasakan diri memercayai Tuhan πŸ’—dan pemerintahan-Nya yang tidak kelihatan secara mata fisik manusia.
 Kita harus melatih terus untuk membiasakan diri hidup dalam pola hidup pemerintahan Tuhan.

Tuhan melatih bangsa Israel untuk mengenal Tuhan, kekuatan dan pemerintahan-Nya.
Melalui pengalaman di tepi Laut Kolzom, Tuhan menunjukkan kehadiran kuasa dan pemerintahan-Nya.
 Ketika Kolzom terbelah, mata mereka tercelik untuk melihat kuasa pemerintahan Allah.

Juga dalam hidup Sadrach dan teman-temannya, dapur api yang menyala-nyala merupakan bagian dari mimbar Tuhan untuk memperkenalkan Diri-Nya kepada umat kesayangan-Nya dan manusia pada umumnya.
 Di sini nampak fakta pemerintahan Tuhan dalam hidup mereka.

Makin besar masalah yang kita hadapi, makin nyata kehadiran pemerintahan Tuhan dalam hidup.
Seorang yang belajar hidup dalam pemerintahan Tuhan πŸ’— akan melakukan hal-hal ini : Pertama, selalu mencari kehendak Tuhan untuk dilakukan.

Sebelum seseorang mengenal pemerintahan Tuhan, ia hidup sesuka hati.
Dirinya sendirilah yang menjadi tuan atas hidupnya.
Tetapi ketika ia menjadi orang percaya, ia mulai hidup dalam pemerintahan Tuhan πŸ’—, maka ia harus mulai mencari kehendak Tuhan untuk dilakukan. Keyakinan akan pemerintahan Allah, akan berdampak atau nyata dalam sikap hidup kita.

Kita akan bertindak lebih hati-hati.
Kita tidak berada di daerah yang tidak bertuan, tetapi di dalam wilayah pemerintahan Tuhan πŸ’—yang berhukum.
Pada dasarnya, keyakinan akan pemerintahan Tuhan dan kekuasaan-Nya di balik kekuatan dan pemerintahan yang tidak kelihatan, bukanlah bertujuan agar kita bisa memanfaatkan Tuhan untuk kepentingan kita.

Tetapi merupakan persiapan untuk hidup dalam pemerintahan Tuhan di Kerajaan-Nya nanti.
Dengan demikian seorang yang hidup dalam pemerintahan Tuhan πŸ’—, mulai memberi diri dibelenggu oleh pemerintahan-Nya.

Inilah jalan kepada kemerdekaan hidup yang sejati.
Kedua, bergantung kepada Tuhan πŸ’— yang menjadi andalan hidup ini.
Kita hidup di bawah bayang-bayang pemerintahan Allah yang menaungi kita.

 Keyakinan akan pemerintahan Allah memberi kekuatan batin yang hebat dalam keadaan-keadaan sulit yang kita hadapi, dan sekaligus memberi pengharapan hari esok baik, selama kita meniti perjalanan hidup di dunia, ini maupun di balik kubur kita.

Keyakinan seperti ini ditunjukkan oleh Pemazmur dalam tulisannya di Mazmur 27:1-6. Kalau seseorang percaya terhadap kuasa pemerintahan Allah, maka ia akan hidup dalam pengabdian kepada Tuhan. Pengabdian kepada pemerintahan Kerajaan Allah πŸ’—, yang tidak kelihatan.

Ketiga, keyakinan bahwa ada pemerintahan di balik kekuatan manusia πŸ‘₯, akan menjadikan hidup kita digerakan oleh kesadaran, bahwa ada Allah yang hidup menentukan segala perkara.
Ini berarti bahwa Tuhanlah yang menaungi segala sesuatu.

Kesadaran ini akan nyata dalam sikap hidup kita yang selalu merendahkan diri di hadapan-Nya untuk bergantung dan berharap sepenuhnya dalam segala sesuatu.
Orang-orang πŸ‘₯ yang bersikap seperti ini akan mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Baginya kehidupan ini tidak lengkap tanpa Tuhan.

Segala kesanggupan, kemampuan, dan kecakapan tidak artinya tanpa Tuhan πŸ’— yang menaungi kita.
Tuhan yang menentukan miskin dan kaya.
Tuhan yang mengangkat penguasa dan menurunkannya (Luk. 1:52).
Menyadari hal ini hendaknya kita semakin merendahkan diri di hadapan Tuhan.

JBU

Selasa, 24 April 2018

SBT ( Sunday Bible Teaching ) 22 April 2018 Pdt.Dr. Erastus Sabdono

Mungkin ada proses kebingungan para rohaniawan, pendeta, Theolog - theolog Kristen.
Tetapi hal itu tidak pernah terekpos.
Sebab mungkin tidak banyak orang πŸ‘₯mengalami, tidak pernah disaksikan, atau diungkapkan kepada orang lain.

Hubungan Kekristenan dan Israel.
Tidak diucapkan, tetapi jujurnya ada sebuah pengalaman blunder kebingungan atau kekacauan.
Ketika hendak mengenakan Kekristenan sebagai agama.

Sebenarnya Kekristenan tidak bisa dikemas seperti agama - agama pada umumnya.
Tetapi terpaksa dikemas,
- Karena dianggap tidak ada pilihan lain juga tidak mengenal kebenaran secara murni.
- Tidak berani membayar harga Kekristenan tersebut.

Blundernya adalah
Ketika kekristenan hendak jadi agama.
Bagaimana mengenakan Kekristenan sebagai agama ?
Sebab agama memiliki ciri, memiliki atribut :
1. Ceremonial - ritual
Dan Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan ritual dan ceremonial.

- Di dalam agama selalu ada hukum.
- Tatanan moral yang biasa juga dikenal sebagai syariat.
Kekristenan tidak memiliki hukum dan syariat.

- Agama pada umumnya memiliki strata ada imam, ada awam seperti Bangsa Israel.

Tetapi Orang Kristen atau orang percaya πŸ‘₯ semua imamat - imamat yang rajani.
Jadi ruwet, jadi kacau, serba salah.

Karena tidak mengenal kebenaran.
Tiada ada jalan keluar.
Tidak berani membayar kekristenan yang sejati.
Dipaksakan jadi agama saja, tidak ada pilihan.
Sebenarnya mereka bingung, bagaimana bisa menempatkan Kekristenan ?

2. Tidak menemukan kebenaran atau sebenarnya menemukan kebenaran, tetapi tidak berani membayar harganya.

Harganya itu seperti Yesus.
Tidak seperti Yesus,  bukan Kristen.
Kalau sampai boleh menjadi Kristen
menyandang gelar kristen dengan standar anak dunia itu salah....

Kita pasang bandol harga yang bukan milik kita.
Tuhan πŸ’— yang punya barang.
"Kamu mau punya barang ini, ikuti caraku, bukan kamu yang pasang harga sendiri."
Kalau sampai pendeta pasang harga itu kurang ajar benar, menyesatkan.

Kekristenan bukan agama, tetapi jalan hidup.
Blundernya ketika mereka memaksakan Kekristenan jadi agama.
Sedangkan agama ciri - cirinya :
- Ceremonial atau ritual
atau upacara agama
- Hukum tatanan atau moral atau syariat
- Dominasi tokoh

Agama masih
membuka peluang menikmati dunia 🌏
Tetapi Kekristenan tidak membuka peluang.
Pilih Surga, Surga saja atau tidak sama sekali.
Kumpulkan harta di Surga bukan di bumi.

Tetapi hari ini kebanyakan orang Surga itu harapan bukan tujuan.
Dan dianggapnya benar, itu salah....
Surga itu harus merampas seluruh hidup kita πŸ‘₯
Surga satu - satunya tujuan hidup kita.

Jadi struktur Kekristenan rusak di gereja - gereja πŸ’’ yang tidak mengenal kebenaran itu.
Fokusnya berkat - berkat jasmani.
Lalu pendeta menjadi mediator antara Allah dan manusia, dan pendeta berkata
- Saya lepaskan berkat.
- Saya doakan kamu.

Jemaat tidak memiliki
kemandirian untuk
mencari Tuhan πŸ’—
Jadi dipendent Ke pendeta bukan indipendent.
Dan itu merusak.
Itu pendidikan yang salah.
Saking begitu lama, rusak dan akut.
Kalau gereja dan pendeta yang baik mendengar begini, sadarlah...

Kalau Theolog - theolog, tidak semua, bahkan tokoh - tokoh yang menggumuli
menghadapi masalah ini bingung dia.
Apakah harus pakai musik, apakah harus menari - nari ?
Tidak harus menari.
Lalu seakan - akan menari itu menyenangkan Tuhan.

Kalau Daud menari, harus lihat konteknya Daud.
Karena Daud memindahkan tabut, itu sekali - kalinya.
Kalau Kita πŸ‘₯ tidak memindahkan tabut.

Karena Tuhan tidak memberikan kita ritual.
Jangan sampai kita dibelenggu dengan ritual sampai kemudian tanpa disadari seakan - akan hal ini menggantikan sikap hidup kita.

Allah πŸ’— yang benar dan Allah yang besar tidak cukup diberi porsi 1 jam, 2 jam, 3 jam.
Tetapi tidak ada waktu di mana kita tidak berbakti. Bahkan tidak ada waktu di mana kita tidak  menyembah.

Menyembah itu Prokuneo, artinya : memberi nilai tinggi.
Sikap memberi nilai tinggi itu terekspresi dalam ucapan, sikap, dan tindakan, apapun yang kita lakukan.
Itu baru pantas untuk Allah πŸ’— yang benar dan Allah yang besar.
Tidak cukup dengan nyanyi Haleluyah, kita sedang menyembah.

Allah yang besar dan Allah yang benar itu patut menerima penyembahan kita setiap saat.
Karena menyembah itu sikap hati konsisten sepanjang waktu ⌚
Tidak cukup diwakili dengan nyanyian, orkestra sebagus apapun.

Di dunia 🌏 banyak keindahan, tetapi kita bisa berkata, "Kau Tuhan yang terindah dalam hidupku"
Itu sikap menyembah.

Pada intinya kita dirubah Firman bukan puji - pujian.
Allah πŸ’— yang besar dan Allah yang benar hanya pantas dan layak dihormati segenap hati jiwa kita.

Musik gereja boleh bagus, memang untuk Tuhan yang terbaik, tapi jangan menggantikan sikap kita setiap saat.
Kekristenan itu bukan musik 🎷 bagus, orkestra, klasik, tetapi sikap hatimu setiap hari.

Kalau acara yang tidak memberkati, kita tidak bertumbuh dalam Tuhan, itu tidak perlu.
Sebab yang terpenting dalam gereja πŸ’’ itu kebenaran firman disampaikan.

Nyanyian kita bukan di gereja πŸ’’
Nyanyian hidup kita dalam segala hal.
Kristen itu ibadahnya
- Di rumah
- Di kantor
- Di pabrik
- Di jalan
- Di kampus
- Di sekolah
- Di pergaulan
Bukan ceremonial ini, karena ini banyak menipu.

Gereja πŸ’’ harus menjadi miniatur hidup kita.
Setiap harinya :
- Jangan gara - gara uang kecil kamu berantem
- Karena keinginan daging kamu berdosa.
Tuhan tidak menjadi indah dalam hidupmu, bohong itu namanya.

Nyanyian kita di gereja harus sesuai dengan prilaku kita setiap hari.
Kehidupan kita setiap hari menjembatani pengakuan kita atau Kredo kita di gereja ini harus pas.

Di gereja πŸ’’ kita nyanyi begitu sendu, tetapi kita hanya menciptakan
frekwensi fantasi / palsu dalam hidup ini.

Kalau hidup kita dari hari ke hari sungguh menghormati Tuhan.
Meletakkan Dia nilai tertinggi dalam hidup kita, waktu menyanyi di gereja
Frekwensinya itu sama benar dan tidak palsu.
Itu ada keindahan, mantap, hati kita sukacita
Karena kita πŸ‘₯ mengekspresikan perasaan apa yang kita lakukan tiap hari.
Itu ada kebahagiaan.

Kalau tiap hari kita πŸ‘₯ belajar :
- Hidup dalam kesucian
- Tidak takut mati
- Merindukan Tuhan
Waktu kita mengekspresikan dalam bentuk kredo ada sukacita. Yang mengalir, ada kebahagiaan, ada kemantapan yang tidak bisa kita gambarkan.

Ada satu kesatuan mulut kita dengan warna hidup kita.
Kalau tidak, kita πŸ‘₯ hanya berfantasi.
Dan herannya banyak orang betah berfantasi dalam kepura - puraan seperti itu.

Kalau hari - hari kita betul - betul merindukan Tuhan πŸ’—, dan melatih diri meninggalkan percintaan dunia, kalau pada waktu kita menyanyi jadi nyambung.
Nyanyian harus sinkron dengan hidup kita setiap hari.

Agama suku pada umumnya mereka menari sesuai dengan selera  dewanya.
Atau dewanya suka ayam hitam, mereka harus memenuhinya.

Tuhan πŸ’— kita tidak begitu, dan Tuhan tidak butuh apa - apa.
Tuhan hanya ingin kita seperti Dia berkodrat Ilahi.
Kita harus berubah dari kodrat dunia menjadi kodrat ilahi.

Dunia 🌏 mengajarkan
- Cara berpikir dunia hasilnya kodrat manusia.
Memang tidak disebut kodrat setan.
Tapi ingat, apa yang dipikirkan manusia bukan dipikirkan oleh Allah.

Gereja πŸ’’ mewakili Tuhan :
- Cara berpikir Tuhan Yesus, memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
- Menghasilkan Kodrat ilahi.
Ini harus perjuangan.

Semakin berkodrat Ilahi semakin berkenan.
Mau nyanyi apa saja, syairnya bagaimanapun, tentu semua harus sesuai Alkitab πŸ“š, Tuhan berkenan.

Tapi kalau kita tidak berkodrat ilahi, hidup kita belum sesuai kehendak Allah πŸ’—, mau suara bagus, pakai orkestra, mau sebagus apapun, dengan gedung akustik apapun tidak ada nilainya.
Kristen itu begitu....

Kalau kita tidak berubah, dituai dunia, kita tidak akan  dituai Tuhan πŸ’— selamanya.
Jangan keras kepala
Jangan sombong
Kalau Tuhan tegur kita hari ini untuk berubah, jangan keraskan hati.

Yang terpenting ceremonial tidak menggantikan kebenaran prinsip dalam hidup.
Kristen itu tidak ada lawan.
Tidak bisa dipadankan.
Satu - satunya jalan keselamatan.
Kalau jadi Kristen kamu   harus sempurna seperti Yesus πŸ’—

Kita juga setuju agama mengajarkan kebaikan.
Agama juga tidak bermaksud membawa orang ke nereka.
Tetapi yang paling benar itu Alkitab πŸ“š
Orang dihakimi menurut perbuatan.

Yohanes 4 : 24
Ini konteksnya Yesus πŸ’— jadi manusia.
Allah itu Theos Bapa di Surga.
Allah satu - satunya yang benar.
Dan Yesus Kristus yang Dia utus.

Allah Bapa πŸ’— tidak pernah jadi Tuhan.
Dia bukan Tuhan.
Tuhan itu Yesus.
Allah yang punya semua kemuliaan dan kerajaan.
Kalau disebut Tuhan boleh, Tuhan besar.
Yang dipercaya memerintah jagat raya ini Tuhan kita Yesus Kristus bersama kita hulubalang - hulubalangnya.
Jadi Tuhan Yesus berkata : "Menyembah Allah dalam roh dan kebenaran."

Di Surga Bapa πŸ’— tidak kelihatan.
Yang kelihatan Tuhan Yesus, takhtaNya ada.
Kita bertemu muka dengan muka bersama Tuhan Yesus, Bapa tidak kelihatan.

Tapi semua pemduduk Surga menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.
Punya penghormatan dan taat kepada Bapa πŸ’—
Kasih saling mengasihi.
Itu suasana yang luar biasa.
Itu sikap penyembahan, itu dimulai sejak di bumi.

Jadi bukan hanya nyanyi, tetapi setiap sikap kita  dari detik ke detik penyembahan kepada Tuhan.
Jadi menyembah dalam roh dan kebenaran kepada Allah πŸ’— itu patren pola
di keabadian, bukan pola di bumi.

Kita tidak bisa masuk Surga tanpa sikap ini.
Di surga bukan hanya nyanyi, tetapi kita πŸ‘₯ kerja.
Di Surga semua akan terulang kembali, ada musik, seni, semua keindahan persis di bumi.
Manusia hakekatnya kerja.

Semua keinginan kita ditunda nanti di langit baru bumi 🌏 baru.
Di sini semua keinginan kita simpan untuk nanti di LB3.
Kita harus sungguh - sungguh memiliki sikap menyembah dalam roh dan kebenaran yang benar, sikap penghormatan kepada Tuhan πŸ’— harus benar.
Jadi bukan sekedar nyanyi di gereja untuk memuji Tuhan.

Amin... 🌷

RH Truth Daily Enlightenment “CARA BERPIKIR YANG BERBEDA”   25 April 2018

Hidup beriman dalam Yesus Kristus πŸ’— berarti berpola pikir yang berbeda, sehingga bergaya hidup yang tidak sama dengan dunia ini.
Dengan demikian, orang percaya harus selalu mengalami proses pembaharuan pikiran.

Proses pembaharuan pikiran ini akan membuat gaya hidup seorang anak Tuhan semakin berbeda dengan gaya hidup anak-anak dunia.
Kenyataan ini tidak mungkin dapat dihindari. ,
Kalau gaya hidup seorang Kristen πŸ‘₯ tidak berubah seperti yang dipolakan oleh Tuhan, maka ia bukanlah orang Kristen sejati, tetapi orang Kristen palsu.

Demikianlah dikatakan dalam kitab suci πŸ“š, bahwa gandum bercampur dengan lalang tumbuh bersama.
Sekarang Tuhan tidak mengadakan pemisahan, tetapi nanti di akhir zaman, barulah Tuhan mengadakan pemisahan.

Gaya hidup yang dipola Tuhan adalah gaya hidup sesuai dengan Injil Kerajaan Surga.
Inilah yang Paulus maksudkan sebagai hidup yang berpadanan dengan Injil (Flp. 1:27).
Kehidupan yang berpola Tuhan adalah kehidupan yang semakin seperti Yesus.

Kehidupan seperti Yesus πŸ’— adalah kehidupan seseorang, yang dalam hidup ini hanya melakukan kehendak Bapa, berperilaku mulia, dan hidup memperjuangkan pelebaran Kerajaan Allah.
Pelebaran Kerajaan Allah artinya bagaimana Injil bisa didengar oleh sebanyak mungkin orang dan mendewasakan mereka.

Perubahan tersebut membuat seseorang tidak menemukan sahabat yang bisa sehati di luar orang percaya.
 Dengan demikian, ia akan merasa kesepian, sebab pola hidup manusia πŸ‘₯ di sekitarnya makin berbeda dari apa yang dihayati atau dimengertinya mengenai kehidupan.

Kesepian seperti ini justru membuat kehidupan rohaninya semakin sehat, sebab ia dibawa kepada suatu kesadaran bahwa ada rongga kosong dalam dirinya yang tidak dapat diisi oleh siapa pun dan apa pun kecuali oleh Tuhan πŸ’— sendiri.

Kalau ia merasa bahwa dunia 🌏 sekitarnya semakin berbeda, sebenarnya yang berubah bukanlah orang lain atau dunia sekitarnya, tetapi dirinya sendirilah yang semakin berubah.
Hal inilah yang membuat seorang anak Tuhan yang bertumbuh secara benar di dalam Tuhan, tidak bisa lagi akrab dengan teman-teman lamanya yang tidak mengenal kebenaran.
Bahkan kadang-kadang dengan saudara dan keluarga dekat sendiri ia merasa asing.

Jadi kalau seseorang masih bisa akrab dengan orang yang tidak takut Tuhan, sangat besar kemungkinan ia belum bertumbuh secara benar di hadapan Tuhan.
Kesepian seperti ini adalah kesepian kudus yang mendorong seseorang makin mencari Tuhan πŸ’—dan bersekutu dengan saudara seiman yang “se-roh”.

Baginya, ke gereja πŸ’’bukan lagi kewajiban tetapi kebutuhan, sebab di sana ia menemukan orang-orang yang bisa diajak sehati.
Perubahan-perubahan oleh kuasa Firman atas seseorang akan membuat seseorang tidak merasa nyaman hidup di bumi ini.
Ia melihat ketragisan hidup ini.

Namun demikian, ia tetap bisa menikmati semua berkat yang Tuhan πŸ’— sediakan.
Selanjutnya, ia makin menghayati apa artinya bahwa dunia ini bukan rumahnya.
Dunia ini adalah tempat persinggahan sementara.

Inilah yang harus terus menerus diajarkan kepada jemaat Tuhan, bahwa Tuhan πŸ’— memilih kita untuk meninggalkan dunia ini, sama seperti Abraham diperintahkan untuk meninggalkan Urkasdim. Apakah pola hidup ini membuat seorang anak Tuhan nampak tidak wajar? Tuhan tidak mengajarkan kita hidup secara tidak wajar di mata manusia.

Wajar dengan pengertian, bahwa kita tidak kehilangan “kemanusiaan” kita.
Kita tetap masih menjalani hidup seperti manusia lain dalam bekerja mencari nafkah, makan minum, menikah, menikmati alam, mengembangkan dan menikmati kreasi seni dan menikmati hobi yang menyukakan hati, berolah raga, rekreasi dan lain sebagainya.

Jadi, menyangkal diri pada prinsipnya bukan hanya menyangkut masalah tindakan-tindakan lahiriah yang dianggap tidak bermoral seperti membunuh, berzina, mencuri dan lain sebagainya, tetapi juga kesediaan untuk mengubah tujuan dan motif hidup.

Jadi yang paling dipersoalkan bukan “buah” semata-mata, tetapi akarnya.
Dalam hal ini kita πŸ‘₯mengerti mengapa Paulus berkata bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang (1Tim. 6:10).

Cinta uang adalah tradisi yang diturunkan orang tua kepada kita πŸ‘₯
Berkenaan dengan hal ini Paulus menulis dalam 1 Korintus 15:32, sebuah filosofi yang berkata: “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati”.

Hal inilah yang ditunjukkan Tuhan Yesus dalam Lukas 12:16-21, orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, tetapi tidak kaya di hadapan Tuhan πŸ’— “Tidak kaya di hadapan Tuhan”, kalimat ini hendak menyerukan kita agar kita kaya di dalam Tuhan.

Untuk kaya di dalam Tuhan kita harus mulai memiliki motif dan tujuan hidup yang benar.
Motif dan tujuan hidup yang benar harus diajarkan terus menerus di dalam gerejaπŸ’’

Ini bukan sekadar membantu pelayanan gereja, terlibat dalam aktivitas gereja dan berbagai kegiatan rohani lain yang kita golongkan melayani Tuhan, tetapi menyangkut seluruh irama hidup setiap hari.
Di dalamnya Tuhan πŸ’— akan mengajar orang percaya.
Sekali lagi, setiap kali orang percaya berkumpul bersama dan Alkitab dibuka, disitulah tujuan dan motivasi hidup yang benar diajarkan kepada kita.

JBU

Senin, 23 April 2018

RH Truth Daily Enlightenment “HIDUP SECARA LUAR BIASA”   24 April 2018

Hidup beriman dalam Tuhan Yesus berarti hidup secara luar biasa.
Tuhan πŸ’— berkata bahwa kita harus sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48). Perjuangan untuk menjadi sempurna seperti Bapa adalah perjuangan yang tidak akan berhenti sampai seseorang menutup mata.

Tuhan Yesus mengatakan “harus” sempurna, ini berarti bahwa menjadi sempurna bagi anak-anak Tuhan tidak boleh ditawar lagi.
Gereja πŸ’’ tidak boleh memberi kesan bahwa orang percaya boleh kurang sempurna, berhubung adanya kelemahan dan kekurangan manusia. Kesempurnaan inilah yang membuat seseorang memiliki standar moral lebih dari tokoh-tokoh agama manapun (Mat. 5:20).

Ini berlaku bagi setiap orang percaya πŸ‘₯, bukan hanya bagi rohaniwan Kristen.
Oleh sebab itu setiap orang Kristen harus berusaha mencapainya dengan segala kemampuan yang Tuhan anugerahkan.
Semua itu merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi dan tidak boleh dihindari bagi orang yang mau menjadikan Yesus sebagai Tuhan, sebab mengakui Yesus sebagai Tuhan berarti mengakui otoritas-Nya.

Syarat ini bukan berarti sebuah jasa atau penentu keselamatan.
Penentu keselamatan adalah korban Tuhan Yesus πŸ’— di kayu salib, yang merupakan jalan keselamatan satu-satunya yang diberikan dengan cuma-cuma, bukan hasil perbuatan baik (Ef. 2:8-9). Dalam hal ini kita harus dapat membedakan antara menerima keselamatan sebagai anugerah dan meresponi anugerah itu dengan mengakui ororitas-Nya untuk hidup secara luar biasa.

Kalau kita berpikir bahwa usaha untuk sempurna dapat merusak doktrin teologia keselamatan oleh anugerah (Ef. 2:8), maka itu suatu pandangan yang sangat keliru.
Usaha untuk menjadi sempurna bukan usaha untuk meraih keselamatan, tetapi sebagai respon terhadap anugerah yang Tuhan πŸ’— sediakan.

Harus diingat, bahwa Tuhan menghendaki agar orang percaya πŸ‘₯ hidup dalam kebaikan yang Bapa sediakan (Ef. 2:10).
Tentu kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan standar Tuhan Yesus Kristus.
Kesempurnaan yang dikehendaki oleh Tuhan adalah mengenakan pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus (Flp. 2:5-7).

Orang yang sungguh -sungguh telah menerima keselamatan atau sedang mengerjakan keselamatan, pasti berusaha untuk sempurna (Flp. 2:12). Tuhan Yesus πŸ’— dijadikan model manusia sempurna seperti yang Bapa kehendaki.
Oleh sebab itu, kebaikan dan kesempurnaan Yesus bukan hanya dikagumi, tetapi juga diteladani.

Dalam perjalanan pertumbuhan rohani seseorang yang sungguh-sungguh mengusahakan kesempurnaan, tidak bisa tidak ia pasti menampilkan kehidupan Yesus πŸ’—
Segala usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani tidak boleh mengurangi usaha untuk mencapai kesempurnaan dalam Tuhan.

Kalau seseorang menganggap bahwa mengusahakan kebutuhan jasmani lebih penting dari mengusahakan kesempurnaan seperti Bapa, maka itu berarti ia mentuhankan perut dan berkategori duniawi 🌏(Flp. 3: 12-19).
Pernyataan ini terkesan berlebihan dan menekan. Tetapi inilah kenyataannya, bahwa orang percaya memang harus sempurna dalam seluruh kegiatan hidupnya.

Untuk ini seseorang harus menanggalkan beban dan dosa (Ibr. 12:1). Beban artinya keterikatan dengan dunia 🌏 ini.
Ini sama dengan percintaan dunia.
Dosa yang dimaksud di sini adalah keterikatan seseorang dengan keinginan daging atau hasrat dosa dalam dirinya.
Kesempurnaan dalam Tuhan artinya iman yang sempurna seperti Yesus, yang ditandai dengan ketaatan-Nya kepada Bapa di surga (Ibr. 12:2-5).

Kenyataan yang dapat dibuktikan hari ini, banyak orang πŸ‘₯ yang mengusahakan pemenuhan kebutuhan jasmani lebih dari mengusahakan diri untuk sempurna seperti Bapa. Mengusahakan untuk sempurna bukan berarti mengurangi waktu kerja, bukan berarti harus menjadi aktivis gereja atau bahkan menjadi pendeta. Mengusahakan diri untuk sempurna berarti selalu dalam sikap berjaga, bahwa kita sedang belajar melakukan segala sesuatu tepat seperti yang Bapa kehendaki.

Di sinilah kita belajar untuk memenuhi apa yang dikatakan Firman Tuhan, yaitu jika kita makan atau jika kita minum, atau jika kita melakukan sesuatu yang lain, kita πŸ‘₯ harus melakukan semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Pergumulan pelatihan melakukan kehendak Tuhan dengan benar, justru pada waktu seseorang ada di kantor, toko, tempat kerja, pergaulan di tengah-tengah keluarga dan masyarakat.

Kesempurnaan bukan hanya ditemukan pada waktu seseorang melakukan kegiatan di lingkungan gereja πŸ’’
Justru proses pembelajarannya lebih efektif dan kondusif pada waktu ada seseorang berada di luar lingkaran kegiatan gerejani.
Di lingkungan gereja seseorang mudah tercegah untuk melakukan tindakan yang ceroboh.

Seseorang menjadi lebih berhati-hati ketika ada di lingkungan gereja.
Di gereja πŸ’’ seseorang berhadapan dengan saudara-saudara seiman, terlebih lagi berhadapan dengan rohaniwan.
Hal ini mencegah seseorang berbuat suatu kesalahan.
Tetapi ketika ada di luar gereja, ada banyak faktor yang dapat mendorong orang Kristen untuk berbuat dosa dan lingkungan yang mengkondisi untuk berbuat salah.
Di sini seseorang teruji apakah tetap hidup dalam otoritas Tuhan atau tidak.

JBU

Minggu, 22 April 2018

RH Truth Daily Enlightenment “HIDUP DALAM OTORITAS TUHAN”   23 April 2018

Hidup beriman dalam Yesus Kristus πŸ’— berarti hidup dalam otoritas Tuhan.
Dalam Matius 5:20, Tuhan menetapkan suatu syarat yang berat untuk mereka yang mau masuk Kerajaan Surga, yaitu harus memiliki hidup keberagamaan yang lebih dari ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ini pernyataan yang mengejutkan.

Bagaimana tidak, sebab ahli Taurat dan orang Farisi adalah tokoh-tokoh agama, yang pada waktu itu dianggap memiliki kesalehan lebih dari masyarakat umum. Dengan pernyataan Tuhan Yesus πŸ’— ini, orang percaya dituntut untuk memiliki target, yaitu hidup secara luar biasa dalam kelakuan.

Hidup keberagamaan dalam teks tersebut adalah dikaosune, yang artinya kebenaran yang bertalian dengan tingkah laku, baik yang nampak di luar maupun yang tidak kelihatan, yaitu sikap hati dan pola berpikirnya.
Ketika seseorang menjadi orang yang mengaku Yesus Kristus πŸ’— sebagai Tuhan, maka ia harus mengakui otoritas-Nya.

Mengakui otoritas Yesus berarti melakukan apa pun yang diperintahkan atau yang Dia kehendaki. Kehendak Tuhan Yesus πŸ’— adalah agar kita menjadi seorang yang luar biasa dalam kelakuan. Ini adalah tuntutan yang sangat berat.

Tetapi inilah standar anak-anak Allah, sebab orang percaya haruslah mengenakan standar kehidupan Yesus πŸ’— sendiri.
Di dalam pertintah untuk memiliki kebenaran yang melampaui ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Tuhan memberi kesanggupan untuk melakukannya. Kesanggupan itu sama dengan kuasa (Yun. exousia), yaitu Roh Kudus yang dimateraikan, Injil dan penggarapan Allah melalui segala kejadian atau peristiwa hidup yang kita alami.

Demikianlah, kita dapat mengerti mengapa Tuhan memberi tuntutan yang sangat berat kepada seseorang yang mau memperoleh hidup kekal, sebab Tuhan πŸ’— menginginkan orang percaya untuk hidup dalam kualitas tinggi (Mat. 19:16-26). Dalam Matius 19:16-26 dikisahkan mengenai seseorang yang merindukan suatu kehidupan yang berkualitas, atau hidup kekal.

Tuhan menetapkan suatu syarat untuk memperoleh hidup yang kekal tersebut, yaitu menjual segala milik, membagikannya kepada orang miskin dan mengikut Tuhan Yesus πŸ’—
Orang ini tidak bisa memenuhinya, dengan sedih ia meninggalkan Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus tidak mencegah kepergiannya. Tuhan tidak mau menahan orang yang memang tidak berniat untuk memperoleh keselamatan dalam Yesus Kristus πŸ’—
 Dalam hal ini kita temukan, bahwa Tuhan tidak menolerir orang yang yang tidak sungguh-sungguh mau memenuhi tuntutan-Nya.
Tuhan tidak mengurangi tuntutan-Nya.

Memang Tuhan πŸ’— penuh kasih, tetapi Tuhan adalah Tuhan yang memiliki otoritas dan ketegasan yang tidak bisa diatur oleh manusia. Kalau Tuhan berkata: “Kamu harus sempurna…”, maka kita tidak boleh menawar kehendak Tuhan tersebut dengan kehidupan yang kurang sempurna.
Walau mungkin sampai mati kita tidak sempurna, tetapi kita harus mengusahakan kesempurnaan dengan sungguh-sungguh.

Usaha untuk sempurna inilah bukti bahwa seseorang mengakui otoritas-Nya.
 Dan orang-orang πŸ‘₯seperti ini layak disebut umat-Nya. Oleh sebab itu mendengar kata “sempurna”, hendaknya kita tidak gentar. Kita harus memandang Tuhan dan lebih gentar terhadap Dia. Kalau seseorang memiliki kegentaran yang patut terhadap Allah, maka apa pun yang diperintahkan pasti dipenuhinya, artinya tidak ada hal yang besar. Sebab hanya Allah yang besar.

Hidup beriman dalam Yesus Kristus, berarti tunduk pada otoritas Tuhan πŸ’— tanpa batas.
Hal ini telah ditunjukkan oleh Abraham sebagai bapa orang percaya. Ketika Elohim Yahwe menghendaki korban bakaran yang menggunakan anaknya sebagai korban bakaran, Abraham tidak membantah sama sekali.

Abraham melakukannya dengan mantap tanpa ragu-ragu.
Juga ketika sampai hari tuanya, Abraham tidak menemukan negeri yang dijanjikan, Abraham tetap bersiteguh tidak kembali ke Urkasdim.
Sikap kepatuhan Abraham ini menunjukkan sikap hormatnya kepada Allah.

Orang seperti ini pantas menjadi sahabat Allah.
Demikianlah mestinya kita yang memanggil Yesus sebagai Tuhan, maka kita harus tunduk kepada otoritas-Nya tanpa batas. Panggilan Tuhan atau Kurios terhadap diri Yesus πŸ’—, mengisyaratkan bahwa kita menjadi budak-Nya. Seorang budak tidak memiliki hak sama sekali atas dirinya.

Majikan yang membeli dirinya itulah yang berhak atas diri budak tersebut sepenuhnya.
Jadi kalau kita mengaku Yesus πŸ’— sebagai Tuhan, tetapi tidak hidup di dalam otoritas-Nya, berarti secara tidak langsung kita hendak menipu Tuhan dan menipu diri sendiri.

Orang-orang seperti ini pasti ditolak oleh Tuhan. Mereka memanggil nama Yesus πŸ’—, tetapi tidak melakukan kehendak Bapa.
Kehendak Bapa adalah agar orang percaya memiliki kebenaran melebihi ahli Taurat dan orang Farisi.
 Itulah sebabnya dikatakana dalam Firman Tuhan bahwa orang percaya harus sempurna seperti Bapa.

JBU

Sabtu, 21 April 2018

RH Truth Daily Enlightenment “MELEPASKAN DUNIA”   22 April 2018

Terkait dengan hidup beriman dalam Yesus Kristus πŸ’—, kita harus memahami maksud Efesus 2:8-9, supaya kita jangan sesat, sebab banyak orang salah memahami maksud ayat ini.
Mereka berasumsi bahwa kita tidak perlu memiliki usaha apa pun untuk memiliki keselamatan.

Mereka memandang, bahwa usaha sekecil apa pun dipahami sebagai pemberontakan terhadap kebenaran, seakan-akan usaha itu adalah usaha untuk memiliki dan mencapai keselamatan. Sebagai akibatnya, banyak orang Kristen πŸ‘₯ tidak memiliki usaha apa pun untuk meresponi keselamatan.

Hal ini sama dengan tidak mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Mereka pasti tidak pernah mengalami dan memiliki keselamatan yang Tuhan sediakan.
Dalam Efesus 2:8-9 tertulis: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah πŸ’— itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Kalimat “itu bukan hasil usahamu” harus dipahami dengan benar. “Itu bukan hasil usahamu” artinya: Itu bukan dari dirimu sendiri, tetapi dari Allah atau pemberian Allah.
Kalimat “bukan hasil usahamu” dalam teks aslinya adalah: ΞΊΞ±α½Ά τοῦτο οὐκ ἐξ ὑμῢν (Ing. that not of yourselves, his was not from yourselves, but is the gift of God).

Sedangakan kalimat “bukan pekerjaanmu” dalam Bahasa aslinya adalah οὐκ ἐξ ἔργων, yang artinya bukan karyamu. Itu adalah karya Tuhan Yesus di kayu salib.
Hal ini dikemukakan agar orang percaya πŸ‘₯ tidak membanggakan diri seakan-akan keselamatan adalah hasil usahanya.

Tanpa salib, tidak ada jalan keselamatan sama sekali.
Kita harus benar-benar paham, bahwa walaupun keselamatan adalah anugerah bukan berarti kita cukup percaya dengan pikiran, kemudian kita πŸ‘₯ dapat selamat.
Justru keselamatan yang ditawarkan kepada umat pilihan membuat umat pilihan harus melepaskan segala sesuatu.

Inilah barter yang harus dilakukan orang yang mau mengenal dan memiliki keselamatan dalam Yesus Kritus πŸ’—
Kalau tidak pernah melakukan barter ini, maka berati tidak pernah memiliki keselamatan yang benar.
Paulus mengatakan dalam suratnya: Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus (Flp. 3:7). Paulus mengerti sekali, untuk memiliki keselamatan secara utuh, harus melepasakan segala sesuatu.

Firman Tuhan mengatakan bahwa persahabatan dengan dunia adalah 🌏permusuhan dengan Allah. Jadi, barangsiapa bersahabat dengan dunia ini, maka berarti menjadikan dirinya musuh Allah.
Bersahabat dengan dunia artinya kehidupan yang dapat dibahagiakan oleh fasilitas dunia ini.

Orang percaya πŸ‘₯ yang bersedia melepaskan persahabatan dengan dunia ini berarti rela tidak menikmati dunia.
Jadi pada intinya, seseorang tidak akan memiliki Kerajaan Surga tanpa melepaskan dunia (Mat. 13:44-45).

Di dunia kita hari ini, pada umumnya manusia -termasuk di dalamnya sebagian orang Kristen- terikat dengan percintaan dunia 🌏
Dengan demikian di akhir zaman semakin sulit orang diselamatkan, sebab ikatan dunia semakin kuat, bahkan sampai tidak dapat dilepaskan lagi.

Banyak orang Kristen hidup dengan gaya hidup anak-anak dunia dengan segala kesenangannya. Mereka menganggap hal itu wajar.
Malangnya tidak ada yang mengingatkan bahwa gaya hidup seperti itu adalah gaya hidup manusia yang tidak layak bagi Tuhan πŸ’— Harga mengikut Tuhan Yesus sepanjang zaman selalu sama.

Tidak pernah menjadi kurang atau dipermudah. Kalau ada barang yang diakui sebagai asli tetapi dengan harga murah, pasti barang tersebut palsu. Demikianlah Injil palsu yang banyak beredar, seakan-akan menerima Yesus πŸ’— tanpa pertaruhan.
Mereka mengajarkan asal memiliki keyakinan, maka mereka sudah menjadi umat Allah.

Terkait dengan hal di atas, Paulus mengatakan: Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus (Gal. 1:10).
Setelah mengatakan demikian Paulus menunjukkan bahwa perjumpaannya dengan Tuhan Yesus  πŸ’— membuat ia harus meninggalkan segala kenikmatan hidupnya sebagai salah satu pemimpin agama Yahudi dengan segala kehormatannya (Gal. 1:11-24).

Perjumpaan dengan Yesus membuat Paulus kehilangan segala sesuatu. Hal ini juga dialami oleh semua murid-murid Yesus dan semua pengikut-Nya. Siapa yang mengikut Yesus πŸ’— harus melepaskan segala sesuatu.
 Kemudian seperti Paulus memberitakan Injil yang tidak dengan mudah diterima, sebab Paulus memberitakan Injil dengan harga yang sangat tinggi, yaitu segenap hidup.

JBU

RH Truth Daily Enlightenment “HARGANYA YANG DIPATOK”   21 April 2018

Hidup beriman dalam Yesus Kristus berarti memiliki fokus yang berbeda dengan manusia πŸ‘₯ di sekitar.
 Sekarang ini adalah zaman anugerah atau zaman penggenapan. Pada zaman ini, fokus hidup manusia, khususnya umat pilihan, tidak lagi kepada pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi harus terfokus pada roti dari surga, yaitu diri Yesus sendiri.

Terfokus kepada roti dari surga artinya bagaimana mengenakan hidup Yesus, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan benar-benar sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus πŸ’— Dengan melakukan hal ini seseorang menemukan kesenangan atau kebahagiaan hidup yang tiada tara, yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Sebenarnya, kehidupan manusia πŸ‘₯ hanya dapat dipuaskan dengan sempurna ketika ia melakukan kehendak Bapa.
Tetapi hal ini tidak akan dapat dimengerti oleh mereka yang tidak berjuang untuk menemukan kebenaran dan tidak berusaha mengenakan kehidupan Yesus.

Oleh sebab itu setiap orang percaya harus benar-benar meneladani kehidupan Yesus, yaitu melakukan kehendak BapaπŸ’— dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Hal ini harus menjadi agenda satu-satunya dalam hidup ini.
Hal ini harus dipandang, karena memang demikian, sebagai satu-satunya kebahagiaan.

Jika orang percaya tidak membiasakan hal ini, maka sampai mati tidak pernah mengerti bagaimana mengalami dan menikmati Tuhan πŸ’—sebagai kebahagiaan.
Orang Yahudi meminta roti, tetapi tidak bersedia mengerjakan pekerjaan yang Bapa kehendaki, yaitu percaya kepada Yesus (Yoh. 6:36, Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya).

Tidak percaya di sini artinya tidak berani makan daging dan minum darah Yesus πŸ’—, yang sama dengan mengenakan hidup-Nya. Mereka hanya mengingini roti fana atau berkat jasmani, tetapi tidak menyambut keselamatan, yaitu bagaimana dikembalikan ke rancangan Allah semula.

Hal ini sama seperti banyak orang Kristen πŸ‘₯ yang mengaku percaya kepada Yesus dan menginginkan hidup kekal, tetapi tidak memenuhi syarat untuk memperoleh hidup kekal tersebut.
Keselamatan hanya oleh anugerah bukan berarti manusia tidak perlu memberi respon.

Respon yang harus dimiliki atau dilakukan seseorang tidaklah cukup dengan aktivitas nalar atau pikiran, yaitu percaya.
Tetapi harus dengan tindakan sesuai dengan pengertian kata “percaya” itu sendiri, yang dari bahasa aslinya, yaitu pisteuo, berarti menyerahkan diri kepada obyek yang dipercayai.

Banyak orang Kristen πŸ‘₯ seperti pembeli yang mau membeli suatu barang dengan harga yang dibandrol sendiri atau ditentukan sendiri. Mestinya pemiliki baranglah yang berhak membandrol barang tersebut, bukan pembelinya.

Kalau Tuhan Yesus πŸ’— berkata: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” (Yoh. 6:29), maka tentu percaya yang dimaksud oleh Tuhan Yesus adalah percaya menurut versi Tuhan, bukan versi siapa pun.

Biasanya orang memahami iman dalam ayat ini sebagai “keyakinan dalam pikiran”.
Keyakinan dalam pikiran tidak akan membawa dampak dalam perilaku kehidupan sama sekali, seperti yang kita saksikan dalam kehidupan banyak orang Kristen hari ini.

Iman dalam kehidupan jemaat Roma πŸ‘₯ adalah iman dalam tindakan yang dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain.
Kalau ada seorang pegawai toko menentukan harga barang yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan dan keinginan pemiliki toko, berarti pegawai tersebut menipu.

Pegawai toko juga tidak boleh membiarkan pembeli yang menentukan harga. Sebenarnya barang tersebut tidak bisa dimiliki oleh siapa pun, pemilik barang tersebut telah berkorban sedemikian rupa sehingga barang tersebut bisa dimiliki orang lain.
Ini berarti suatu anugerah. Tetapi anugerah tidak bisa diterima tanpa barter (Flp. 3:7-9; Luk. 14:25-33).

Tidak sedikit pendeta yang memberi harga sendiri terhadap keselamatan yang harus diresponi secara benar.
Lebih celaka lagi, kalau seorang pendeta πŸ‘€memiliki konsep sendiri mengenai keselamatan.
Seorang pendeta tidak boleh menjadi seperti seorang pegawai toko obat yang memalsu obat dengan menawarkan harga murah atas obat tersebut, berhubung obat yang asli harganya sangat tinggi.

Padahal obat asli bisa dimiliki oleh orang lain, tapi itu pun disebabkan karena pemiliknya berkorban dengan pengorbanan yang sangat tinggi.
Kalau pemiliknya tidak berkorban, maka tidak ada orang yang dapat memiliki obat tersebut.

Tetapi pada umumnya orang tidak sanggup membeli, sebab hanya memiliki uang separuh dari harga obat tersebut.
Tetapi kalau semua orang diberikan, maka pemilik obat akan memampukan membeli.
Hal ini sama dengan seorang raja yang mau berperang dengan 10.000 pasukan, padahal musuhnya 20.000. Serahkan dulu yang 10.000 maka Tuhan πŸ’— akan memampukan untuk menang (Luk. 14:25-33). Kalau yang 10.000 tidak diserahkan seluruhnya, bagaimana bisa menang?


JBU

Kamis, 19 April 2018

RH Truth Daily Enlightenment “ROTI DARI SURGA”   20 April 2018

Pada akhirnya tujuan hidup kita atau goal yang harus kita capai dalam hidup ini adalah “melakukan kehendak Bapa”.
Kunci untuk dapat melakukan kehendak Bapa πŸ’— adalah selalu memperkarakan apakah yang kita pikiran, kita ucapkan dan kita lakukan selalu sesuai dengan kehendak Bapa atau tidak.

Seharusnya, kita sudah tidak lagi banyak berbicara, tetapi banyak berdiam diri untuk mengoreksi diri dan selalu memperkarakan keberadaan kita πŸ‘₯ di hadapan Tuhan.
Dengan demikian keyakinan kita terhadap keberadaan Allah akan menyita hidup kita.

Hal ini sama dengan Abraham, percayanya kepada Allah membuat hidup Abraham tersandera. Abraham hidup dalam kehendak Allah πŸ’—
 Hidup Abraham pasti tidak dapat dimengerti oleh orang-orang yang hidup sezamannya.

Mereka bertanya-tanya: Apa yang terjadi atas kehidupan orang ini?
Menegaskan kebenaran yang kita pelajari ini, perlu kita memperhatikan Yohanes 6:29-38.
Dalam ayat 30, orang-orang Yahudi meminta jaminan: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?” Mereka ingin memperoleh jaminan untuk memercayai Yesus.

Mereka πŸ‘₯★ membandingkan Yesus dengan Musa yang memberikan roti di padang gurun.
Bangsa Israel percaya kepada Musa dan mengikuti hukum yang diberikan oleh Musa, karena mereka melihat keajaiban yang Musa lakukan, yaitu memberi roti.

Mereka berkata: Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari surga.” (ay. 31). Di balik pernyataan tersebut, mereka mau bertanya: “apa yang dapat diberikan Yesus kepada kami?”
Tuhan Yesus menjawab:

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari surga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari surga (Yoh. 6:32).
VDari pernyataan ini, Yesus membuka suatu rahasia kehidupan zaman anugerah, bahwa zaman sekarang bukan lagi zaman di mana fokus dan orientasi orang pada pemenuhan kebutuhan jasmani.

 Ini adalah zaman anugerah, di mana manusia πŸ‘₯ diberi kesempatan untuk dikembalikan ke rancangan Allah semula, menemukan kembali kemuliaan Allah yang hilang, mengenakan kodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah, yang sama dengan serupa dengan Yesus, di mana Yesus menjadi role model-nya.

Dari pernyataan di atas, Yesus hendak menyatakan bahwa di zaman anugerah ini manusia harus sudah memahami bahwa sesungguhnya Allah Bapa πŸ’—→ yang memberi berkat dan perlindungan, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa dan kemuliaan dan Kerajaan.

Bukan Musa yang memberikan roti, tetapi Bapa di surga dan roti yang sesungguhnya yang hendak diberikan kepada manusia adalah Diri Yesus πŸ’— sendiri.
 Dari pernyataan Yesus tersebut, Ia hendak membawa mereka kepada suasana baru kehidupan zaman anugerah.

Di zaman anugerah ini, hidup keberagamaan yang dipandu hukum dan masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan jasmani, harus digantikan dengan hidup dalam jalan Tuhan yang dipandu oleh Roh Kudus dan orientasi hidup pada kekekalan, yaitu dunia yang akan datang di langit baru dan bumi 🌏 yang baru.

Itulah sebabnya Tuhan Yesus πŸ’— mengatakan dengan jelas: Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya; kumpulkan harta di surga, bukan di bumi dan lain sebagainya. Paulus pun mengatakan agar orang percaya memikirkan perkara-perkara yang di atas bukan yang di bumi.

Perjanjian baru mengarahkan umat untuk hidup sempurna seperti Bapa πŸ’— atau serupa dengan Yesus dan memikirkan perkara-perkara yang di atas.
Hal ini sama dengan pencarian roti yang dapat binasa digantikan dengan roti yang tidak dapat binasa. Jika seseorang makan roti yang tidak dapat binasa yaitu Yesus, yang artinya mengenakan hidup-Nya maka seseorang baru dapat melakukan kehendak Bapa sesuai standar Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus berkata: Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia.” (Yoh. 6: 33). Meresponi ucapan Tuhan Yesus πŸ’— tersebut, orang-orang Yahudi bertanya kepada Tuhan Yesus: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi (Yoh. 6:34-35).

Sangat jelas sekali Tuhan Yesus menyatakan bahwa pada zaman anugerah ini Allah πŸ’— menyediakan berkat yang lebih bernilai dari berkat yang nenek moyang bangsa Israel pernah terima.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus menghendaki agar mereka mencari Tuhan karena melihat tanda (Yun. semeion), bukan karena roti fana yang dapat binasa.

JBU