Menjadi irama hidup setiap insan, yaitu terbiasa hidup hanya untuk menyenangkan diri sendiri dari segala sesuatu yang dilakukan. Sejak pagi hari sampai malam hari, bahkan sampai pagi lagi, biasanya semua hal yang dilakukan hanya untuk kesenangan diri sendiri. Hal ini berlangsung dari jam ke jam, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun sampai kemudian menjadi irama permanen di dalam diri seseorang. Irama hidup seperti ini sudah menjadi kewajaran setiap orang, sehingga mereka yang hidup dengan irama seperti ini merasa tidak bersalah. Padahal irama hidup seperti itu adalah irama hidup yang bertentangan dengan kehidupan sebagai anak tebusan. Ini adalah irama yang salah, irama hidup orang egois yang tidak pernah menjadi seperti anggur tercurah dan roti terpecah.
Kalau kebiasaan hidup dengan irama ini tidak segera diakhiri, maka hidupnya akan tetap terkunci dengan irama menyenangkan diri sendiri tersebut. Sampai pada tahap tidak dapat diubah lagi sampai selamanya. Oleh sebab itu, orang percaya tidak boleh menganggap hal ini sebagai persoalan sepele, sehingga berlarut-larut membiarkan tetap bertengger di dalam jiwanya. Kalau seorang Kristen masih hidup dengan irama hidup yang salah tersebut, maka ia tidak akan pernah dapat melayani perasaan Tuhan, yaitu menyenangkan hati-Nya. Ini berarti hidupnya tidak akan pernah berbuah sama sekali.
Orang percaya harus sadar bahwa sebagai makhluk ciptaan, eksis di bumi ini bukan karena keinginan diri sendiri, tetapi karena Tuhan yang menghendaki. Oleh sebab itu setiap orang percaya harus mempersoalkan, apa yang diinginkan oleh sang Pencipta dengan keberadaan orang percaya di bumi ini. Kalau dulu sebelum mengenal kebenaran, hidup hanya untuk kesenangan diri kita sendiri -dan itu telah menjadi irama hidup yang telah menyatu di dalam kehidupan, menjadi bagian integral yang tidak terpisahkan- tetapi setelah menjadi menjadi umat tebusan di mana segenap hidup orang percaya telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar- maka orang percaya tidak lagi boleh hidup untuk diri kita sendiri, tetapi hidup hanya bagi Dia yang telah menciptakan dan menebus orang percaya.
Menyadari bahwa orang percaya adalah makhluk ciptaan dan umat tebusan, maka orang percaya harus hidup untuk Tuhan yang telah menciptakan semua makhluk dan yang juga telah menebus atau membeli orang percaya dengan harga yang lunas dibayar (1Kor. 6:19-20). Tidak ada toleransi untuk hidup bagi diri sendiri. Sebab seseorang yang hidup untuk diri sendiri, padahal sudah menjadi anak tebusan, berarti memposisikan diri sebagai pemberontak. Sebenarnya banyak orang Kristen berstatus pemberontak kepada Tuhan, tetapi mereka tidak menyadari keadaan itu sama sekali. Di lain pihak memang tidak ada yang memberitahu hal tersebut. Betapa mengerikan kalau suatu hari nanti, ketika menghadap takhta pengadilan Kristus, mereka tertolak karena tidak layak menjadi anggota keluarga Kerajaan, bahkan tidak sedikit yang tidak diperkenan menjadi anggota masyarakat pula.
Satu hal yang sangat penting untuk dimengerti- lebih penting dari jodoh, lebih penting dari memiliki keturunan, lebih penting dari segala hal- yaitu bagaimana memiliki irama hidup yang selalu menyenangkan hati Tuhan. Irama hidup seperti ini tidak bisa dengan mudah dikenakan dalam hidup orang percaya, sebab orang percaya sudah terbiasa memiliki irama hidup yang salah selama bertahun tahun. Semakin lama irama hidup itu menetap dalam diri seseorang, maka semakin sulit untuk diubah. Oleh sebab itu, kita harus mulai belajar mengubah irama hidup ini. Dengan usaha keras dan perjuangan, maka irama hidup ini bisa diubah. Perubahan irama hidup ini seiring dan simultan dengan perubahan kodrat, dari kodrat manusia berdosa ke kodrat Ilahi. Dengan demikian dapat disimpulkan orang yang masih memiliki irama hidup menyenangkan diri sendiri berarti belum lahir baru, belum memiliki kodrat Ilahi dan belum layak menjadi anak Allah yang sah.
Untuk mengubah irama hidup menyenangkan diri sendiri harus dengan perjuangan berat, sebab biasanya irama hidup tersebut sudah menyatu dengan watak dan karakternya. Tetapi dengan memandang Tuhan Yesus yang menjadi teladan, orang percaya dapat mengalami perubahan. Oleh sebab itu orang percaya harus memiliki hati yang mau diubah. Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus berkata, bahwa kalau seseorang tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil maka tidak masuk ke dalam Kerajaan Surga. Menjadi seperti anak kecil artinya memiliki sikap yang mudah diajar dan dibentuk. Kata anak kecil dalam teks aslinya adalah paidion (παιδίον). Ini menunjukkan usia 7 sampai 14 tahun, usia efektif untuk dididik dan dibentuk. Jika lewat dari usia ini, biasanya akan makin sulit dibentuk. Jadi sesungguhnya, seseorang semakin tua semakin sulit diubah.
Orang percaya harus sedini mungkin mengubah irama hidup menyenangkan diri sendiri menjadi irama hidup menyenangkan hati Tuhan. Itulah sebabnya Firman pun mengatakan: Ingatlah Penciptamu pada masa muda. Pada masa muda artinya sedini mungkin, sedini mungkin mengenal Tuhan dan meneladani irama hidup Anak Tunggal Bapa.
https://overcast.fm/+IqODVFCWA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar