Di gereja-gereja π “mainstream”, gaji seorang pendeta sudah dipatok secara permanen sehingga penghasilannya tidak bisa fluktuatif.
Biasanya juga, jumlah gajinya hanya cukup dari hari ke hari dan dari bulan ke bulan.
Jarang mereka dapat menjadi kaya, bisa membeli mobil, atau rumah besar.
Irama hidup seperti itu, sudah terbiasa dimiliki para pendeta atau hamba Tuhan gereja-gereja “mainstream”.
Berbeda dengan gereja-gereja π aliran Kharismatik dan Pentakosta atau gereja-gereja baru yang sekarang bermunculan.
Di mana penghasilan pendetanya tidak tetap. Hal tersebut tergantung dari hasil pelayanannya.
Hasil pelayanan di sini maksudnya adalah jumlah jemaat yang dilayani, status atau tingkat ekonominya, dengan siapa ia bergaul dan bersentuhan, dan khotbah-khotbah yang disampaikan
Jumlah jemaat π₯ bisa menentukan penghasilan seorang pendeta yang menerima persepuluhan dari jemaat.
Semakin besar jumlah jemaat, maka semakin besar penghasilannya. Apalagi, kalau anggota jemaatnya π₯ memiliki status dana tingkat ekonomi yang baik dan tinggi, maka jumlah persepuluhannya juga besar.
Dalam hal ini, tidak ada keseragaman penghasilan di antara pendeta kalangan Pentakosta atau Kharismatik.
Ada pendeta yang sangat berkekurangan karena jumlah jemaatnya π₯ kecil dan anggotanya adalah orang-orang yang tidak mampu.
Tetapi sebaliknya, ada pendeta yang berkelimpahan secara materi karena jumlah jemaatnya π₯ besar serta anggota-anggotanya memiliki status dan tingkat sosial yang baik dan tinggi.
Fenomena yang terjadi sekarang, ada gereja-gereja π yang kecil semakin kehabisan anggota karena berpindah ke gereja yang memiliki fasilitas lebih baik dalam menyelenggarakan kebaktian.
Gereja yang besar bertambah besar tetapi yang kecil bertambah kecil.
Tanpa disadari, terjadi kapitalisme di dalam gereja.
Dari hal ini, bisa dimengerti kalau gereja π berlomba-lomba menarik jemaat lain masuk gerejanya dengan berbagai cara. Tentu, nama Yesus yang digunakan untuk “jualannya”.
Penghasilan pendeta juga bisa ditentukan oleh dengan siapa ia bergaul.
Kalau pergaulannya dengan orang-orang π₯ yang memiliki status dan tingkat ekonomi yang baik dan tinggi, maka kemungkinan “kecipratan” atau kebagian dari sebagian harta atau uang orang-orang tersebut, lebih besar.
Tidak jarang, pendeta memperoleh mobil mewah dengan mudah, memperoleh rumah besar, dan berbagai fasilitas lainnya.
Tetapi, kalau pendeta tersebut hanya bergaul dengan orang-orang π₯ yang tidak mampu, maka keadaan ekonominya pun juga tidak bertambah lebih baik.
Dalam hal ini, ada godaan besar menggunakan nama Tuhan π untuk memperoleh sesuatu dari orang-orang “kaya” tersebut. Kalau hal ini terjadi, maka berarti pendeta tersebut menjual nama Yesus.
Penghasilan seorang hamba Tuhan π€ atau pendeta yang berpeluang lebih permanen dan besar adalah melalui berkhotbah. Seorang hamba Tuhan atau pendeta yang memiliki kemampuan berkhotbah yang baik, dapat memperoleh penghasilan yang besar dari pelayanan mimbarnya.
Tidak heran, hal ini menjadi “mata pencaharian” banyak pembicara-pembicara, yaitu khususnya mereka yang tidak menggembalakan jemaat, tetapi menjadi “pengkhotbah keliling”. Mereka bisa berkhotbah dari satu gereja ke gerejaπ lain, dari satu persekutuan doa ke persekutuan doa yang lain.
Dari banyaknya menjadi pembicara tersebut, ia dapat memperoleh penghasilan yang jumlahnya dapat terbilang besar.
Apalagi, kalau seorang pembicara dianggap sebagai “pembicara papan atas”, yang biasanya berkhotbah di tempat-tempat yang dikunjungi banyak orang atau gereja-gereja π besar, maka jumlah “persembahan kasih” (PK)-nya juga besar.
Dari hal ini, ada pendeta atau hamba Tuhan π€ yang mulai “pasang tarif”. Biasanya yang berbicara kepada yang mengundang adalah sekretarisnya. Tentu saja, “pendeta-pendeta besar” ini sudah tidak bisa lagi berkhotbah di sembarangan tempat.
Ada habitat yang dibangunnya, di mana ia merasa pantas berkhotbah.
Sebenarnya, tidak salah kalau seorang hamba Tuhan menerima “persembahan kasih” (PK), tetapi hendaknya hal ini tidak menjadi tujuan pelayanan dalam pemberitaan Firman.
Tujuan pelayanan pemberitaan Firman adalah menyampaikan suara kebenaran untuk dapat mengubah jemaat menjadi kudus dan tak bercacat atau sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, semakin terlepas dari ikatan percintaan dunia π, dan semakin merindukan langit baru dan bumi yang baru.
Pemberitaan Firman yang benar, tidak dapat diimbali dengan uang atau apa pun juga, sebab kebenaran adalah harta yang tidak ternilai dari Bapa.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar