Dewasa ini, banyak orang 👥 yang mengaku hamba Tuhan memberi kesan kepada jemaat bahwa dirinya orang istimewanya Tuhan.
Orang istimewanya Tuhan ditandai dengan pengakuan, bahwa dirinya dapat menerima visi dari Tuhan secara langsung.
Dengan menyampaikan bahwa dirinya memperoleh visi dari Tuhan, maka dikesankan bahwa ia adalah orang istimewa Tuhan 💗 yang tidak sama dengan kebanyakan orang, atau bahkan tidak sama dengan hamba Tuhan lainnya.
Kalau ia seorang pendeta, ia tidak hanya memiliki legalitas sebagai hamba Tuhan dari sinode, tetapi ia juga mau merebut hati jemaat agar memperoleh pengakuan yang kuat dari jemaat bahwa dirinya wakil Tuhan.
Hal ini juga bisa didorong oleh adanya persaingan antar gereja 💒 dewasa ini dan persaingan antar pendeta, khususnya pada gereja-gereja dan pendeta-pendeta di kota-kota besar.
Bagi hamba-hamba Tuhan atau pendeta yang telah berprestasi dalam pelayanan, seperti mereka yang telah mendemonstrasikan kuasa Allah atau mukjizat, berhasil membangun gereja yang besar, dan lain sebagainya, ada kecenderungan merasa dirinya sudah sangat istimewa, sehingga tergoda untuk “menciptakan” sebuah visi yang diakui dari Tuhan.
Tentu saja, jemaat lebih mudah percaya sebab hamba Tuhan atau pendeta itu “telah dipakai dan diberkati Tuhan”.
Bagi hamba-hamba Tuhan seperti itu, mereka 👥 harus berhati-hati dalam bertindak sebab kepercayaan yang diberikan Tuhan dan jemaat kepadanya harus ditunaikan dengan bijaksana dalam pimpinan Roh Kudus.
Ada gereja-gereja 💒 yang setiap tahun selalu menyampaikan visi yang baru dari Tuhan.
Seakan-akan visi tersebut “fresh from the oven”. Bahkan tidak jarang, visi yang diperoleh oleh seorang hamba Tuhan bukan lagi setiap tahun menjelang tahun baru, tetapi lebih sering lagi, yaitu setiap bulan atau beberapa kali dalam setahun.
Dengan visi yang diakuinya berasal dari hati Tuhan, maka seorang pendeta atau seorang hamba Tuhan tersebut secara tidak langsung memberi kesan bahwa dirinya orang yang dapat dipercaya. Kemudian, ia menggerakkan jemaat untuk ikut terlibat dalam visi yang diakuinya dari Tuhan 💗, seperti misalnya membangun sebuah gedung.
Inilah yang disebut menjual nama Yesus dengan visi.
Kalau visinya memang berasal dari Tuhan, maka hal itu tidak menjadi masalah untuk dirinya dan bagi orang lain, tetapi kalau visi itu sebenarnya bukan berasal dari Tuhan, maka ia menjadikan dirinya sebagai nabi palsu dan menggunakan nama Tuhan 💗 dengan sia-sia.
Nabi palsu seperti ini akan dihukum Tuhan dengan hukuman yang berat.
Lebih baik sebuah batu kilangan diikat di lehernya dan dibuangnya ke dalam laut (Mat. 18:6).
Paulus mengatakan mereka yang menjadi nabi palsu, yang juga pasti mengajarkan Injil yang salah, layak untuk terkutuk.
Mengemukakan hal ini bukan berarti kita anti visi. Juga bukan bermaksud hendak mengatakan bahwa Tuhan 💗 tidak lagi menyampaikan visi-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
Sesungguhnya, Tuhan masih bekerja aktif sekarang ini.
Tuhan menghendaki agar orang percaya 👥 dapat menjadi kawan sekerja-Nya untuk menyelesaikan atau menuntaskan tugas Bapa.
Tuhan pasti masih memberikan visi-Nya, tetapi harus diingatkan banyak orang tidak menyampaikan visi dari hati Tuhan, tetapi visi yang berasal dari dirinya sendiri.
Bagaimana membedakan visi dari Tuhan dan visi yang bukan berasal dari Tuhan? Pertama, harus dilihat dari isi khotbah pendeta tersebut.
Kalau khotbahnya tidak sesuai dengan Alkitab 📚, yang biasanya hanya menekankan berkat jasmani atau teologi kemakmuran, maka visi yang diakuinya berasal dari Allah patut disangsikan.
Khotbah yang benar pasti menekankan kesempurnaan karakter, terlepasnya dari ikatan percintaan dunia 🌍 ini, membela pekerjaan Tuhan tanpa batas, dan menekankan pengharapan kehidupan yang akan datang.
Kedua, kalau visi yang dari Tuhan pasti bersifat spesifik dan bertujuan bagi kepentingan pekerjaan Tuhan 💗 bukan untuk kepentingan pribadi atau institusi.
Tetapi, kalau visi itu bernuansa panggilan umum bagi orang percaya pasti itu visi yang dikarang sendiri.
Seperti misalnya, tahun ini mencanangkan visi hidup berbuah-buah, memenangkan jiwa, menjadi sempurna seperti Yesus 💗, dan lainnya yang bersifat panggilan umum, maka itu pasti visi yang direkayasa atau dibuat-buat sendiri.
Sebab hidup berbuah-buah, memenangkan jiwa, menjadi sempurna adalah panggilan yang harus digumuli setiap hari bukannya diganti setiap tahun.
Visi yang direkayasa biasanya bukan untuk kepentingan Tuhan secara murni.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar