Sabtu, 19 Januari 2019

( Sunday Bible Teaching ) SBT, 13 Januari 2019 Pdt. DR. Erastus Sabdono

Ada satu aspek dalam hidup Kekristenan yang harus kita sadari dan pahami, bahwa pada intinya kekristenan dapat mengubah cara kita memandang hidup ini.
Cara kita memandang hidup berbeda dengan cara memandang hidup dulu atau
beberapa tahun yang lampau.

Tapi jangan kita berhenti du sini, karena kita harus terus meningkatkan ketajaman roh kita untuk memandang hidup dari perspektif Tuhan.

Tuhan Yesus berkata, sebab kamu memikirkan apa yang dipikirkan manusia bukan apa yang dipikirkan Allah.
Itu waktu Tuhan Yesus πŸ’“ menghardik Petrus karena Petrus memikirkan apa yang dipikirkan manusia.
Tuhan Yesus berkata : "Enyahlah iblis "

Jadi yang dipikirkan manusia bukan yang dipikirkan Allah πŸ’“
Untuk anak - anak Bapa di Surga yang menjadi saudara bagi Yesus yang sulung di antara banyak saudara.
Bagi Anak - anak Bapa yang akan mewarisi kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus.

Cara kita memandang hidup dan cara kita memandang segala sesuatu harus sama dengan cara Tuhan Yesus πŸ’“ memandang segala sesuatu.

Itulah sebabnya dalam
Filipi 2 :5 -7 Melalui Rasul Paulus berkata :  "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus."

Jika kita meneliti hidup kita  kita mengoreksi diri kita, kita menyadari bahwa diri kita masih jauh dari sempurna.
Itulah sebabnya jangan berhenti, harus bertumbuh terus.
Harus progresif, sehingga cara memandang kita seperti cara Tuhan πŸ’“ memandang hidup.

Itulah yang dikatakan sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan.
Itu kemutlakan, sebab dengan memiliki cara berpikir Tuhan dengan sepikiran dan seperasaan Tuhan.
Itulah yang disebut mengambil kudus Allah, itulah sama dengan mengenakan kodrat ilahi.

Ini harus kita pahami dan kita terima sebagai kemutlakan.
Dan juga harus kita pandang sebagai keniscayaan, artinya : pasti bisa diraih.
Tuhan πŸ’“tidak akan bohong, Tuhan tidak akan mengingkari FirmanNya.


Bila kita cara memandang hidup berubah maka seluruh gaya hidup kita harus berubah.
Jika kita memiliki gaya hidup seperti Tuhan Yesus, sepikiran dan seperasaan Tuhan Yesus yang sama dengan mengenakan kodrat Ilahi, maka gaya hidup kitapun berubah.
Usaha inilah sebenarnya yang dimaksud Alkitab mendahulukan kerajaan Allah.

Ketika Tuhan Yesus berkata Carilah dahulu kerajaan Allah, ia berbicara dalam
Konteks kekhawatiran.

Orang khawatir tentang apa yang dia makan dan apa yang hendak dia pakai sehingga terjerat dan terjebak persoalan pemenuhan kebutuhan jasmani.
Tuhan berkata Srigala mempunyai liang, burung punya sarang, Anak manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepalaNya.
Ini berarti bukan kita tidak punya rumah.
Punya rumah untuk kebanggaan atau untuk kebutuhan ?
Supaya kita melayani Tuhan tanpa gangguan.
Paulus berkata : " Asal ada makanan dan pakaian
cukup "

Kita harus memiliki tekad bukan hanya janji.
Tekad harus diupdate setiap hari jika mungkin setiap saat.
Untuk mendahulukan kerajaan Allah guna memilki cara memandang hidup yang sama dengan Tuhan ini merupakan satu usaha yang sulit dan berat.
Kita tidak boleh menganggapnya mudah.

Banyak orang Kristen menganggap ini mudah, sehingga cara berpikir yang membuat kualitas cara memandang hidupnya menjadi rendah karena tidak bertumbuh.
Ia merasa sudah menjadi orang Kristen yang baik dengan moral yang baik dengan pengetahuan Alkitab menurutnya sudah memadai.
Padahal cara memandang hidupnya seperti anak - anak dunia.

Jangan heran orang - orang begini masih bisa bersahabat karib dengan orang - orang yang cara memandang hidup ini seperti anak- anak dunia.
Sesudah hidup kita diubah tentu kita tidak akan membanggakan apa yang kita capai, dan kita tidak akan memamerkan diri.
Kita memandang
Kenormalan kita sudah mengakar puluhan tahun.

Kita menuju Kanaan Surgawi.
Yang dirubah cara memandang hidup.
2 korintus 5 : 1-2
2 korintus 7, 9 -10,14 - 15 dan 17
Jadi hidup baru yang dimaksud Alkitab ayat 9 -10


Logika kita terbalik dengan logika dunia 🌎
Kalau orang memandang dunia sebagai lahan kebahagiaan.
Kita memandang dunia sebagai lahan training untuk berjuang mematikan diri dan mengubah diri.
Jadi beda sekali.

Apakah kita sudah memiliki logika terbalik ?
Kita harus rela mau diubah.
Pada umumnya orang memandang hidup makan, minum  memiliki fasilitas rumah, mobil dan sebagainya menikah dan memiliki keturunan, pacaran dulu, menikmati segala sesuatu yang bisa dinikmati dalam hidup ini, hobby, pemandangan alam, hiburan - hiburan yang ditawarkan dunia, meraih gelar, pangkat, kehormatan.
Itulah hidup pada umumnya.

Bukan kita tidak boleh punya mobil, rumah, pangkat, gelar.
Tetapi kita meraih semua ini untuk Tuhan πŸ’“
Tetapi orang meraih semua itu untuk prestasi pribadi yang nanti akan terkubur bersama dia.
Kalau kita meraih semua itu untuk Tuhan, harta kita sendiri nanti di langit baru bumi 🌍 baru.
Kenormalan hidup seperti ini tidak mudah dirubah.

Kebahagiaan kita hanya di dalam Tuhan, maka semua
membahagiakan kita.
Tidak bisa gantungkan kebahagiaan kita kepada pasangan hidup maupun anak - anak.
Dan kita tidak boleh menuntut terhadap suami dan anak - anak.

Rahasia kebahagiaan rumah tangga " Datanglah kerajaanMu "
Kristen kebahagiaannya Tuhan Yesus saja.
Dengan demikian kita memgagungkan Dia, kita memuja Dia.

Kita harus berusaha sesempurna mungkin.
Makin berat hidup kita ini membawa kita makin sempurna.
Kecerdasan roh akan memampukan melakukan hal ini.

Kita bisa membangun percintaan dengan Tuhan,
karena Tuhan πŸ’“ berjanji menyertai kita, kita bisa mengalami Dia.
Kita dapat berinteraksi dengan Tuhan karena Rohnya meliputi jagad raya

Di Alkitab dikatakan
Yahwe menyesal bukan Elohim menyesal
Itu Bapa punya dimensi segalanya.
Yahwe itu putra tunggalNya.
Yang maha ketahuanNya itu di bawah otoritas kemahatahuan Bapa.

Jadi kalau Dia mengatakan Aku tidak tahu kedatanganKu itu bukan pada waktu Dia jadi manusia, waktu bangkitpun Dia mengatakan itu.
Diapun tidak tahu waktu menjawab doa Daniel dicegat oleh penguasa Persia.
Ini kebenaran - kebenaran yang tidak pernah diungkapkan, tapi dasar Alkitabnya jelas.

Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan πŸ’“ ini bisa natural, jujur, seimbang.
Bukan dengan transenden yang bagaimana itu.
Dia menjadi manusia.
Dia dihadirkan dengan entitas yang bisa menjembatani dengan Allah yang transenden Allah semesta alam yang terang yang tak terhampiri dengan manusia.

Maka dikatakan Yahwe menyesal, Dia sangat sedih pilu itu betul - betul.
Itu bukan bentuk antropomorfisme.
Seakan - akan begitu padahal tidak, tidak....
Itu betul - betul, Dia berduka.

Kita memiliki Tuhan yang bisa berinteraksi, dengan Tuhan πŸ’“ yang bisa merasakan apa yang kita rasakan.
Percintaan kita dengan Dia itu tidak abstrak, karena Dia merasakan apa yang kita rasakan.

Jika tidak begitu tidak natural, tidak seimbang, tidak jujur, munafik, pura - pura.
Dia harus menjadi satu entitas yang bisa interaksi dengan kita secara interpersonal.

Dia keluar dari Bapa πŸ’“sebagai Anak.
Dia tidak satu strata tidak satu jenjang dengan Bapa.
Dia Anak yang bergaul dengan Elohim muka dengan muka.
Yang berkata apakah Aku simpan hal ini, itu Yahwe bukan Elohim.

Abraham diuji oleh Elohim di dalamnya termasuk Bapa.
Tetapi berkata Aku baru tahu ternyata Abraham takut akan Allah dan tidak segan - segan mengorbankan anaknya.
Itu bukan Elohim, tapi malak Yahwe personifikasi dari Anak.
Kejadian 1 - Allah
Kejadian 2 - 3 Anak mulai terlibat karena pembentukan manusia.

Lewat perjumpaan dengan Tuhan, yang dulu kita anggap berarti sekarang tidak berarti lagi.
Dengan menemukan Tuhan jelajah berpikir kita kekekalan.

Kita melebihi Abraham karena Roh Kudus dimeteraikan dalam diri kita sehingga kita dapat
berpikir seperti Kristus.

Kalau dunia 🌍 ini dihancurkan Tuhan mengingat kita karena kita menjadi Kesukaan Tuhan.
Kita harus punya ambisi dan tekad bagaimana kita menjadi kesukaan Tuhan.
Kita harus penuhi bagian kita yang lain serahkan kepada Tuhan.

Orang yang tidak hidup sesuai kehendak Tuhan tidak layak dapat perlindunganNya.
Kita melihat masa depan kita di langit baru bumi 🌍

Kita harus anggarkan apapun agar cara pandang hidup kita berubah.
Harus ada pertaruhan dan pengorbanan, itu bentuk barter.
Kita harus tinggalkan kesenangan dunia.

Ketika kita mau berubah Roh kudus πŸ’“ akan menuntun
kita.
Melalui peristiwa demi peristiwa kita akan merasakan manover kehadiran Tuhan.

JBU 🌷

Tidak ada komentar:

Posting Komentar