Bagaimana pun, orang percaya pasti pernah diperhadapkan saat-saat yang bisa dikatakan penting dan genting. Kapankah hal itu terjadi? Pada saat di mana orang percaya harus memilih atau mengambil keputusan, antara kehendaknya sendiri atau kehendak Bapa dan Tuhan Yesus. Seperti ketika Yesus di taman Getsemani, yaitu saat Tuhan Yesus akan menghadapi penderitaan dan salib yang membawa-Nya kepada kematian. Yesus harus memilih, melakukan kehendak Bapa atau berkeras dengan keinginan-Nya sendiri. Pada waktu itu Tuhan Yesus sempat mengucapkan kalimat yang sangat membahayakan bagi Diri-Nya dan semua umat manusia (Mat. 26:36-46). Yesus sempat memohon, jika boleh cawan penderitaan bisa Dia hindari. Jika Yesus berhasil menghindari salib, maka tidak ada keselamatan bagi semua umat manusia. Semua manusia mati di dalam dosa, dan binasa.
Pergumulan Yesus di taman Getsemani sangat berat, Ia sendiri menyatakan bahwa rasanya Ia mau mati (Mat. 26:38). Peluh-Nya menitik seperti tetesan darah. Ia membutuhkan teman-teman, yaitu murid-murid untuk mendampingi-Nya. Jadi bisa dimengerti kalau Ia sempat memohon kepada Bapa kalau boleh cawan penderitaan tersebut bisa tidak diteguk-Nya, artinya Ia terhindar dari penderitaan. Tetapi pada akhirnya Yesus menyerah kepada Bapa dengan menyatakan bahwa Ia menerima kehendak Bapa yang jadi. Tuhan Yesus tidak berkeras dengan keinginan-Nya sendiri. Tetapi Yesus tunduk kepada kehendak Bapa.
Dalam perjalanan hidup ini, orang percaya akan menghadapi saat-saat seperti ini, di mana orang percaya harus memilih antara melakukan kehendak diri kita sendiri atau kehendak Bapa. Ini adalah pilihan yang sangat sulit. Saat seperti ini bisa disebut sebagai saat yang penting dan genting. Penting artinya saat di mana seseorang bisa menunjukkan dan membuktikan kesetiaannya kepada Bapa dan Tuhan Yesus. Tetapi juga genting artinya kalau meleset atau tidak mau melakukan kehendak Bapa, berarti sebuah tindakan yang melawan atau memberontak kepada Bapa dan Tuhan Yesus Kristus.
Kalau seseorang sudah terbiasa hidup hanya untuk menyenangkan diri sendiri, maka ia tidak akan mampu tunduk kepada Bapa dan menyerah secara tulus dan rela terhadap kehendak Bapa. Irama hidup yang salah- yaitu selalu mencari kesenangan dan kepuasan bagi diri sendiri- dapat seseorang sehingga tidak dapat tunduk kepada kehendak Bapa. Oleh sebab itu orang percaya harus belajar untuk memenuhi apa yang tercantum dalam Doa Bapa Kami: Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Ironinya, banyak orang Kristen sangat fasih mengucapkan Doa Bapa Kami, bahkan sampai sangat hafal, tetapi mereka tidak mengerti bagaimana harus menundukkan diri kepada kehendak Bapa dalam segala hal. Dalam hal ini terdapat orang-orang Kristen yang menganggap remeh mengucapkan Doa Bapa kami. Mereka mengucapkan Doa Bapa Kami tanpa pengertian.
Tuhan pasti membawa orang percaya kepada situasi-sistuasi dimana orang percaya haris menentukan pilihan, melakukan kehendak Bapa atau kehendak diri sendiri. Situasi-situasi seperti itu sebenarnya menjadi latihan bagi orang percaya untuk menyenangkan hati Bapa atau melukai, tidak menyenangkan hatinya atau hati-Nya. Sekaligus situasi-situasi seperti itu menjadi ujian apakah orang percaya sungguh-sungguh setia kepada Tuhan atau tidak. Setiap hari akan selalu ada saat yang penting sekaligus genting seperti itu sebagai ujian, dari hal-hal sederhana, dari hal-hal kecil sampai hal-hal besar. Kalau orang percaya selalu memilih untuk melakukan kehendak Bapa dari hal-hal sederhana atau hal-hal kecil, maka dalam hal-hal besar dapat memilih dengan benar
Orang percaya harus memandang bahwa situasi-situasi tersebut merupakan kesempatan yang berharga. Tetapi sayangnya banyak orang Kristen tidak mengerti hal ini, sehingga kesempatan-kesempatan yang berharga itu berlalu dengan sia-sia. Kesempatan-kesempatan berharga dilewatkan sehingga tidak mendatangkan faedah sama sekali dalam hidupnya. Setiap hari ada situasi dimana orang percaya harus memilih antara kehendak diri sendiri atau kehendak Bapa. Kalau orang percaya bersedia untuk dididik sebagai anak Bapa, pasti ia mengalami hal-hal tersebut. Situasi-situasi tersebut ini harus diterima sebagai berkat dari Tuhan. Ini adalah bagian dari kasih karunia yang disedikan oleh Bapa dan Tuhan Yesus Kristus untuk pendewasaan orang percaya.
Orang percaya harus mengerti bahwa kehidupan Yesus harus menjadi pola perjalanan hidupnya. Kalau Yesus mengalami pergumulan Getsemani, maka orang percaya juga harus mengalami pengalaman yang sama. Demikian pula dengan penyaliban di bukit Golgota, orang percaya juga harus mengalami penyaliban, yaitu menyalibkan manusia lamanya agar dapat hidup dalam hidup yang baru.
https://overcast.fm/+IqOA8Qs4k
Tidak ada komentar:
Posting Komentar