Hari Natal adalah hari raya yang tidak pernah mau dilewatkan oleh sebagian besar orang Kristen 👥 atau hampir semua orang Kristen.
Pada hari Natal, ada usaha untuk merayakan semegah-megahnya, semeriah-meriahnya, dan sebesar-besarnya.
Seakan-akan tanpa melakukan hal itu, maka terasa kurang menghargai Natal yang juga dianggap sejajar dengan sikapnya menghargai Tuhan 💗 sendiri.
Beberapa tahun lalu, ada pendeta yang menyatakan bahwa dirinya mendapat pesan atau perintah dari Tuhan untuk merayakan Natal sebesar-besarnya.
Itu berarti dalam merayakan Natal harus dilakukan semegah-megahnya.
Hal ini tanpa disadari juga telah menjadi prinsip banyak pendeta dan gereja 💒
Tidak heran kalau pada bulan Desember, menyongsong perayaan Natal gereja menggeliat mencari dana guna merayakan Natal tersebut.
Banyak gereja 💒 yang tidak memperhitungkan berapa pun dana yang dianggarkan guna merayakan Natal.
Demi memenuhi kebutuhan dana untuk merayakan Natal, maka gereja mengedarkan proposal permintaan dana. Proposal tersebut bukan hanya diedarkan di kalangan jemaat sendiri, tetapi juga jemaat gereja lain.
Bahkan, diedarkan di komunitas orang-orang yang bukan Kristen. Proposal tersebut juga diedarkan di kalangan para pengusaha dan perusahaan.
Ironinya, proposal permintaan dana juga diedarkan di perusahaan-perusahaan yang produknya dikecam di mimbar pada hari-hari Kebaktian Minggu, dan hari-hari lain dalam pemberitaan Firman.
Tentu saja dalam proporsal tersebut tercantum nama Tuhan yang kelahiran-Nya akan dirayakan.
Dengan tindakan ini, sebenarnya mereka menjual nama Yesus.
Pertanyaan penting yang harus diperkarakan adalah: Apakah kita harus merayakan Natal besar-besaran? Sebenarnya kalau kita jujur, kita tahu bahwa kelahiran Tuhan Yesus 💗 belum tentu jatuh pada bulan Desember.
Justru sangat besar kemungkinan tidak pada bulan Desember.
Dalam agama-agama pada umumnya, yang ditekankan adalah hari penting suatu “saat” yang bertalian dengan tokoh agama mereka. Waktu yang tepat, bulan apa, tanggal berapa. Kelahiran Tuhan Yesus 💗 tidak pernah diketahui dengan tepat.
Jangankan tanggalnya, tahunnya pun tidak diketahui dengan tepat. Sebenarnya, Kristus tidak lahir pada tahun satu.
Ini sebuah kesalahan penanggalan kuno.
Yesus 💗 lahir beberapa tahun sebelum Masehi. Sedangkan, Herodes Agung wafat pada tahun 4SM.
Herodes inilah yang ditemui orang-orang Majus.
Sensus yang terjadi pada zaman itu, tercatat di dalam arsip Kerajaan Romawi berlangsung sekitar tahun 5-6 SM. Bulan Desember dijadikan bulan Natal dan tanggal 25 Desember dianggap hari kelahiran Yesus 💗 sebenarnya memiliki sejarah singkat demikian: Natal bahasa latinnya Natus.
Pesta ini dirayakan dalam gereja 💒 sejak abad ke empat pada tanggal 25 Desember untuk menggeser pesta kafir tentang “kelahiran dewa Matahari”. Dari Roma, budaya ini menyebar di seluruh dunia.
Sedangkan di pihak lain, menurut tradisi Armenia, Natal dirayakan pada tanggal 6 Januari. Sehingga dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat penanggalan pasti berkaitan dengan tanggal kelahiran Yesus 💗 yang sebenarnya.
Seperti yang telah kita saksikan, dalam merayakan Natal kita cenderung mempertaruhkan begitu banyak dana untuk hal-hal yang kadang tidak membawa iman kita 👥 kepada kesempurnaan. Dana yang sebenarnya dapat digunakan untuk menolong orang miskin, mendukung penginjilan di daerah, dan lain sebagainya yang dampaknya memiliki gema panjang bahkan sampai keabadian.
Melalui pelayanan kita, yaitu uang yang kita pertaruhkan harus bermuara sampai jiwa-jiwa dapat dipindahkan ke dalam Kerajaan Surga.
Ini bukan berarti kita tidak perlu mendukung dana untuk perayaan Natal.
Kita 👥 harus merayakan Natal dengan sikap yang bijaksana.
Natal bukan arena jorjoran atau kompetisi antargereja, yaitu untuk menunjukkan gereja 💒 yang merayakan Natal paling megah, pohon terangnya paling tinggi, pestanya paling meriah, dan lain-lain.
Kita harus merayakan Natal dengan mengedepankan pesan ilahi yang diperdengarkan di dalamnya, yang tentunya dapat membangun iman.
Mari kita merayakan Natal dengan mengumandangkan kasih Allah 💗 dan visi-Nya, yaitu keselamatan jiwa manusia yang esensinya adalah dikembalikannya manusia kepada rancangan semula. Kegiatan Natal yang sungguh-sungguh mengumandangkan kasih Allah dan visi-Nya, dapat berguna bagi pendewasaan orang percaya guna mempersiapkan mereka masuk kerajaan Bapa.
Jika demikian, maka kita tidak akan menjual nama Yesus 💗 demi sebuah perayaan yang tidak berdaya guna mendewasakan iman.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar