Dalam Yohanes 20:21 Tuhan Yesus berkata: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Pernyataan Tuhan Yesus ini memuat kebenaran yang sangat luar biasa. Pertama, pernyataan Tuhan Yesus ini menunjukkan bahwa tugas penyelamatan yang dikerjakan di kayu salib belum selesai. Ini berarti karya keselamatan melalui salib tidak berhenti sampai bukit Golgota. Keselamatan dalam Yesus Kristus harus diteruskan sampai ke ujung bumi. Hal ini diteguhkan oleh banyak ayat dalam Alkitab. Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya menerima mandat agar menjadikan semua bangsa murid Tuhan Yesus (Mat. 28:18-20). Dalam Kisah Rasul 1: 8 Tuhan Yesus memberi kata-kata pengutusan kepada orang percaya sebagai berikut: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Dengan pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh Tuhan Yesus yang dipercayakan kepada orang percaya. Dengan demikian, kebenaran kedua dari Yohanes 20:21 adalah bahwa orang percaya wajib meneruskan karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus sampai ke ujung bumi. Dalam hal ini, tidak ada orang percaya yang boleh menghindar dari tugas tersebut. Tetapi ironinya, tidak banyak orang Kristen yang menyadari mutlaknya tugas ini untuk ditunaikan. Itulah sebabnya, sangat sedikit orang Kristen yang turut serta mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Mereka berpikir bahwa pekerjaan Tuhan hanyalah bagian pendeta, majelis gereja, aktivis gereja, atau mereka yang aktif dalam kegiatan pelayanan gerejani.
Sebenarnya, Tuhan bisa tidak membutuhkan manusia untuk mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya. Tuhan bisa mengerjakan sendiri tanpa campur tangan dan keterlibatan manusia. Tetapi kalau orang percaya diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, ini adalah suatu kehormatan yang akan mendatangkan berkat abadi bagi orang percaya. Oleh sebab itu, seharusnya orang percaya memandang pelayanan pekerjaan Tuhan adalah berkat yang diberikan oleh Tuhan. Dengan demikian, pelayanan pekerjaan Tuhan tidak dipandang sebagai beban.
Paulus sangat menyadari hal ini, sehingga ia bisa berbangga dalam penderitaan yang harus ia pikul demi pekerjaan Tuhan. Dalam kesaksiannya, ia menyatakan: … dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitcpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kis. 20:19-23).
Dari kesaksian Paulus ini menunjukkan kualitas hidupnya yang meneladani Tuhan dan gurunya. Dengan demikian, dapat diperoleh kebenaran bahwa menjadi utusan Tuhan Yesus harus berkapasitas seperti Tuhan Yesus sendiri; utusan harus berkeadaan seperti pengutusnya. Jadi, menjadi utusan Tuhan Yesus yang baik bukan hasil dari Sekolah Tinggi Teologi, bukan karena memiliki gelar akademisi yang tinggi, bukan karena penampilan dan kekayaan, tetapi kehidupan yang terus menerus diubah menjadi seperti Yesus. Selama ini banyak orang merasa sudah patut dan layak melakukan pekerjaan Tuhan serta mengaku sebagai utusan Kristus hanya karena telah menerima pelatihan di Sekolah Tinggi Teologi. Ternyata di lapangan pekerjaan Tuhan, hidup mereka tidak berdampak sama sekali. Seperti banyak lulusan sekolah tinggi di Barat, dengan gelar doktor dan profesor, tetapi ternyata mereka gagal menyelamatkan masyarakat Barat. Negara-negara Kristen di Barat yang tadinya “ibu zending” yang mengutus para misionaris ke Timur, sekarang seperti sebuah negara dan masyarakat yang tidak pernah mengenal Tuhan.
Sejatinya, semua orang percaya harus menjadi utusan Tuhan Yesus. Mereka tidak harus masuk dalam pendidikan Sekolah Tinggi Teologi, tidak harus menjadi pendeta, tidak harus menjadi majelis dan aktivis gereja. Menjadi utusan Tuhan Yesus membutuhkan satu bekal penting yang tidak bisa digantikan, yaitu kehidupan seperti Yesus. Seperti Yesus di sini artinya memiliki kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela atau bermoral sangat tinggi, bersedia menjadi seperti anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Kalau seorang percaya (orang Kristen) memiliki kualitas hidup seperti Yesus, maka secara otomatis atau dengan sendirinya pasti menjadi utusan Tuhan Yesus, di mana pun, kapan pun, dan melalui segala sarana. Dalam hal ini yang penting bagaimana orang percaya membantu orang lain menjadi seperti Yesus.
https://overcast.fm/+IqOBSTr0c
Tidak ada komentar:
Posting Komentar