Minggu, 17 Desember 2017

RH Truth Daily Enlightenment "MENJUAL NAMA YESUS DENGAN KESAKSIAN" 18 December 2017

Dalam liturgi di gereja-gereja πŸ’’ tertentu, kesaksian menjadi salah satu isi liturgi yang dianggap penting.
Dalam pertemuan bersama atau kebaktian, ada ruangan yang disebut sebagai “ruang kesaksian”. Pada ruangan ini, sering kita jumpai orang-orang yang menyaksikan kesaksian-kesaksian yang tidak murni untuk membangun orang lain.

Tetapi sebaliknya, mereka mau memperoleh penghormatan, simpati, bahkan keuntungan materi atau uang.
Apalagi, kalau kesaksian yang dimilikinya luar biasa, maka ia bukan hanya bersaksi di gereja πŸ’’ lokal di mana ia berbakti.

Tetapi, ia juga bisa menjadi orang yang diundang ke banyak gereja, persekutuan doa, dan komunitas Kristen lainnya untuk bersaksi.
Hal ini bukan suatu kesalahan, tetapi kalau maksud bersaksi demi memperoleh “amplop yang berisi uang” atau persembahan kasih, maka ia memperdagangkan kesaksian tersebut atau menjual nama Tuhan  Yesus πŸ’— dengan kesaksian.

Dalam kenyataan hidup bergereja, ada orang-orang yang memiliki nama besar baik sebagai artis, aktor, mantan penjahat, mantan dukun, pengusaha sukses, pejabat atau anggota keluarga pejabat, putra bangsawan, dan lain sebagainya yang memiliki kesaksian bagaimana menjadi orang percaya πŸ‘₯ atau bagaimana mulai serius mengikut Yesus.

Berbekal nama besarnya, ia bisa menjadi orang yang “laris” diundang ke banyak gereja dan komunitas Kristen lainnya. Mereka bisa menjadi “kondang” lebih dari pendeta yang berkhotbah.
Kalau mereka πŸ‘₯ tidak berhati-hati, bisa jatuh bukan saja pada kesombongan tetapi juga menjual nama Yesus dengan kesaksian.

Mereka yang bersaksi ini tidak salah kalau menerima persembahan kasih berupa uang atau sesuatu yang lain, tetapi kalau motivasinya adalah materi, maka ia bersalah kepada Tuhan πŸ’— yang memberi kesaksian tersebut.

Ada juga orang-orang yang berasal dari agama lain kemudian beralih menjadi orang Kristen, kemudian bersaksi di gereja-gereja πŸ’’
Orang-orang seperti ini biasanya sangat digemari oleh jemaat Kristen. Sebab, selama ini orang-orang Kristen lebih banyak mendengar dari berbagai media secara terbuka dan terang-terangan kesaksian orang-orang Kristen yang pindah ke agama lain.

Kalau kemudian orang-orang Kristen melihat orang beragama lain masuk agama Kristen, maka hal ini tentunya sangat menarik.
Biasanya orang-orang πŸ‘₯yang bersaksi pindah agama ini menjadi favorit di banyak gereja dan komunitas Kristen.

Tidak jarang penyambutan orang Kristen πŸ‘₯ terhadap mereka berlebihan, sehingga hal ini berpotensi membuat mereka menjadi “jatuh”.
Pengertian “jatuh” tersebut adalah mereka menjadi orang yang merasa tersanjung sehingga mereka menjadi sombong.

Mereka merasa bahwa perpindahan agama mereka sudah merupakan prestasi puncak sebagai orang Kristen.
Padahal itu barulah permulaan dari sebuah perjalanan panjang sebagai anak Allah.
Tidak sedikit mereka πŸ‘₯ yang akhirnya jatuh dalam berbagai dosa.

Selain uang, juga ada yang jatuh dalam pelanggaran seks.
Hal itu terjadi karena watak mereka belum terbentuk sama sekali.
Mereka πŸ‘₯ hanya berpindah agama, tetapi mereka belum bertumbuh dalam karakter menjadi seperti Yesus.

Hal ini terjadi karena kesalahan orang-orang Kristen πŸ‘₯ itu sendiri.
Tidak jarang kesaksian mereka mencela dan menciderai agama lamanya, nabi-nabinya, atau bahkan kitab sucinya. Semakin mencela keyakinan sebelumnya, maka mereka merasa lebih mantap berpindah agama.

Celaan tersebut seakan sebagai legalitas bahwa mereka benar-benar berpindah agama.
Hal ini sangat tidak terpuji dalam kehidupan di masyarakat yang majemuk.
Mimbar gereja πŸ’’ menjadi tempat di mana mereka mencela dan merendahkan agama lain.

Hal ini harus dihindari oleh orang Kristen secara pribadi dan gereja secara komunitas.
Ketika setiap memberi kesaksian mereka memperoleh uang dalam jumlah yang tidak pernah mereka dapatkan dengan mudah sebelum masuk agama Kristen, maka mereka πŸ‘₯ menjadikan itu “mata pencaharian”.

Biasanya, orang-orang ini semakin berani membicarakan kekurangan, kelemahan, atau cacat agama lamanya.
Dengan cara ini, mereka menjual Yesus πŸ’—dengan kesaksian.
Kita harus berhati-hati karena tidak semua kesaksian mereka benar dan dapat dipercaya.

Pola seperti ini juga dilakukan oleh hamba Tuhan atau pendeta yang memiliki kesaksian istimewa.
Di mana-mana, ia menyaksikan kesaksian tersebut untuk menarik simpati dan perhatian jemaat.
Di balik semua itu, ada motif mencari keuntungan materi.
Dengan tindakan ini, hamba Tuhan atau pendeta tersebut menjual nama Yesus πŸ’— dengan kesaksian.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar