Rabu, 20 Desember 2017

RH Truth Daily Enlightenment "MENJUAL NAMA YESUS DENGAN PERSEMBAHAN"  21 December 2017

Kita mengerti bahwa gerejaπŸ’’ dengan segala bentuk pelayanannya, membutuhkan banyak dana.
Tentu saja, jemaat harus bertanggung jawab atas segala kebutuhan gereja. Kalau bukan jemaat siapa lagi? Itulah sebabnya, gereja harus menyuarakan beban kebutuhan gereja kepada jemaat, mengajar serta mengarahkan jemaat untuk memberi persembahan.

Tetapi, satu hal yang harus dicatat baik-baik, bahwa jemaat harus terlebih dahulu diajar memahami mengapa mereka πŸ‘₯ harus memberi.
Harus diajarkan kepada jemaat bahwa segenap hidup kita adalah milik Tuhan.

Umat Perjanjian Baru adalah umat yang harus masuk kepada wilayah hidup “tidak memiliki diri sendiri”.
Kebenaran ini terdapat dalam berbagai bagian dalam Alkitab πŸ“š (Luk. 14:33; 1Kor. 6:19-20; 2Kor. 5:14-15).

Kalau kita sudah mulai bermain hanya di wilayah “memberi sebagian uang kecil”, kita tidak akan pernah menemukan kehidupan yang “sepenuhnya” diserahkan kepada Tuhan πŸ’—
Sebab dengan bermain di wilayah ini saja, kita akan terjerumus pada pembagian kavling, di mana ada kavling yang disebut kavlingnya Tuhan dan kavling kita.

Di sini, jemaat Tuhan terdidik menjadi bukan saja pencuri, tetapi juga “pemberontak” di hadapan Tuhan.
Sejatinya, kita sudah tidak memiliki kavling lagi.
Bagi anak-anak Tuhan memberikan persembahan untuk pekerjaan TuhanπŸ’— berapa besarnya, berupa apa pun, bukanlah berdasarkan keinginannya sendiri, tetapi harus dilandasi kasih dan komando Roh Kudus.

Kasih lebih mulia (luhur) dari hukum Taurat (1Kor. 13:3 dan Rm. 12:8). Bagi umat Perjanjian Baru, segenap hidupnya adalah milik Tuhan yang harus dipersembahkan bagi kepentingan Tuhan (Rm. 1:1-2).
Kita harus dalam suatu kesadaran bahwa kita adalah kasir Tuhan πŸ’— yang dipercayakan mengelola milik-Nya.
We are not the owner, but we are just a manager.

Jadi, kita harus bersedia menyerahkan apa pun dan berapa pun yang Tuhan πŸ’— kehendaki untuk diserahkan.
Dalam lingkungan anak-anak Tuhan, pengertian persembahan harus dipahami dengan tepat. Persembahan bukanlah memberi, tetapi mengembalikan.

Kebenaran ini dapat kita peroleh melalui pernyataan Paulus dalam surat 1 Korintus 6:19-20, bahwa kita πŸ‘₯ bukan milik kita sendiri.
Kita telah ditebus oleh Tuhan Yesus dengan harga yang lunas dibayar, yaitu dengan darah-Nya.
Kita sama sekali tidak berhak atas diri kita.
Apa pun yang kita miliki adalah milik Tuhan.

Gereja harus mengajar bukan memberi bagi Tuhan tetapi mengembalikan milik Tuhan.
Banyak gereja πŸ’’ karena takut kekurangan dana, melakukan intimidasi kepada jemaat agar mereka memberi persembahan secara patut menurut ukuran pendeta.

Intimidasi tersebut berupa ancaman seperti adanya belalang pelahap yang akan merusak bisnis dan usaha mereka πŸ‘₯ kalau tidak memberi persembahan.
Intimidasi tersebut sampai tingkat pernyataan bahwa jemaat bisa dikutuk kalau tidak memberi persembahan.

Di pihak lain, hamba Tuhan atau pendeta “mengiming-imingi” berkat yang lebih berlimpah kalau mereka πŸ‘₯ memberi persembahan. Persembahan dipandang sebagai usaha untuk melipatgandakan berkat materi atau uang dari Tuhan.

Perumpamaan benih dalam Matius 12:1-23 yang berlipat ganda menjadi tiga puluh, enam puluh, bahkan seratus kali lipat, dikenakan untuk persembahan ini.
Jadi, kalau jemaat  memberi sejumlah uang πŸ’° tertentu, maka mereka akan memperoleh kembali berlipat ganda.

Hal ini sangat keliru sebab perumpamaan tersebut tidak berbicara mengenai uang, tetapi benih Firman.
Dengan berbagai cara dan trik, banyak pendeta berusaha agar jemaat πŸ‘₯ memberi persembahan. Tentu dalam hal ini, nama Tuhan yang digunakan oleh mereka.

Hal ini sama dengan menjual nama Yesus. Seharusnya jemaat πŸ‘₯diajar kebenaran sehingga bertumbuh dan memahami bagaimana hidup sebagai anak tebusan yang “tidak bermilik lagi”.
Sebab segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Tuhan.

Sehingga, mereka dengan sukacita memberi bukan karena merasa “memberi atau menyumbang”, tetapi mengembalikan milik Tuhan.
Gereja πŸ’’ tidak perlu harus menaruh kotak di depan dekat mimbar agar jemaat memberi satu per satu maju ke depan dilihat semua orang.

Hal ini juga merupakan intimidasi, sebab bagi mereka yang tidak memiliki uang akan malu, dan terpaksa maju.
Juga bagi mereka yang mau mengembalikan milik Tuhan πŸ’— tanpa diketahui orang, menjadi kesulitan. Seharusnya persembahan juga tidak perlu diedarkan berulang-ulang, sebab yang penting jemaat memikul semua beban pelayanan.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar