Ada satu langkah penting untuk hidup di hadapan Tuhan, sebagai persiapan sebelum pulang ke rumah abadi. Selalu menghayati dan benar-benar berpikir mata Allah ada di depan kita. Pernyataan ini sekilas kekanak-kanakan, tetapi sesungguhnya hal ini harus dilakukan dan dilatih terus sehingga seluruh syaraf perasa kita, pikiran dan perasaan kita selalu dalam kesadaran penuh bahwa Allah hadir dan mengawasi seluruh perilaku kita, termasuk gerak pikiran dan perasaan kita. Pembiasaan ini akan melahirkan keyakinan terhadap Allah yang hidup dan Mahahadir. Tanpa pembiasaan ini seseorang tidak akan pernah menghayati kenyataan Allah yang hidup dan Mahahadir.
Bagi mereka yang dibesarkan dalam lingkungan orang beragama yang sudah terbiasa meyakini bahwa Allah itu ada, sudah merasa bahwa dirinya percaya bahwa Allah itu ada. Keyakinan seperti di atas diturunkan dari generasi ke generasi secara otomatis. Masyarakat seperti ini sering hanya memandang Allah sekadar sebagai simbol keagungan orang beragama, tanpa memahami keyakinannya dengan baik serta mengamalkan ajarannya secara konsekuen dan konsisten. Situasi seperti ini juga ada pada lingkungan masyarakat yang mayoritasnya orang Kristen. Mereka melestarikan agama Kristen dan melakukan ibadah liturgi rutin dengan setia, tetapi mereka tidak melakukan usaha untuk mengenal Allah dengan menggali kebenaran Firman Tuhan secara memadai dan berusaha melakukannya. Tidak heran jika di masyarakat Kristen tersebut berbagai pelanggaran moral yang memalukan juga banyak dilakukan. Sebenarnya orang-orang Kristen seperti itu termasuk kelompok pengejek-pengejek terhadap Tuhan seperti yang dikemukakan oleh Petrus (2Ptr. 3:1-3).
Inilah kenyataan keadaan manusia yang hidup di dunia yang semakin fasik. Sebenarnya di kedalaman hati mereka terdapat suara bahwa manusia dapat hidup tanpa Tuhan. Tuhan bukanlah jaminan dapat memiliki kehidupan yang bahagia menurut versi mereka, bahkan ada yang mulai curiga dan merasa terancam dengan kehadiran Tuhan dalam hidup mereka. Menurut mereka yang dapat memberi kebahagiaan dan kepuasan hidup adalah materi dan segala hiburan dunia ini. Tuhan dianggap bisa mengganggu ketenangan mereka.
Seharusnya orang Kristen sadar bahwa keyakinan kepada Allah tidak cukup sebuah pengakuan bibir saja. Pengakuan tersebut haruslah diterjemahkan secara konkret dalam kehidupan. Orang Kristen yang percaya adanya Tuhan haruslah menunjukkan keyakinannya itu dalam bentuk perbuatan nyata. Dalam hal ini kita mengerti mengapa Yakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (Yak. 2:14-26). Harus disadari bahwa perbuatan seseoranglah yang menghidupi imannya atau imannya dapat tampil. Dalam hal ini, orang Kristen harus terus berusaha untuk belajar memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup dan nyata. Orang percaya juga harus menghayati bahwa Allah adalah Pribadi yang mengamati semua perbuatan manusia. Pada kenyataanya, banyak orang Kristen yang mengaku percaya kepada Tuhan dan pergi ke gereja dengan rajin, tetapi tidak memperlakukan Dia sebagai Pribadi yang hidup. Hal ini yang menyebabkan banyak orang Kristen yang kehidupannya tidak berbeda dengan orang non-Kristen, bahkan tidak sedikit yang lebih buruk atau lebih jahat dari orang non-Kristen.
Sebenarnya, faktanya banyak orang Kristen tidak memedulikan Allah secara benar. Dari bibirnya bisa saja mengaku percaya adanya Tuhan, tetapi dalam kelakuannya sehari- hari tidak menunjukkan bahwa ia percaya bahwa Tuhan itu ada. Inilah yang disebut ateis praktis. Karena Allah tidak kelihatan, tidak dapat dijamah dan tidak dilihat dengan mata jasmani, maka banyak orang memperlakukan Tuhan secara tidak hormat, bahkan sebenarnya menganggap Tuhan seakan-akan tidak ada. Terkait dengan hal ini, Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh. 20:29). Dengan pernyataan Tuhan Yesus ini, diajarkan bahwa untuk mengakui bahwa Allah itu ada dan melakukan kehendak-Nya, tidak harus ada bukti kehadiran-Nya secara fisik.
Demikian pula dengan keadaan banyak orang Kristen hari ini. Mereka ke gereja setiap hari Minggu mengikuti liturgi bahkan mengambil bagian dalam kegiatan gereja, tetapi kehidupan setiap harinya tidak menunjukkan bahwa mereka percaya Tuhan. Di antara mereka yang melakukan praktik-praktik di atas adalah juga orang-orang Kristen. Kalaupun tidak melakukan praktik di atas secara terang-terangan, mereka tidak hidup seperti Yesus yang menjadi teladannya. Mereka lebih diwarnai oleh dunia, sehingga wajah Yesus tidak terbentuk di dalam batin mereka. Wajah batin mereka adalah wajah dunia ini. Sudah tentu mereka akan ditolak untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, sebab yang menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah adalah mereka yang benar-benar serupa dengan Yesus.
Mencermati hal ini, orang percaya harus mulai membenahi diri untuk membangun wajah Yesus di dalam batinnya. Kesempatan berjalan dengan Tuhan di hari-hari terakhir ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Kalau kesempatan ini berlalu, maka tidak akan ada lagi kesempatan berikut. Tuhan menantikan orang percaya untuk memberi diri berjalan dengan Tuhan guna mengalami pembentukan-Nya. Inilah kasih karunia yang tidak terbeli, oleh sebab itu orang percaya tidak boleh menyia-nyiakannya.
https://overcast.fm/+IqOAnq-go
Tidak ada komentar:
Posting Komentar