Dalam Yohanes 20:21 Tuhan Yesus berkata: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Pernyataan Tuhan Yesus ini memuat kebenaran yang sangat luar biasa. Pertama, pernyataan Tuhan Yesus ini menunjukkan bahwa tugas penyelamatan yang dikerjakan di kayu salib belum selesai. Ini berarti karya keselamatan melalui salib tidak berhenti sampai bukit Golgota. Keselamatan dalam Yesus Kristus harus diteruskan sampai ke ujung bumi. Hal ini diteguhkan oleh banyak ayat dalam Alkitab. Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya menerima mandat agar menjadikan semua bangsa murid Tuhan Yesus (Mat. 28:18-20). Dalam Kisah Rasul 1: 8 Tuhan Yesus memberi kata-kata pengutusan kepada orang percaya sebagai berikut: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Dengan pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh Tuhan Yesus yang dipercayakan kepada orang percaya. Dengan demikian, kebenaran kedua dari Yohanes 20:21 adalah bahwa orang percaya wajib meneruskan karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus sampai ke ujung bumi. Dalam hal ini, tidak ada orang percaya yang boleh menghindar dari tugas tersebut. Tetapi ironinya, tidak banyak orang Kristen yang menyadari mutlaknya tugas ini untuk ditunaikan. Itulah sebabnya, sangat sedikit orang Kristen yang turut serta mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Mereka berpikir bahwa pekerjaan Tuhan hanyalah bagian pendeta, majelis gereja, aktivis gereja, atau mereka yang aktif dalam kegiatan pelayanan gerejani.
Sebenarnya, Tuhan bisa tidak membutuhkan manusia untuk mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya. Tuhan bisa mengerjakan sendiri tanpa campur tangan dan keterlibatan manusia. Tetapi kalau orang percaya diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, ini adalah suatu kehormatan yang akan mendatangkan berkat abadi bagi orang percaya. Oleh sebab itu, seharusnya orang percaya memandang pelayanan pekerjaan Tuhan adalah berkat yang diberikan oleh Tuhan. Dengan demikian, pelayanan pekerjaan Tuhan tidak dipandang sebagai beban.
Paulus sangat menyadari hal ini, sehingga ia bisa berbangga dalam penderitaan yang harus ia pikul demi pekerjaan Tuhan. Dalam kesaksiannya, ia menyatakan: … dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitcpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kis. 20:19-23).
Dari kesaksian Paulus ini menunjukkan kualitas hidupnya yang meneladani Tuhan dan gurunya. Dengan demikian, dapat diperoleh kebenaran bahwa menjadi utusan Tuhan Yesus harus berkapasitas seperti Tuhan Yesus sendiri; utusan harus berkeadaan seperti pengutusnya. Jadi, menjadi utusan Tuhan Yesus yang baik bukan hasil dari Sekolah Tinggi Teologi, bukan karena memiliki gelar akademisi yang tinggi, bukan karena penampilan dan kekayaan, tetapi kehidupan yang terus menerus diubah menjadi seperti Yesus. Selama ini banyak orang merasa sudah patut dan layak melakukan pekerjaan Tuhan serta mengaku sebagai utusan Kristus hanya karena telah menerima pelatihan di Sekolah Tinggi Teologi. Ternyata di lapangan pekerjaan Tuhan, hidup mereka tidak berdampak sama sekali. Seperti banyak lulusan sekolah tinggi di Barat, dengan gelar doktor dan profesor, tetapi ternyata mereka gagal menyelamatkan masyarakat Barat. Negara-negara Kristen di Barat yang tadinya “ibu zending” yang mengutus para misionaris ke Timur, sekarang seperti sebuah negara dan masyarakat yang tidak pernah mengenal Tuhan.
Sejatinya, semua orang percaya harus menjadi utusan Tuhan Yesus. Mereka tidak harus masuk dalam pendidikan Sekolah Tinggi Teologi, tidak harus menjadi pendeta, tidak harus menjadi majelis dan aktivis gereja. Menjadi utusan Tuhan Yesus membutuhkan satu bekal penting yang tidak bisa digantikan, yaitu kehidupan seperti Yesus. Seperti Yesus di sini artinya memiliki kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela atau bermoral sangat tinggi, bersedia menjadi seperti anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Kalau seorang percaya (orang Kristen) memiliki kualitas hidup seperti Yesus, maka secara otomatis atau dengan sendirinya pasti menjadi utusan Tuhan Yesus, di mana pun, kapan pun, dan melalui segala sarana. Dalam hal ini yang penting bagaimana orang percaya membantu orang lain menjadi seperti Yesus.
https://overcast.fm/+IqOBSTr0c
Kumpulan dari Khotbah, Seminar dan hal lain yang berhubungan dengan Gereja Rehobot Ministry
Kamis, 31 Januari 2019
Rabu, 30 Januari 2019
RH Truth Daily Enlightenment 30 January 2019 "MEMBELA TUHAN
Tidak bisa dibantah kenyataan yang terjadi dalam kehidupan banyak orang Kristen bahwa sangat sedikit orang Kristen yang benar-benar membela Tuhan. Sebenarnya Tuhan sama sekali tidak membutuhkan pembelaan dari siapa pun dalam bentuk bagaimanapun, sebab Tuhan sangat kuat; Ia Mahakuasa. Ia tidak perlu dibela. Usaha membela Tuhan seakan-akan Tuhan tidak dapat membela Diri-Nya sendiri adalah bentuk pelecehan terhadap Tuhan. Oleh sebab itu orang Kristen tidak perlu membentuk semacam lembaga keagamaan atau suatu organisasi masyarakat (ormas) yang bertujuan untuk membela Kekristenan, seakan-akan Tuhan tidak mampu membela umat-Nya.
Usaha membela Tuhan dalam bentuk membela Kekristenan dengan cara kasar dan cara yang tidak bermartabat, malah merendahkan martabat orang percaya sendiri dan mengecilkan kebesaran Tuhan. Hendaknya orang Kristen tidak mengatakan Allah Mahabesar tetapi perlakuan atau tindakan hidupnya tidak menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang besar. Dengan demikian, hal itu berarti suatu sikap yang tidak konsisten dan munafik. Jika orang Kristen berbuat demikian, maka menunjukkan kepalsuan kepada Allah yang tidak diagungkan.
Membela Tuhan dengan cara kasar tersebut antara lain melakukan kekerasan kepada obyek-obyek tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Kristen dan bisa mengganggu kehidupan peribadatan orang Kristen. Tindakan kasar tersebut bisa merupakan tindakan anarki yang melanggar hukum dan kesantunan hidup di tengah masyarakat yang majemuk. Bahkan tindakan kasar tersebut bisa berupa persekusi kepada kelompok tertentu yang berseberangan dengan iman orang Kristen. Hal ini bisa merusak tatanan hidup bersama dalam masyarakat modern yang beradab.
Sebenarnya Tuhan tidak perlu dibela. Tetapi kalau anak-anak Allah diberi kesempatan untuk berbuat sesuatu bagi Allah Bapa dan Tuhan Yesus, itu sebenarnya sebagai sikap mengasihi Elohim Yahweh yang menciptakan manusia dan secara khusus telah menebus orang percaya dari dosa dan kebinasaan. Dalam hal ini kesempatan membela Tuhan adalah bentuk ucapan syukur dan usaha membalas kebaikan Tuhan. Tentu saja Tuhan memberi kesempatan dan potensi anak-anak-Nya untuk menunjukkan kasih yang tulus kepada Diri-Nya. Allah Bapa dan Tuhan Yesus menikmati tindakan anak-anak-Nya yang ditujukan kepada Diri-Nya. Di sini masalahnya bukan seberapa besar tindakan yang dilakukan anak-anak Allah bagi Bapa dan Tuhannya, tetapi sikap hati umat Tuhan terhadap Sesembahannya.
Membela Tuhan harus dipahami sebagai kehormatan, sebab siapakah orang percaya yang adalah manusia biasa dengan segala keterbatasan. Allah Bapa dan Tuhan Yesus bukan saja memberikan peluang, tetapi juga kemampuan orang percaya untuk berbuat sesuatu yang maksimal bagi Sesembahannya. Selanjutnya, segala sesuatu yang dilakukan bagi Tuhan pasti diperhitungkan: ada upah di dunia yang akan datang. Dengan demikian, peluang dan potensi untuk membela Tuhan adalah kasih karunia supaya orang percaya dapat memiliki kekayaan abadi. Jadi, Tuhan memberikan kesempatan bagi orang percaya untuk membela Tuhan maksudnya agar Tuhan dapat memberikan berkat abadi di dalam Kerajaan Surga bagi kekasih-kekasih-Nya.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana caranya atau bentuknya kita membela Tuhan? Pertama, orang percaya harus mengalami perubahan menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Dengan hal ini, orang percaya dapat membuktikan kebenaran dari Injil kepada dunia. Harus digarisbawahi bahwa perubahan itu harus berstandar Tuhan Yesus, artinya memiliki kelakuan yang sangat luar biasa baiknya. Kelakuan yang luar biasa tersebut bisa dalam bentuk perbuatan baik kepada semua orang. Di sini orang percaya menjadi seperti anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Selain itu, orang percaya memiliki kehidupan moral yang sangat tinggi, sehingga akan sulit ditemukan kesalahannya.
Dengan kebaikan yang sempurna maka orang akan berkata mengenai orang percaya: orang sebaik ini tidak mungkin Tuhannya salah dan agamanya keliru. Orang percaya tidak perlu membela Tuhan dengan pentungan dan pedang, atau dengan cara kasar. Bila hal ini dilakukan, malah menjadi kontra produktif sehingga orang percaya tidak menjadi berkat tetapi menjadi laknat bagi sesamanya. Hanya Allah yang tidak bermartabat yang membiarkan atau mengizinkan umat-Nya berjuang membela Diri-Nya dengan mendatangkan penderitaan bagi manusia lain. Dengan memiliki kelakuan yang luar biasa baiknya dalam kehidupan orang percaya, sejatinya merupakan upaya membela Tuhan secara benar.
Kedua, orang percaya dapat membela Tuhan dengan cara menolong orang lain untuk dapat memiliki keselamatan seperti dirinya. Keselamatan itu adalah dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula. Dalam mengupayakan agar orang lain juga merima keselamatan, tentu disertai dengan berbagai pengorbanan. Pengorbanan yang paling besar dan paling berat adalah menunjukkan keteladan hidup seperti Yesus.
Solagracia ππ»
https://overcast.fm/+IqODzIIDc
Usaha membela Tuhan dalam bentuk membela Kekristenan dengan cara kasar dan cara yang tidak bermartabat, malah merendahkan martabat orang percaya sendiri dan mengecilkan kebesaran Tuhan. Hendaknya orang Kristen tidak mengatakan Allah Mahabesar tetapi perlakuan atau tindakan hidupnya tidak menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang besar. Dengan demikian, hal itu berarti suatu sikap yang tidak konsisten dan munafik. Jika orang Kristen berbuat demikian, maka menunjukkan kepalsuan kepada Allah yang tidak diagungkan.
Membela Tuhan dengan cara kasar tersebut antara lain melakukan kekerasan kepada obyek-obyek tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Kristen dan bisa mengganggu kehidupan peribadatan orang Kristen. Tindakan kasar tersebut bisa merupakan tindakan anarki yang melanggar hukum dan kesantunan hidup di tengah masyarakat yang majemuk. Bahkan tindakan kasar tersebut bisa berupa persekusi kepada kelompok tertentu yang berseberangan dengan iman orang Kristen. Hal ini bisa merusak tatanan hidup bersama dalam masyarakat modern yang beradab.
Sebenarnya Tuhan tidak perlu dibela. Tetapi kalau anak-anak Allah diberi kesempatan untuk berbuat sesuatu bagi Allah Bapa dan Tuhan Yesus, itu sebenarnya sebagai sikap mengasihi Elohim Yahweh yang menciptakan manusia dan secara khusus telah menebus orang percaya dari dosa dan kebinasaan. Dalam hal ini kesempatan membela Tuhan adalah bentuk ucapan syukur dan usaha membalas kebaikan Tuhan. Tentu saja Tuhan memberi kesempatan dan potensi anak-anak-Nya untuk menunjukkan kasih yang tulus kepada Diri-Nya. Allah Bapa dan Tuhan Yesus menikmati tindakan anak-anak-Nya yang ditujukan kepada Diri-Nya. Di sini masalahnya bukan seberapa besar tindakan yang dilakukan anak-anak Allah bagi Bapa dan Tuhannya, tetapi sikap hati umat Tuhan terhadap Sesembahannya.
Membela Tuhan harus dipahami sebagai kehormatan, sebab siapakah orang percaya yang adalah manusia biasa dengan segala keterbatasan. Allah Bapa dan Tuhan Yesus bukan saja memberikan peluang, tetapi juga kemampuan orang percaya untuk berbuat sesuatu yang maksimal bagi Sesembahannya. Selanjutnya, segala sesuatu yang dilakukan bagi Tuhan pasti diperhitungkan: ada upah di dunia yang akan datang. Dengan demikian, peluang dan potensi untuk membela Tuhan adalah kasih karunia supaya orang percaya dapat memiliki kekayaan abadi. Jadi, Tuhan memberikan kesempatan bagi orang percaya untuk membela Tuhan maksudnya agar Tuhan dapat memberikan berkat abadi di dalam Kerajaan Surga bagi kekasih-kekasih-Nya.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana caranya atau bentuknya kita membela Tuhan? Pertama, orang percaya harus mengalami perubahan menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Dengan hal ini, orang percaya dapat membuktikan kebenaran dari Injil kepada dunia. Harus digarisbawahi bahwa perubahan itu harus berstandar Tuhan Yesus, artinya memiliki kelakuan yang sangat luar biasa baiknya. Kelakuan yang luar biasa tersebut bisa dalam bentuk perbuatan baik kepada semua orang. Di sini orang percaya menjadi seperti anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Selain itu, orang percaya memiliki kehidupan moral yang sangat tinggi, sehingga akan sulit ditemukan kesalahannya.
Dengan kebaikan yang sempurna maka orang akan berkata mengenai orang percaya: orang sebaik ini tidak mungkin Tuhannya salah dan agamanya keliru. Orang percaya tidak perlu membela Tuhan dengan pentungan dan pedang, atau dengan cara kasar. Bila hal ini dilakukan, malah menjadi kontra produktif sehingga orang percaya tidak menjadi berkat tetapi menjadi laknat bagi sesamanya. Hanya Allah yang tidak bermartabat yang membiarkan atau mengizinkan umat-Nya berjuang membela Diri-Nya dengan mendatangkan penderitaan bagi manusia lain. Dengan memiliki kelakuan yang luar biasa baiknya dalam kehidupan orang percaya, sejatinya merupakan upaya membela Tuhan secara benar.
Kedua, orang percaya dapat membela Tuhan dengan cara menolong orang lain untuk dapat memiliki keselamatan seperti dirinya. Keselamatan itu adalah dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula. Dalam mengupayakan agar orang lain juga merima keselamatan, tentu disertai dengan berbagai pengorbanan. Pengorbanan yang paling besar dan paling berat adalah menunjukkan keteladan hidup seperti Yesus.
Solagracia ππ»
https://overcast.fm/+IqODzIIDc
Selasa, 29 Januari 2019
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 29. MEREMEHKAN BAPA DAN TUHAN YESUS
anpa disadari, ternyata banyak orang- termasuk di dalamnya orang Kristen- memiliki sikap meremehkan Bapa dan Tuhan Yesus, atau tidak menghormati Elohim Yahweh secara patut. Mereka tidak menyadari sama sekali karena kebodohan pikiran mereka, berhubung tidak mengenal kebenaran atau mata hati mereka telah tumpul sehingga tidak memahami keadaan sebenarnya hidup mereka di hadapan Tuhan. Dunia telah membuat mereka tidak memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana menghormati Tuhan secara patut. Bila keadaan ini berlarut-larut atau berkepanjangan, maka mereka akan sampai pada tahap menghujat Roh Kudus, di mana mereka tidak memiliki kesempatan untuk berbalik kepada Tuhan. Hal ini bukan karena tidak adanya kesempatan- dalam arti Tuhan mencabut kesempatan tersebut- tetapi mereka tidak lagi memiliki kesanggupan untuk bertobat atau berbalik kepada Tuhan.
Ruangan atau wilayah hati mereka telah diduduki banyak hal sehingga tidak lagi memiliki tempat berpijak bagi kebenaran. Keadaan orang Kristen seperti itu tidak memberi tempat bagi Tuhan untuk menguasai hidupnya. Tidak memberi tempat bagi Bapa dan Tuhan Yesus di dalam kehidupan ini, sudah merupakan tindakan yang meremehkan Bapa dan Tuhan Yesus. Sudah tentu ruangan dan wilayah hidup mereka diisi oleh banyak hal yang tidak memberi peluang Tuhan menguasai hidup orang tersebut. Mereka merasa berbuat demikian, sebab mereka belum menyadari, tidak mengerti atau tidak bersedia menerima bahwa sebenarnya segenap hidup mereka adalah milik Tuhan.
Orang-orang Kristen seperti di atas ini bukan berarti menjadi bejat tidak bermoral, tidak beradab, dan tidak memiliki kesantunan hidup. Mereka masih hidup sebagai anggota masyarakat dan anggota gereja yang baik. Di mata manusia mereka masih bisa berlaku sebagai orang yang bermoral baik, beretika luhur, santun, bahkan bisa dipandang rohani, karena mereka ke gereja sebagai anggota gereja yang setia, menjadi aktivis, bahkan bukan tidak mungkin menjadi pejabat sinode. Di mata manusia mereka orang-orang yang dianggap pantas masuk ke dalam Kerajaan Surga. Tetapi sejatinya, mereka adalah orang-orang yang masih meremehkan Tuhan, yaitu ketika mereka tidak sungguh-sungguh untuk menjadi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus.
Orang-orang Kristen seperti itu- walau rajin ke gereja, mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan bahkan menjadi pejabat sinode- selain tidak sungguh-sungguh berusaha untuk mencapai kesucian Tuhan atau hidup tidak bercacat dan tidak bercela, mereka juga masih mengharapkan bisa dibahagiakan oleh dunia ini. Sebenarnya hati mereka masih mendua. Tidak sedikit mereka ke gereja hanya untuk memperoleh jalan kemudahan hidup di bumi dan memperoleh berkat, perlindungan, serta segala kebaikan untuk kehidupan di bumi sekarang ini. Kalau mereka mengambil bagian dalam pelayanan, tidak jarang yang masih memanfaatkan kesempatan melayani pekerjaan Tuhan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Tentu saja hal ini tidak mudah dikenali atau dilihat oleh sesamanya. Apalagi kalau mereka sudah lama dalam ladang pelayanan gerejani, mereka sangat cakap memanfaatkan segala kesempatan untuk kepentingan diri sendiri, bukan sepenuhnya untuk kepentingan Tuhan.
Bisa dipastikan orang-orang Kristen seperti ini masih menolerir kehidupan yang belum tepat seperti yang dikehendaki oleh Allah. Mereka masih membangun sebagian Firdaus di bumi, atau sepenuhnya membangun Firdaus di bumi. Mereka tidak memiliki kerinduan yang bulat untuk bertemu muka dengan muka dengan Tuhan. Sebenarnya hati mereka masih tertambat di dunia ini. Kekayaan Kerajaan Surga tidak dipandang sebagai lebih mulia dari segala kekayaan di bumi ini. Bisa dipastikan sebenarnya mereka tidak pernah bisa menghayati bahwa rumah orang percaya bukan di bumi ini, tetapi di langit baru dan bumi yang baru. Tentu saja mereka tidak siap sepenuhnya kalau dipanggil pulang oleh Tuhan. Tidak mungkin orang-orang seperti ini bisa “all out” bagi Tuhan.
Biasanya orang-orang Kristen seperti yang dikemukakan di atas ini belum berkeadaan sebagai anggota keluarga Kerajaan. Sangat mungkin mereka belum berkeadaan sebagai anak-anak Allah yang sah. Jadi, masih berkeadaan sebagai anak Allah yang belum atau tidak sah (nothos). Tidak heran kalau mereka menghadapi persoalan-persoalan atau masalah-masalah hidup, mereka tidak berusaha untuk menemukan bagian mana dalam hidup mereka yang sedang digarap Tuhan guna mengalami pertumbuhan iman menuju kesempurnaan, tetapi mereka masih sibuk mencari jalan keluarnya. Bila mereka bertemu pendeta atau orang yang mengaku hamba Tuhan, maka pendeta itu akan mendoakan dan menjanjikan atau paling tidak memberi kesan bahwa Tuhan akan memberi jalan keluar segera. Seakan-akan Tuhan tidak menyukai mereka mengalami masalah tersebut. Padahal justru Tuhan yang menghendaki keadaan tersebut, sebab mereka hendak dijadikan anak Alah yang sah (huios) agar dapat mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibr. 12:7-10).
https://overcast.fm/+IqOD6_BtM
Ruangan atau wilayah hati mereka telah diduduki banyak hal sehingga tidak lagi memiliki tempat berpijak bagi kebenaran. Keadaan orang Kristen seperti itu tidak memberi tempat bagi Tuhan untuk menguasai hidupnya. Tidak memberi tempat bagi Bapa dan Tuhan Yesus di dalam kehidupan ini, sudah merupakan tindakan yang meremehkan Bapa dan Tuhan Yesus. Sudah tentu ruangan dan wilayah hidup mereka diisi oleh banyak hal yang tidak memberi peluang Tuhan menguasai hidup orang tersebut. Mereka merasa berbuat demikian, sebab mereka belum menyadari, tidak mengerti atau tidak bersedia menerima bahwa sebenarnya segenap hidup mereka adalah milik Tuhan.
Orang-orang Kristen seperti di atas ini bukan berarti menjadi bejat tidak bermoral, tidak beradab, dan tidak memiliki kesantunan hidup. Mereka masih hidup sebagai anggota masyarakat dan anggota gereja yang baik. Di mata manusia mereka masih bisa berlaku sebagai orang yang bermoral baik, beretika luhur, santun, bahkan bisa dipandang rohani, karena mereka ke gereja sebagai anggota gereja yang setia, menjadi aktivis, bahkan bukan tidak mungkin menjadi pejabat sinode. Di mata manusia mereka orang-orang yang dianggap pantas masuk ke dalam Kerajaan Surga. Tetapi sejatinya, mereka adalah orang-orang yang masih meremehkan Tuhan, yaitu ketika mereka tidak sungguh-sungguh untuk menjadi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus.
Orang-orang Kristen seperti itu- walau rajin ke gereja, mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan bahkan menjadi pejabat sinode- selain tidak sungguh-sungguh berusaha untuk mencapai kesucian Tuhan atau hidup tidak bercacat dan tidak bercela, mereka juga masih mengharapkan bisa dibahagiakan oleh dunia ini. Sebenarnya hati mereka masih mendua. Tidak sedikit mereka ke gereja hanya untuk memperoleh jalan kemudahan hidup di bumi dan memperoleh berkat, perlindungan, serta segala kebaikan untuk kehidupan di bumi sekarang ini. Kalau mereka mengambil bagian dalam pelayanan, tidak jarang yang masih memanfaatkan kesempatan melayani pekerjaan Tuhan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Tentu saja hal ini tidak mudah dikenali atau dilihat oleh sesamanya. Apalagi kalau mereka sudah lama dalam ladang pelayanan gerejani, mereka sangat cakap memanfaatkan segala kesempatan untuk kepentingan diri sendiri, bukan sepenuhnya untuk kepentingan Tuhan.
Bisa dipastikan orang-orang Kristen seperti ini masih menolerir kehidupan yang belum tepat seperti yang dikehendaki oleh Allah. Mereka masih membangun sebagian Firdaus di bumi, atau sepenuhnya membangun Firdaus di bumi. Mereka tidak memiliki kerinduan yang bulat untuk bertemu muka dengan muka dengan Tuhan. Sebenarnya hati mereka masih tertambat di dunia ini. Kekayaan Kerajaan Surga tidak dipandang sebagai lebih mulia dari segala kekayaan di bumi ini. Bisa dipastikan sebenarnya mereka tidak pernah bisa menghayati bahwa rumah orang percaya bukan di bumi ini, tetapi di langit baru dan bumi yang baru. Tentu saja mereka tidak siap sepenuhnya kalau dipanggil pulang oleh Tuhan. Tidak mungkin orang-orang seperti ini bisa “all out” bagi Tuhan.
Biasanya orang-orang Kristen seperti yang dikemukakan di atas ini belum berkeadaan sebagai anggota keluarga Kerajaan. Sangat mungkin mereka belum berkeadaan sebagai anak-anak Allah yang sah. Jadi, masih berkeadaan sebagai anak Allah yang belum atau tidak sah (nothos). Tidak heran kalau mereka menghadapi persoalan-persoalan atau masalah-masalah hidup, mereka tidak berusaha untuk menemukan bagian mana dalam hidup mereka yang sedang digarap Tuhan guna mengalami pertumbuhan iman menuju kesempurnaan, tetapi mereka masih sibuk mencari jalan keluarnya. Bila mereka bertemu pendeta atau orang yang mengaku hamba Tuhan, maka pendeta itu akan mendoakan dan menjanjikan atau paling tidak memberi kesan bahwa Tuhan akan memberi jalan keluar segera. Seakan-akan Tuhan tidak menyukai mereka mengalami masalah tersebut. Padahal justru Tuhan yang menghendaki keadaan tersebut, sebab mereka hendak dijadikan anak Alah yang sah (huios) agar dapat mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibr. 12:7-10).
https://overcast.fm/+IqOD6_BtM
Senin, 28 Januari 2019
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 28. PERJUANGAN TERBERAT
Tuhan Yesus mengatakan agar orang percaya mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Mat. 6:33). Hal ini sebenarnya mengisyaratkan bahwa perjuangan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan adalah sesuatu yang lebih berat dan sulit dibandingkan dengan segala perjuangan apa pun selama hidup di bumi ini. Tetapi faktanya, banyak orang Kristen yang tidak mengerti dan tidak menyadari hal ini sama sekali. Sehingga mereka menganggap studi, karir, mencari teman hidup, berkeluarga, dan mencari uang lebih sulit dan berat daripada mencari Tuhan atau menjadi anggota keluarga Kerajaan. Mereka menganggap menjadi anggota keluarga Kerajaan atau Tuhan sendiri bukan hal yang penting dan utama dalam hidup ini.
Bisa juga mereka bukan tidak menganggap penting, tetapi merasa sudah menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga, sehingga tidak merasa perlu melakukan perjuangan untuk itu. Hal ini terjadi sebab pengajaran yang ada tidak mengajarkan bahwa percaya itu bukan sekadar aktivitas pikiran, dan keselamatan itu bukan sekadar terhindar dari neraka. Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia ke rancangan Allah semula. Itulah sebabnya manusia harus memberi respon terhadap usaha Tuhan tersebut. Jika manusia meresponi usaha Tuhan tersebut, maka manusia akan mengalami pembaharuan hidup terus menerus menuju kesempurnaan sehingga layak menjadi anggota keluarga Kerajaan. Harus selalu diingat bahwa keselamatan yang difasilitasi pengorbanan Yesus di kayu salib pada prinsipnya adalah perubahan atas diri manusia yang diselamatkan.
Orang percaya harus menyadari kesalahan ini, sejatinya hal menjadi anggota keluarga Kerajaan atau yang sama dengan mencari Tuhan, bukan saja hal utama dalam kehidupan, tetapi harus dipandang sebagai satu-satunya isi dan tujuan hidup sebagai anak-anak Allah. Oleh sebab itu, dalam kehidupan orang percaya tidak ada prioritas atau urut-urutan kepentingan, sebab isi satu-satunya perjuangan hidup hanyalah bagaimana menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Dengan demikian, hidup di bumi yang tidak lebih dari seratus tahun ini hanya digunakan sebagai kesempatan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan. Jadi, kalau ada orang Kristen yang tidak tertarik hal ini -sehingga tidak mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya seperti yang dimaksud oleh Tuhan Yesus- berarti ia menjadikan dirinya sebagai pemberontak. Orang seperti ini selamanya tidak akan pernah menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.
Orang percaya harus menyadari bahwa kesempatan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan selama-lamanya hanya satu kali selama hidup di bumi yang sementara ini. Hal ini tidak pernah akan terulang untuk selamanya. Kesempatan ini bukan hanya satu kali, tetapi juga singkat dan tidak seorang pun tahu kapan berakhirnya kesempatan ini. Oleh sebab itu melakukan segera perjuangan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan tidak boleh ditunda sama sekali. Orang percaya harus memandang hal ini adalah sesuatu yang bukan saja selalu darurat untuk dilakukan segera, juga bukan saja penting, tetapi juga satu-satunya misi perjuangan hidup. Jika orang percaya memiliki kesadaran ini, maka secara otomatis atau dengan sendirinya menggiring dirinya untuk mendahulukan Kerajaan Allah.
Meneguhkan kebenaran ini, orang percaya harus selalu menyadari bahwa kehidupan manusia bukan hanya satu kali di bumi ini. Kehidupan yang indah yang dirancang oleh Allah di bumi ini telah menjadi rusak oleh karena kesalahan Adam dan Hawa, manusia pertama. Allah yang cerdas tidak menciptakan kehidupan seperti sekarang ini di bumi, di mana manusia didera oleh perang, sakit penyakit, bencana, kemiskinan, dan kematian, serta berbagai penderitaan lain. Itulah sebabnya Allah menciptakan dunia lain yang sempurna di langit baru dan bumi yang baru nanti. Untuk hal ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia pergi untuk menyediakan tempat bagi orang percaya. Bila Ia sudah menyediakan tempat bagi orang percaya, maka Ia akan kembali dan membawa orang percaya ke sana, supaya di mana Dia ada, orang percaya juga ada (Yoh. 14:1-3). Dalam hal ini Kekristenan adalah kehidupan yang difokuskan ke depan, yaitu kehidupan di balik kubur, bukan di bumi ini.
Oleh sebab itu orang percaya yang sudah menyatakan diri untuk mengikut Tuhan Yesus harus sepenuhnya tidak lagi memikirkan perkara-perkara yang di bumi (Kol. 3:1-4). Segala sesuatu harus dilakukan hanya untuk persiapan memasuki kehidupan yang akan datang. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan agar orang percaya mengumpulkan harta di surga, bukan di bumi (Mat. 6:19-20). Kalau ada orang Kristen yang tidak melakukan hal ini, berarti ia memilih dunia ini dan tidak berminat untuk dibawa ke rumah Bapa. Biasanya orang-orang Kristen seperti ini tidak menjaga kelakuannya. Tentu saja mereka tidak berjuang untuk dapat melakukan kehendak Bapa. Orang Kristen seperti ini hendaknya tidak berharap akan dikenal oleh Tuhan Yesus dan diperkenan masuk Rumah Bapa. Mereka akan ditolak oleh Tuhan Yesus dan disamakan dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah.
https://overcast.fm/+IqOBg_SRI
Bisa juga mereka bukan tidak menganggap penting, tetapi merasa sudah menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga, sehingga tidak merasa perlu melakukan perjuangan untuk itu. Hal ini terjadi sebab pengajaran yang ada tidak mengajarkan bahwa percaya itu bukan sekadar aktivitas pikiran, dan keselamatan itu bukan sekadar terhindar dari neraka. Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia ke rancangan Allah semula. Itulah sebabnya manusia harus memberi respon terhadap usaha Tuhan tersebut. Jika manusia meresponi usaha Tuhan tersebut, maka manusia akan mengalami pembaharuan hidup terus menerus menuju kesempurnaan sehingga layak menjadi anggota keluarga Kerajaan. Harus selalu diingat bahwa keselamatan yang difasilitasi pengorbanan Yesus di kayu salib pada prinsipnya adalah perubahan atas diri manusia yang diselamatkan.
Orang percaya harus menyadari kesalahan ini, sejatinya hal menjadi anggota keluarga Kerajaan atau yang sama dengan mencari Tuhan, bukan saja hal utama dalam kehidupan, tetapi harus dipandang sebagai satu-satunya isi dan tujuan hidup sebagai anak-anak Allah. Oleh sebab itu, dalam kehidupan orang percaya tidak ada prioritas atau urut-urutan kepentingan, sebab isi satu-satunya perjuangan hidup hanyalah bagaimana menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Dengan demikian, hidup di bumi yang tidak lebih dari seratus tahun ini hanya digunakan sebagai kesempatan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan. Jadi, kalau ada orang Kristen yang tidak tertarik hal ini -sehingga tidak mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya seperti yang dimaksud oleh Tuhan Yesus- berarti ia menjadikan dirinya sebagai pemberontak. Orang seperti ini selamanya tidak akan pernah menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.
Orang percaya harus menyadari bahwa kesempatan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan selama-lamanya hanya satu kali selama hidup di bumi yang sementara ini. Hal ini tidak pernah akan terulang untuk selamanya. Kesempatan ini bukan hanya satu kali, tetapi juga singkat dan tidak seorang pun tahu kapan berakhirnya kesempatan ini. Oleh sebab itu melakukan segera perjuangan untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan tidak boleh ditunda sama sekali. Orang percaya harus memandang hal ini adalah sesuatu yang bukan saja selalu darurat untuk dilakukan segera, juga bukan saja penting, tetapi juga satu-satunya misi perjuangan hidup. Jika orang percaya memiliki kesadaran ini, maka secara otomatis atau dengan sendirinya menggiring dirinya untuk mendahulukan Kerajaan Allah.
Meneguhkan kebenaran ini, orang percaya harus selalu menyadari bahwa kehidupan manusia bukan hanya satu kali di bumi ini. Kehidupan yang indah yang dirancang oleh Allah di bumi ini telah menjadi rusak oleh karena kesalahan Adam dan Hawa, manusia pertama. Allah yang cerdas tidak menciptakan kehidupan seperti sekarang ini di bumi, di mana manusia didera oleh perang, sakit penyakit, bencana, kemiskinan, dan kematian, serta berbagai penderitaan lain. Itulah sebabnya Allah menciptakan dunia lain yang sempurna di langit baru dan bumi yang baru nanti. Untuk hal ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia pergi untuk menyediakan tempat bagi orang percaya. Bila Ia sudah menyediakan tempat bagi orang percaya, maka Ia akan kembali dan membawa orang percaya ke sana, supaya di mana Dia ada, orang percaya juga ada (Yoh. 14:1-3). Dalam hal ini Kekristenan adalah kehidupan yang difokuskan ke depan, yaitu kehidupan di balik kubur, bukan di bumi ini.
Oleh sebab itu orang percaya yang sudah menyatakan diri untuk mengikut Tuhan Yesus harus sepenuhnya tidak lagi memikirkan perkara-perkara yang di bumi (Kol. 3:1-4). Segala sesuatu harus dilakukan hanya untuk persiapan memasuki kehidupan yang akan datang. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan agar orang percaya mengumpulkan harta di surga, bukan di bumi (Mat. 6:19-20). Kalau ada orang Kristen yang tidak melakukan hal ini, berarti ia memilih dunia ini dan tidak berminat untuk dibawa ke rumah Bapa. Biasanya orang-orang Kristen seperti ini tidak menjaga kelakuannya. Tentu saja mereka tidak berjuang untuk dapat melakukan kehendak Bapa. Orang Kristen seperti ini hendaknya tidak berharap akan dikenal oleh Tuhan Yesus dan diperkenan masuk Rumah Bapa. Mereka akan ditolak oleh Tuhan Yesus dan disamakan dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah.
https://overcast.fm/+IqOBg_SRI
Minggu, 27 Januari 2019
Quote January 2019 #4
Today's Quote:
Seseorang yang tidak berkarakter Kristus adalah orang yang belum bisa hidup
dalam persekutuan dengan Allah secara ideal.
Dr. Erastus Sabdono,
20 Januari 2019
Today's Quote:
Orang yang hidup dalam kebenaran adalah orang yang tidak berkepribadian belah.
Dr. Erastus Sabdono,
21 Januari 2019
Today's Quote:
Orang yang rela mengorbankan apa pun demi keselamatan orang lain adalah orang yang berpotensi bisa diajak menderita bersama-sama dengan Tuhan dan yang layak dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Dr. Erastus Sabdono,
22 Januari 2019
Today's Quote:
Kalau Tuhan bertindak dengan atau dalam tatanan yang tidak dimengerti manusia, berarti manusia berjalan dalam gelap.
Dr. Erastus Sabdono,
23 Januari 2019
Today's Quote:
Tuhan memang transenden, tetapi tindakan-tindakan-Nya pasti memuat kebenaran atau hikmah yang dapat dimengerti dan dapat menuntun umat Tuhan kepada kehendak dan jalan-Nya.
Dr. Erastus Sabdono,
24 Januari 2019
Today's Quote:
Tidak ada sesuatu yang menjadi mutlak, kecuali melakukan kehendak Bapa.
Dr. Erastus Sabdono,
25 Januari 2019
Today's Quote:
Ketika kita menganggap tidak ada yang mutlak selain melakukan kehendak Bapa, maka keharuman kita akan tercium seperti bunga, kita akan mekar dan harum, sehingga bisa ditampilkan seperti surat yang terbuka.
Dr. Erastus Sabdono,
26 Januari 2019
Today's Quote;
Penuai adalah mereka yang mengenakan gaya hidup-Nya, yaitu mereka yang rela kehilangan segala hal, yang merupakan spirit yang dimiliki Yesus.
Dr. Erastus Sabdono,
27 Januari 2019
Seseorang yang tidak berkarakter Kristus adalah orang yang belum bisa hidup
dalam persekutuan dengan Allah secara ideal.
Dr. Erastus Sabdono,
20 Januari 2019
Today's Quote:
Orang yang hidup dalam kebenaran adalah orang yang tidak berkepribadian belah.
Dr. Erastus Sabdono,
21 Januari 2019
Today's Quote:
Orang yang rela mengorbankan apa pun demi keselamatan orang lain adalah orang yang berpotensi bisa diajak menderita bersama-sama dengan Tuhan dan yang layak dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Dr. Erastus Sabdono,
22 Januari 2019
Today's Quote:
Kalau Tuhan bertindak dengan atau dalam tatanan yang tidak dimengerti manusia, berarti manusia berjalan dalam gelap.
Dr. Erastus Sabdono,
23 Januari 2019
Today's Quote:
Tuhan memang transenden, tetapi tindakan-tindakan-Nya pasti memuat kebenaran atau hikmah yang dapat dimengerti dan dapat menuntun umat Tuhan kepada kehendak dan jalan-Nya.
Dr. Erastus Sabdono,
24 Januari 2019
Today's Quote:
Tidak ada sesuatu yang menjadi mutlak, kecuali melakukan kehendak Bapa.
Dr. Erastus Sabdono,
25 Januari 2019
Today's Quote:
Ketika kita menganggap tidak ada yang mutlak selain melakukan kehendak Bapa, maka keharuman kita akan tercium seperti bunga, kita akan mekar dan harum, sehingga bisa ditampilkan seperti surat yang terbuka.
Dr. Erastus Sabdono,
26 Januari 2019
Today's Quote;
Penuai adalah mereka yang mengenakan gaya hidup-Nya, yaitu mereka yang rela kehilangan segala hal, yang merupakan spirit yang dimiliki Yesus.
Dr. Erastus Sabdono,
27 Januari 2019
( Sunday Bible Teaching ) SBT, 20 Januari 2019 Pdt. DR. Erastus Sabdono
Kita tidak boleh sudah merasa puas dengan pengalaman rohani yang sudah kita alami, yang sudah kita miliki bersama Tuhan π
Termasuk kita tidak boleh merasa cukup puas dengan pemahaman dan pengertian kita mengenai Tuhan yang telah kita miliki.
Yang sudah memiliki pengalaman dengan Tuhan sehebatpun pengalaman tersebut sebanyak apapun pengetahuan kita tentang Tuhan π tidak boleh membuat kita merasa cukup lalu berhenti berparkir di situ.
Apalagi kita belum punya pengalaman dengan Tuhan.
Dengan pengetahuan yang sempit dan miskin.
Pengalaman yang kita miliki sehebat apapun bukanlah dasar yang cukup untuk menjalani hidup bersama Tuhan ke depan seiring dengan pergumulan baru, persoalan baru.
Maka kita harus membuka diri untuk pengalaman - pengalaman yang baru dengan Tuhan juga pengetahuan - pengetahuan baru dari Tuhan.
Kita melihat masyarakat Kristen, gereja dan para pembicaranya tidak mengalami pembaharuan tidak bertumbuh dalam pengertian dalam kebenaran menjadi mati seperti masyarakat Eropa.
Tidak sedikit buku - buku yang ditulis oleh para Theolog mereka.
Seninari dan Theologia mereka juga bermutu jika dipandang dari sudut akademis.
Tetapi masyarakat Eropa hari ini seperti tidak pernah menjadi masyarakat Kristen.
Karena Theolog merasa puas dengan doktrin yang ada.
Apalagi terlalu menekankan rasio tetapi tidak memberi ruang untuk pengalaman secara batin dan pengalaman konkrit dengan Tuhan.
Banyak hal yang kita hadapi dan kita selesaikan bersama Tuhan π di masa depan.
Yang oleh karenanya kita harus mengalami lebih banyak lagi.
Dan Tuhan yang tidak terbatas dan Tuhan yang akan kran membuka pengenalan akan Dia.
Tuhan yang membuka diri untuk dikenal.
Tuhan membuka diri untuk dialami.
Jadi kalau kita belum memiliki pengalaman yang cukup dengan Tuhan.
Raihlah sebanyak mungkin pengalaman dengan Tuhan.
Raihlah sebanyak mungkin pengenalan akan Tuhan yang berguna untuk proses penyempurnaan kita.
Jangan puas....
Banyak berkat yang tidak ternilai yang Tuhan sediakan bagi kita di depan.
Sebab seiring pengalaman baru dengan Tuhan bukan hanya membuat kita sanggup menghadapi dunia π dan segala tantangannya.
Bukan hanya masalah.
Karena semua orang juga punya masalah yang mirip.
Tetapi tantanganyang membuat iman kita tidak bertumbuh secara proposional.
Tarikan kuasa gelap yang membuat kita gagal menjadi Anak Allah yang berkodrat Ilahi.
Dan Tuhan π sediakan berkat - berkat rohani yang tak ternilai agar kita mqmpu menghadapi serangan kuasa kegelapan pengaruh dunia yang jahat ini.
Dan kita bertumbuh menuju kesempurnaan.
Jadi Kalau kita berurusan dengan Tuhan π jangan fokus kepada kebutuhan pemenuhan jasmani.
Lalu merasa elok, agung, indah.
Tadinya gaji kecil jadi besar.
Tadinya bangkrut dipulihkan secara ekonomi.
Tadinya sakit sembuh.
Itu bukan berkat kekal.
Itu bukan berkat abadi.
Tuhan π perduli masalah hidup kita apapun.
Apakah masalah ekonomi, kesehatan, masalah apapun.
Tetapi Tuhan lebih perduli karakter dan watak kita.
Tuhan lebih perduli nasib dan keadaan kekal nanti.
Jadi fokus dan orientasi kita kepada berkat jasmani, kita tidak bisa mengimbangi Tuhan yang alas berpikirnya kekekalan.
Tuhan memiliki triliyun - triliyun planet.
Apa artinya bumi ini ?
Maka Tuhan berkata : " Apa gunanya orang memperoleh segenap dunia tetapi jiwanya binasa ? "
Kalau kamu mengejar berkat jasmani, kamu fokus kepada kebutuhan pemenuhan jasmani,
kamu tidak fokus kepada kekekalan, kamu tidak menghormati Tuhan π
Kamu tidak menghargai kekekalan.
Kamu tidak bisa seimbang berjalan dengan Tuhan.
Oleh sebab itu masalah - masalah pemenuhan kebutuhan jasmani janganlah menenggelamkan kita.
Jangan kita berhalakan.
Yang terpenting Tuhan ubahlah hidupku supaya aku layak menjadi anggota keluarga kerajaan Surga dan berkodrat Ilahi.
Yang lain boleh Engkau ambil, pangkat, kedudukan prestige, tetapi jangan ambil yang satu ini yaitu kelayakan menjadi Anak Bapa di Surga.
Di mana - mana juga orang berurusan dengan Tuhan karena pemenuhan kebutuhan jasmani.
Kita harus berani mendesak Tuhan π untuk memiliki pengalaman dengan Dia untuk berguna bagi pendewasaan dan penyempurnaan kita.
Kita membutuhkan Tuhan bukan karena pemenuhan kebutuhan jasmani, bukan karena kita sedang tertindas.
Kita membutuhkan Tuhan karena memang Tuhan satu - satunya kebutuhan kita.
Kita harus sungguh - sungguh mengalami Tuhan.
Konsentrasi pada waktu di gereja untuk mendengar Firman.
Itu kita sedang mendesak Tuhan.
Kalau kita sungguh - sungguh Tuhan π pasti memberi sesuatu.
Lalu kita akan jeli melihat pembentukan Tuhan dalam hidup kita baik yang kita liat maupun yang kita dengar.
Apapun bisa jadi berkat.
Kalau kita ingin mengalami Tuhan kita pasti berusaha untuk hidup tidak bercacat dan tidak bercela.
Ini semua memiliki sampak.
Hidup ini hanya untuk menemukan Tuhan.
Supaya memiliki hubungan yang harmoni dengan Dia.
Untuk itu kita tidak boleh hidup sembarangan.
Pikiranku tidak boleh fokuskan ke perkara - perkara dunia.
Membanggakan barang - barang branded.
Membanggakan sesuatu yang bersifat fana.
Karena Tuhan tidak tertarik dengan hal - hal itu.
Kesempatan untuk menemukan Tuhan Dan berinteraksi Dengan Dia sangat Terbatas
Tuhan dengan ketatnya membatasi ini.
Kesempatan itu hanya sekali.
Kalau Tuhan berkata stop maka kita stop, tidak bisa diperpanjang.
JBU π·
Termasuk kita tidak boleh merasa cukup puas dengan pemahaman dan pengertian kita mengenai Tuhan yang telah kita miliki.
Yang sudah memiliki pengalaman dengan Tuhan sehebatpun pengalaman tersebut sebanyak apapun pengetahuan kita tentang Tuhan π tidak boleh membuat kita merasa cukup lalu berhenti berparkir di situ.
Apalagi kita belum punya pengalaman dengan Tuhan.
Dengan pengetahuan yang sempit dan miskin.
Pengalaman yang kita miliki sehebat apapun bukanlah dasar yang cukup untuk menjalani hidup bersama Tuhan ke depan seiring dengan pergumulan baru, persoalan baru.
Maka kita harus membuka diri untuk pengalaman - pengalaman yang baru dengan Tuhan juga pengetahuan - pengetahuan baru dari Tuhan.
Kita melihat masyarakat Kristen, gereja dan para pembicaranya tidak mengalami pembaharuan tidak bertumbuh dalam pengertian dalam kebenaran menjadi mati seperti masyarakat Eropa.
Tidak sedikit buku - buku yang ditulis oleh para Theolog mereka.
Seninari dan Theologia mereka juga bermutu jika dipandang dari sudut akademis.
Tetapi masyarakat Eropa hari ini seperti tidak pernah menjadi masyarakat Kristen.
Karena Theolog merasa puas dengan doktrin yang ada.
Apalagi terlalu menekankan rasio tetapi tidak memberi ruang untuk pengalaman secara batin dan pengalaman konkrit dengan Tuhan.
Banyak hal yang kita hadapi dan kita selesaikan bersama Tuhan π di masa depan.
Yang oleh karenanya kita harus mengalami lebih banyak lagi.
Dan Tuhan yang tidak terbatas dan Tuhan yang akan kran membuka pengenalan akan Dia.
Tuhan yang membuka diri untuk dikenal.
Tuhan membuka diri untuk dialami.
Jadi kalau kita belum memiliki pengalaman yang cukup dengan Tuhan.
Raihlah sebanyak mungkin pengalaman dengan Tuhan.
Raihlah sebanyak mungkin pengenalan akan Tuhan yang berguna untuk proses penyempurnaan kita.
Jangan puas....
Banyak berkat yang tidak ternilai yang Tuhan sediakan bagi kita di depan.
Sebab seiring pengalaman baru dengan Tuhan bukan hanya membuat kita sanggup menghadapi dunia π dan segala tantangannya.
Bukan hanya masalah.
Karena semua orang juga punya masalah yang mirip.
Tetapi tantanganyang membuat iman kita tidak bertumbuh secara proposional.
Tarikan kuasa gelap yang membuat kita gagal menjadi Anak Allah yang berkodrat Ilahi.
Dan Tuhan π sediakan berkat - berkat rohani yang tak ternilai agar kita mqmpu menghadapi serangan kuasa kegelapan pengaruh dunia yang jahat ini.
Dan kita bertumbuh menuju kesempurnaan.
Jadi Kalau kita berurusan dengan Tuhan π jangan fokus kepada kebutuhan pemenuhan jasmani.
Lalu merasa elok, agung, indah.
Tadinya gaji kecil jadi besar.
Tadinya bangkrut dipulihkan secara ekonomi.
Tadinya sakit sembuh.
Itu bukan berkat kekal.
Itu bukan berkat abadi.
Tuhan π perduli masalah hidup kita apapun.
Apakah masalah ekonomi, kesehatan, masalah apapun.
Tetapi Tuhan lebih perduli karakter dan watak kita.
Tuhan lebih perduli nasib dan keadaan kekal nanti.
Jadi fokus dan orientasi kita kepada berkat jasmani, kita tidak bisa mengimbangi Tuhan yang alas berpikirnya kekekalan.
Tuhan memiliki triliyun - triliyun planet.
Apa artinya bumi ini ?
Maka Tuhan berkata : " Apa gunanya orang memperoleh segenap dunia tetapi jiwanya binasa ? "
Kalau kamu mengejar berkat jasmani, kamu fokus kepada kebutuhan pemenuhan jasmani,
kamu tidak fokus kepada kekekalan, kamu tidak menghormati Tuhan π
Kamu tidak menghargai kekekalan.
Kamu tidak bisa seimbang berjalan dengan Tuhan.
Oleh sebab itu masalah - masalah pemenuhan kebutuhan jasmani janganlah menenggelamkan kita.
Jangan kita berhalakan.
Yang terpenting Tuhan ubahlah hidupku supaya aku layak menjadi anggota keluarga kerajaan Surga dan berkodrat Ilahi.
Yang lain boleh Engkau ambil, pangkat, kedudukan prestige, tetapi jangan ambil yang satu ini yaitu kelayakan menjadi Anak Bapa di Surga.
Di mana - mana juga orang berurusan dengan Tuhan karena pemenuhan kebutuhan jasmani.
Kita harus berani mendesak Tuhan π untuk memiliki pengalaman dengan Dia untuk berguna bagi pendewasaan dan penyempurnaan kita.
Kita membutuhkan Tuhan bukan karena pemenuhan kebutuhan jasmani, bukan karena kita sedang tertindas.
Kita membutuhkan Tuhan karena memang Tuhan satu - satunya kebutuhan kita.
Kita harus sungguh - sungguh mengalami Tuhan.
Konsentrasi pada waktu di gereja untuk mendengar Firman.
Itu kita sedang mendesak Tuhan.
Kalau kita sungguh - sungguh Tuhan π pasti memberi sesuatu.
Lalu kita akan jeli melihat pembentukan Tuhan dalam hidup kita baik yang kita liat maupun yang kita dengar.
Apapun bisa jadi berkat.
Kalau kita ingin mengalami Tuhan kita pasti berusaha untuk hidup tidak bercacat dan tidak bercela.
Ini semua memiliki sampak.
Hidup ini hanya untuk menemukan Tuhan.
Supaya memiliki hubungan yang harmoni dengan Dia.
Untuk itu kita tidak boleh hidup sembarangan.
Pikiranku tidak boleh fokuskan ke perkara - perkara dunia.
Membanggakan barang - barang branded.
Membanggakan sesuatu yang bersifat fana.
Karena Tuhan tidak tertarik dengan hal - hal itu.
Kesempatan untuk menemukan Tuhan Dan berinteraksi Dengan Dia sangat Terbatas
Tuhan dengan ketatnya membatasi ini.
Kesempatan itu hanya sekali.
Kalau Tuhan berkata stop maka kita stop, tidak bisa diperpanjang.
JBU π·
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 27. BERJUANG UNTUK MENANG
Ketika seseorang mengaku Yesus adalah Tuhan, maka dimulailah sebuah perjuangan untuk menempatkan diri sebagai umat di hadapan Yesus sebagai Majikan. Sejak itu, seseorang yang mengaku percaya tersebut, harus hidup dalam perhambaan kepada Tuhan. Perhambaan kepada Tuhan sesungguhnya adalah kemerdekaan, sebaliknya, lepas dari perhambaan dari Tuhan berarti belenggu yang membawa seseorang menuju api kekal. Dalam hal ini orang percaya harus memilih; hidup dalam perhambaan kepada Tuhan Yesus atau kepada yang lain. Orang percaya harus memilih salah satu, sebab seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Sepenuhnya atau segenap hidup mengabdi kepada Tuhan, atau tidak sama sekali.
Perjuangan ini untuk menempatkan diri sebagai hamba bagi Yesus- yang adalah Majikan orang percaya- bukanlah sesuatu yang mudah, sebab irama hidup setiap individu sudah terlanjur terbiasa menjadikan diri sebagai tuan atau majikan. Irama hidup manusia pada umumnya adalah I am the king. Biasanya segala sesuatu dilakukan hanya untuk kesenangan diri sendiri. Bahkan dalam berurusan dengan Tuhan pun karena hendak memperdaya Tuhan atau memanfaatkan Dia.
Ketika seseorang masih kanak-kanak rohani, maksudnya belum lama menjadi orang Kristen, sangatlah bisa dimengerti kalau relasi dengan Tuhan berdasarkan azas manfaat. Hal ini sama seperti mekanisme kalau seseorang datang ke dukun. Kepentingan datang ke dukun karena hendak memanfaatkan dukun tersebut bagi kepentingan pribadi, bukan kepentingan dukun. Tetapi kalau seorang Kristen sudah semakin dewasa atau akil balik, maka seharusnya relasi dengan Tuhan berdasarkan azas devosi. Berurusan dengan Tuhan karena mengabdi kepada Tuhan. Biasanya orang-orang Kristen yang dewasa seperti ini, tidak mudah menyampaikan permohonan kepada Tuhan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi yang dipersoalkan dan digumuli adalah bagaimana mengerti kehendak Tuhan dan rencana-Nya untuk dipenuhi.
Selama seseorang masih menjadikan dirinya sebagai tuan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain, berarti ia belum bisa menjadikan Yesus sebagai Tuhan. Orang-orang seperti ini belum bisa dikatakan sebagai pemenang. Dewasa ini begitu mudah banyak orang Kristen mengklaim dirinya sebagai umat pemenang. Hal ini disebabkan oleh karena banyak pembicara-pembicara Kristen dan para pemimpin puji-pujian dalam kebaktian yang mengajarkan bahwa semua orang yang mengaku percaya berarti sudah menjadi umat pemenang. Seakan-akan menjadi umat pemenang adalah sesuatu yang otomatis melekat pada diri mereka setelah mengaku percaya kepada Tuhan Yesus. Hal ini menciptakan orang-orang Kristen yang bodoh, tetapi tidak menyadari kebodohonnya.
Untuk menemukan pengertian yang benar apa artinya menjadi pemenang, perlulah kita menemukan terlebih dahulu siapakah musuh kita. Bagaimana kita dapat berbicara mengenai kemenangan kalau kita tidak mengerti siapa musuh kita?Alkitab menunjukkan bahwa musuh kita adalah kuasa gelap atau si Iblis.Namun perlu diketahui dengan cerdas bahwa yang membahayakan dari Iblis dalam hidup orang percaya bukan hanya pada waktu ketika Iblis merusak ekonomi, kesehatan, fasilitas hidup, dan menyerbu dengan berbagai persoalan hidup lainnya, tetapi justru ketika ia menempatkan orang percaya dalam keadaan ekonomi baik, tubuh sehat, dan keadaan nyaman. Ketika orang Kristen dalam keadaan jaya, maka sangat berpotensi untuk menjadi tuan bagi dirinya dan semakin kuat dalam ekonomi, kedudukan dan lain sebagainya, akan semakin menjadi tuan bagi sesamanya.
Oleh sebab itu orang percaya harus berhati-hati terhadap musuh yang licik ketika membawa orang percaya kepada keadaan yang baik secara ekonomi, terhormat, makmur, nyaman, dan tidak berkekurangan secara materi. Dengan keadaan ini orang percaya hendaknya tidak hanyut dalam euphoria dunia. Keadaan yang baik dengan segala kelimpahan materi merupakan kesempatan untuk dapat digunakan bagi kepentingan Tuhan, yaitu bagi pelayanan pekerjaan-Nya guna menyelamatkan jiwa-jiwa; bagaimana Injil diberitakan dan diajarkan kepada banyak orang sehingga mereka mengenal kebenaran sehingga menjadi corpus delicti. Keadaan hidup yang baik merupakan hak istimewa orang percaya untuk dapat melayani Tuhan tanpa gangguan.
Sebaliknya, keadaan-keadaan yang sulit bukanlah sebuah kekalahan. Inilah yang salah dimengerti oleh banyak orang Kristen. Banyak di antara mereka yang berpikir bahwa keadaan sulit adalah akibat serangan Iblis. Jadi kalau mereka berkeadaan tidak menyenangkan, maka mereka merasa sebagai orang-orang yang kalah. Sebenarnya bukan sesuatu yang sulit bagi Tuhan melimpahi orang percaya dengan berkat materi, menjadikan mereka terhormat. Tidak sulit bagi Tuhan untuk membuat mereka menonjol dalam bidang-bidang kehidupan yang digumuli manusia, seperti politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Tetapi, masalahnya adalah apakah dengan kelimpahan tersebut mereka tetap rendah hati, atau sebaliknya menjadi sombong? Kalau ternyata menjadi sombong dan mengangkat diri sebagai tuan bagi dirinya dan bagi sesamanya, maka berarti sebuah kekalahan.
https://overcast.fm/+IqOCKkdr4
Perjuangan ini untuk menempatkan diri sebagai hamba bagi Yesus- yang adalah Majikan orang percaya- bukanlah sesuatu yang mudah, sebab irama hidup setiap individu sudah terlanjur terbiasa menjadikan diri sebagai tuan atau majikan. Irama hidup manusia pada umumnya adalah I am the king. Biasanya segala sesuatu dilakukan hanya untuk kesenangan diri sendiri. Bahkan dalam berurusan dengan Tuhan pun karena hendak memperdaya Tuhan atau memanfaatkan Dia.
Ketika seseorang masih kanak-kanak rohani, maksudnya belum lama menjadi orang Kristen, sangatlah bisa dimengerti kalau relasi dengan Tuhan berdasarkan azas manfaat. Hal ini sama seperti mekanisme kalau seseorang datang ke dukun. Kepentingan datang ke dukun karena hendak memanfaatkan dukun tersebut bagi kepentingan pribadi, bukan kepentingan dukun. Tetapi kalau seorang Kristen sudah semakin dewasa atau akil balik, maka seharusnya relasi dengan Tuhan berdasarkan azas devosi. Berurusan dengan Tuhan karena mengabdi kepada Tuhan. Biasanya orang-orang Kristen yang dewasa seperti ini, tidak mudah menyampaikan permohonan kepada Tuhan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi yang dipersoalkan dan digumuli adalah bagaimana mengerti kehendak Tuhan dan rencana-Nya untuk dipenuhi.
Selama seseorang masih menjadikan dirinya sebagai tuan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain, berarti ia belum bisa menjadikan Yesus sebagai Tuhan. Orang-orang seperti ini belum bisa dikatakan sebagai pemenang. Dewasa ini begitu mudah banyak orang Kristen mengklaim dirinya sebagai umat pemenang. Hal ini disebabkan oleh karena banyak pembicara-pembicara Kristen dan para pemimpin puji-pujian dalam kebaktian yang mengajarkan bahwa semua orang yang mengaku percaya berarti sudah menjadi umat pemenang. Seakan-akan menjadi umat pemenang adalah sesuatu yang otomatis melekat pada diri mereka setelah mengaku percaya kepada Tuhan Yesus. Hal ini menciptakan orang-orang Kristen yang bodoh, tetapi tidak menyadari kebodohonnya.
Untuk menemukan pengertian yang benar apa artinya menjadi pemenang, perlulah kita menemukan terlebih dahulu siapakah musuh kita. Bagaimana kita dapat berbicara mengenai kemenangan kalau kita tidak mengerti siapa musuh kita?Alkitab menunjukkan bahwa musuh kita adalah kuasa gelap atau si Iblis.Namun perlu diketahui dengan cerdas bahwa yang membahayakan dari Iblis dalam hidup orang percaya bukan hanya pada waktu ketika Iblis merusak ekonomi, kesehatan, fasilitas hidup, dan menyerbu dengan berbagai persoalan hidup lainnya, tetapi justru ketika ia menempatkan orang percaya dalam keadaan ekonomi baik, tubuh sehat, dan keadaan nyaman. Ketika orang Kristen dalam keadaan jaya, maka sangat berpotensi untuk menjadi tuan bagi dirinya dan semakin kuat dalam ekonomi, kedudukan dan lain sebagainya, akan semakin menjadi tuan bagi sesamanya.
Oleh sebab itu orang percaya harus berhati-hati terhadap musuh yang licik ketika membawa orang percaya kepada keadaan yang baik secara ekonomi, terhormat, makmur, nyaman, dan tidak berkekurangan secara materi. Dengan keadaan ini orang percaya hendaknya tidak hanyut dalam euphoria dunia. Keadaan yang baik dengan segala kelimpahan materi merupakan kesempatan untuk dapat digunakan bagi kepentingan Tuhan, yaitu bagi pelayanan pekerjaan-Nya guna menyelamatkan jiwa-jiwa; bagaimana Injil diberitakan dan diajarkan kepada banyak orang sehingga mereka mengenal kebenaran sehingga menjadi corpus delicti. Keadaan hidup yang baik merupakan hak istimewa orang percaya untuk dapat melayani Tuhan tanpa gangguan.
Sebaliknya, keadaan-keadaan yang sulit bukanlah sebuah kekalahan. Inilah yang salah dimengerti oleh banyak orang Kristen. Banyak di antara mereka yang berpikir bahwa keadaan sulit adalah akibat serangan Iblis. Jadi kalau mereka berkeadaan tidak menyenangkan, maka mereka merasa sebagai orang-orang yang kalah. Sebenarnya bukan sesuatu yang sulit bagi Tuhan melimpahi orang percaya dengan berkat materi, menjadikan mereka terhormat. Tidak sulit bagi Tuhan untuk membuat mereka menonjol dalam bidang-bidang kehidupan yang digumuli manusia, seperti politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Tetapi, masalahnya adalah apakah dengan kelimpahan tersebut mereka tetap rendah hati, atau sebaliknya menjadi sombong? Kalau ternyata menjadi sombong dan mengangkat diri sebagai tuan bagi dirinya dan bagi sesamanya, maka berarti sebuah kekalahan.
https://overcast.fm/+IqOCKkdr4
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 26. MENGISI KESELAMATAN
Satu hal yang harus ditegaskan, sebab merupakan kemutlakan: Pertama, keselamatan hanya dalam Yesus Kristus, jadi tidak ada keselamatan di luar Kristus, apa pun bentuk dan caranya. Kedua, keselamatan terjadi dan dimiliki seseorang bukan karena perbuatan baik. Dua hal yang mutlak tersebut harus dipahami dengan tepat, sebab jika tidak dipahami dengan tepat maka keselamatan yang sejati meleset untuk dialami seseorang. Orang percaya harus selalu menggali Alkitab untuk menemukan kebenaran mengenai keselamatan yang semakin akurat seiring dengan keadaan zaman yang semakin jahat ini.
Keselamatan diperoleh seseorang bukan karena perbuatan baik, bukan berarti orang Kristen bisa tanpa perjuangan mengalami dan memiliki keselamatan. Orang percaya harus bertanggung jawab mengisi keselamatan yang telah diperjuangkan oleh Tuhan Yesus. Maksud mengisi keselamatan yang telah diperjuangkan oleh Tuhan Yesus adalah ia berjuang untuk mengusahakan maksud keselamatan itu diberikan oleh Tuhan Yesus. Sama seperti para pahlawan bangsa ini memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa dan negara. Ada pun sebagai anak bangsa yang telah menerima kemerdekaan tersebut, ia harus mengisi kemerdekaan dengan bekerja keras untuk memenuhi maksud kemerdekaan itu dicapai.
Fakta yang terlihat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, walaupun bangsa ini secara hukum (de jure) sudah merdeka, tetapi kenyataannya banyak anggota masyarakat masih hidup di bawah garis kemiskinan, penindasan, dan berbagai keadaan yang tidak nyaman. Ini berarti, kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pahlawan belum dinikmati oleh semua anggota masyarakat. Memang secara politis negara dan bangsa ini tidak lagi di bawah penjajahan atau kekuasaan bangsa asing. Tetapi faktanya (de facto) sebagian anggota masyarakat masih hidup di bawah penjajahan dan kekuasaan bangsanya sendiri. Sehingga mereka hidup di dalam tekanan kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan, dan berbagai penderitaan lainnya. Menjadi tugas dan tanggung jawab semua komponen bangsa ini untuk menghilangkan segala bentuk penjajahan tersebut. Itulah sebabnya, bangsa ini tidak boleh puas dengan kemerdekaan secara politis yang telah dicapai, tetapi harus berjuang mengisi kemerdekaan secara proporsional.
Analogi atau sejajar dengan pergumulan bangsa ini, orang percaya juga harus berjuang untuk mengisi kemerdekaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus sebagai anugerah kepada orang percaya. Ironinya, banyak orang Kristen yang merasa bahwa kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh Tuhan Yesus dan disediakan untuk orang percaya, secara otomatis sudah memerdekakan orang percaya dalam segala aspek kehidupan. Dengan asumsi ini mereka tidak memiliki usaha yang proporsional untuk mengisi kemerdekaan yang Tuhan telah berikan. Hal ini terjadi oleh karena adanya pengajaran yang mengatakan: untuk menerima keselamatan tidak perlu ada usaha apa pun dari orang percaya, sebab keselamatan diberikan cuma-cuma tanpa perlu adanya usaha sama sekali. Usaha untuk berbuat baik mengisi keselamatan dari kemerdekaan yang Tuhan Yesus berikan, sering dipandang sebagai penyangkalan terhadap prisip sola gratia (Ingg. only by grace).
Usaha berbuat baik mengisi keselamatan tidak cukup hanya menjadi orang yang bermoral, beretika, dan santun hidup di tengah-tengah masyarakat, tetapi usaha untuk mencapai kesempurnaan seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Jika tidak memiliki target seperti ini, berarti belum berjuang untuk mengisi kemerdekaan di dalam Tuhan secara benar. Faktanya, banyak orang Kristen tidak melakukan hal ini karena konsep percaya dan konsep keselamatan yang salah- yaitu asal dengan nalar percaya karya salib berarti sudah selamat- maka mereka tidak memiliki perjuangan untuk mengisi keselamatan dengan target yang benar. Mereka merasa sudah selamat dan memiliki hak untuk masuk Kerajaan Surga. Untuk itu yang mereka lakukan adalah mengembangkan dan memantapkan keyakinan di dalam nalar bahwa mereka sudah selamat dan pasti masuk surga. Mereka berpikir, semakin yakin sudah selamat maka semakin pasti akan selamat dan semakin yakin bisa masuk surga, maka semakin pasti masuk surga.
Kuasa kegelapan memperoleh celah yang besar dan pijakan dalam kehidupan orang-orang Kristen seperti ini, sehingga mereka mudah sekali dikuasai oleh kuasa kegelapan. Tidak mengherankan kalau orang-orang Kristen seperti itu terjerat oleh percintaan dunia. Padahal, orang yang mengasihi dunia menjadikan dirinya musuh Allah. Mereka merasa menjadi umat Allah yang disayang oleh Dia, padahal mereka telah memposisikan diri sebagai musuh Allah. Semakin hari, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, hati nurani mereka semakin gelap, sehingga mereka tidak mengenal kebenaran dan tidak mengenal diri sendiri dengan baik. Orang-orang seperti inilah yang merasa diri sudah dikenal dan bahkan akrab dengan Tuhan Yesus, tetapi ternyata mereka ditolak oleh Tuhan (Mat. 7:21-23).
Jika melihat keadaan ini, pihak yang paling harus bertanggung jawab adalah gereja; khususnya para pembicara atau pengajarnya. Gereja tidak boleh hanya mempersiapkan liturgi bagi jemaatnya dan pelayanan diakonia. Gereja harus mengajarkan kebenaran sesuai Injil, di mana setiap individu dalam gereja harus didorong untuk sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Untuk ini, jemaat tidak boleh diarahkan untuk menikmati dunia dengan segala keindahannya, tetapi harus diarahkan kepada kehidupan yang akan datang, yaitu Kerajaan Tuhan Yesus Kristus di Langit Baru dan Bumi Baru. Selain itu, menjadi kemutlakan setiap pelayan jemaat harus bisa menjadi model atau prototipe anak Allah yang benar, sehingga mereka dapat menjadi teladan bagi seluruh jemaat.
https://overcast.fm/+IqODDPZIQ
Keselamatan diperoleh seseorang bukan karena perbuatan baik, bukan berarti orang Kristen bisa tanpa perjuangan mengalami dan memiliki keselamatan. Orang percaya harus bertanggung jawab mengisi keselamatan yang telah diperjuangkan oleh Tuhan Yesus. Maksud mengisi keselamatan yang telah diperjuangkan oleh Tuhan Yesus adalah ia berjuang untuk mengusahakan maksud keselamatan itu diberikan oleh Tuhan Yesus. Sama seperti para pahlawan bangsa ini memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa dan negara. Ada pun sebagai anak bangsa yang telah menerima kemerdekaan tersebut, ia harus mengisi kemerdekaan dengan bekerja keras untuk memenuhi maksud kemerdekaan itu dicapai.
Fakta yang terlihat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, walaupun bangsa ini secara hukum (de jure) sudah merdeka, tetapi kenyataannya banyak anggota masyarakat masih hidup di bawah garis kemiskinan, penindasan, dan berbagai keadaan yang tidak nyaman. Ini berarti, kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pahlawan belum dinikmati oleh semua anggota masyarakat. Memang secara politis negara dan bangsa ini tidak lagi di bawah penjajahan atau kekuasaan bangsa asing. Tetapi faktanya (de facto) sebagian anggota masyarakat masih hidup di bawah penjajahan dan kekuasaan bangsanya sendiri. Sehingga mereka hidup di dalam tekanan kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan, dan berbagai penderitaan lainnya. Menjadi tugas dan tanggung jawab semua komponen bangsa ini untuk menghilangkan segala bentuk penjajahan tersebut. Itulah sebabnya, bangsa ini tidak boleh puas dengan kemerdekaan secara politis yang telah dicapai, tetapi harus berjuang mengisi kemerdekaan secara proporsional.
Analogi atau sejajar dengan pergumulan bangsa ini, orang percaya juga harus berjuang untuk mengisi kemerdekaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus sebagai anugerah kepada orang percaya. Ironinya, banyak orang Kristen yang merasa bahwa kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh Tuhan Yesus dan disediakan untuk orang percaya, secara otomatis sudah memerdekakan orang percaya dalam segala aspek kehidupan. Dengan asumsi ini mereka tidak memiliki usaha yang proporsional untuk mengisi kemerdekaan yang Tuhan telah berikan. Hal ini terjadi oleh karena adanya pengajaran yang mengatakan: untuk menerima keselamatan tidak perlu ada usaha apa pun dari orang percaya, sebab keselamatan diberikan cuma-cuma tanpa perlu adanya usaha sama sekali. Usaha untuk berbuat baik mengisi keselamatan dari kemerdekaan yang Tuhan Yesus berikan, sering dipandang sebagai penyangkalan terhadap prisip sola gratia (Ingg. only by grace).
Usaha berbuat baik mengisi keselamatan tidak cukup hanya menjadi orang yang bermoral, beretika, dan santun hidup di tengah-tengah masyarakat, tetapi usaha untuk mencapai kesempurnaan seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Jika tidak memiliki target seperti ini, berarti belum berjuang untuk mengisi kemerdekaan di dalam Tuhan secara benar. Faktanya, banyak orang Kristen tidak melakukan hal ini karena konsep percaya dan konsep keselamatan yang salah- yaitu asal dengan nalar percaya karya salib berarti sudah selamat- maka mereka tidak memiliki perjuangan untuk mengisi keselamatan dengan target yang benar. Mereka merasa sudah selamat dan memiliki hak untuk masuk Kerajaan Surga. Untuk itu yang mereka lakukan adalah mengembangkan dan memantapkan keyakinan di dalam nalar bahwa mereka sudah selamat dan pasti masuk surga. Mereka berpikir, semakin yakin sudah selamat maka semakin pasti akan selamat dan semakin yakin bisa masuk surga, maka semakin pasti masuk surga.
Kuasa kegelapan memperoleh celah yang besar dan pijakan dalam kehidupan orang-orang Kristen seperti ini, sehingga mereka mudah sekali dikuasai oleh kuasa kegelapan. Tidak mengherankan kalau orang-orang Kristen seperti itu terjerat oleh percintaan dunia. Padahal, orang yang mengasihi dunia menjadikan dirinya musuh Allah. Mereka merasa menjadi umat Allah yang disayang oleh Dia, padahal mereka telah memposisikan diri sebagai musuh Allah. Semakin hari, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, hati nurani mereka semakin gelap, sehingga mereka tidak mengenal kebenaran dan tidak mengenal diri sendiri dengan baik. Orang-orang seperti inilah yang merasa diri sudah dikenal dan bahkan akrab dengan Tuhan Yesus, tetapi ternyata mereka ditolak oleh Tuhan (Mat. 7:21-23).
Jika melihat keadaan ini, pihak yang paling harus bertanggung jawab adalah gereja; khususnya para pembicara atau pengajarnya. Gereja tidak boleh hanya mempersiapkan liturgi bagi jemaatnya dan pelayanan diakonia. Gereja harus mengajarkan kebenaran sesuai Injil, di mana setiap individu dalam gereja harus didorong untuk sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Untuk ini, jemaat tidak boleh diarahkan untuk menikmati dunia dengan segala keindahannya, tetapi harus diarahkan kepada kehidupan yang akan datang, yaitu Kerajaan Tuhan Yesus Kristus di Langit Baru dan Bumi Baru. Selain itu, menjadi kemutlakan setiap pelayan jemaat harus bisa menjadi model atau prototipe anak Allah yang benar, sehingga mereka dapat menjadi teladan bagi seluruh jemaat.
https://overcast.fm/+IqODDPZIQ
Kamis, 24 Januari 2019
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 25. BEKAL UNTUK KEKEKALAN
Banyak orang Kristen merasa bahwa dengan menerima fakta bahwa Yesus adalah Juruselamat yang telah mati di kayu salib menebus dosa-dosa manusia, maka berarti sudah memiliki bekal yang cukup untuk masuk surga. Orang-orang Kristen seperti ini salah memahami pengertian percaya dan tidak mengerti pengertian keselamatan. Percaya bukan hanya aktivitas pikiran. Bukan sekadar persetujuan terhadap suatu fakta atau sebuah pengaminan akali. Percaya adalah tindakan terhadap apa yang diyakini, diakui, dan diterima sebagai suatu kebenaran. Seseorang tidak dapat dikatakan sudah percaya kalau hanya memiliki keyakinan dan penerimaan dalam pikiran. Seseorang dikatakan percaya atau memiliki iman kalau secara konkret mewujudkannya dalam tindakan apa yang diyakini dan diterima tersebut. Gambaran yang jelas mengenai percaya ini dapat dilihat dalam kehidupan Abraham. Ia disebut sebagai “bapa orang percaya”, karena memiliki tindakan melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Elohim Yahweh.
Kasihan sekali dan benar-benar malang, banyak orang Kristen merasa sudah memiliki iman atau percaya kepada Tuhan Yesus dan merasa sudah selamat, padahal mereka hanya memiliki iman atau percaya semu. Iman mereka adalah iman fantasi yang tidak menyelamatkan. Orang-orang Kristen seperti ini pasti memahami anugerah secara dangkal dan murahan. Biasanya mereka akan berkata bahwa keselamatan bukan karena perbuatan baik, sehingga mereka tidak pernah memiliki perjuangan yang memadai untuk memahami keselamatan, mengalami dan memilikinya. Memang keselamatan seseorang terjadi bukan karena perbuatan baik, tetapi karena korban Tuhan Yesus di kayu salib. Tetapi memercayai karya Yesus di kayu salib adalah tindakan, bukan sekadar sebuah pengaminan akali atau persetujuan pikiran. Untuk mewujudkan percayanya inilah seseorang harus mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12-13).
Kalau seorang Kristen salah dalam memahami pengertian percaya, maka pengertian keselamatannya pun juga pasti salah. Keselamatan bukan hanya berbicara mengenai terhindarnya seseorang dari api neraka, tetapi keberadaan seseorang yang diubahkan. Perubahan itu harus nyata terjadi atau berlangsung sejak di bumi ini. Justru keselamatan yang sejati dimiliki oleh seseorang nampak dari perilaku hidupnya setiap hari. Perilaku tersebut bukan hanya berstandar baik di mata manusia lain, tetapi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus berarti selalu melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Bukan hanya melakukan hukum-hukum yang tertulis, tetapi mewujudkan segala sesuatu yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan. Inilah yang disebut sebagai percaya atau beriman itu.
Mewujudkan iman atau percaya dalam tindakan adalah sesuatu yang mutlak. Jika seseorang menolak untuk mewujudkan apa yang dikehendaki oleh Tuhan untuk dilakukan, berarti ia tidak percaya atau tidak beriman kepada Tuhan. Ini juga berarti menolak atau menyia-nyiakan keselamatan yang Tuhan sediakan dan ditawarkan kepada seseorang. Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa orang percaya dipanggil bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus (1Tes. 4:7). Di bagian lain dalam Alkitab, Tuhan menghendaki agar orang percaya kudus seperti Dia (1Ptr. 1:16). Firman Tuhan ini sebenarnya merupakan panggilan untuk percaya. Jadi, kalau tidak memenuhi apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan - yaitu hidup tidak bercacat dan tidak bercela atau hidup kudus- hal itu sama dengan tidak percaya kepada Tuhan.
Dengan demikian dapat diperoleh kebenaran bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus, itu berarti tidak ada perwujudan hidup dalam kekudusan di luar keberimanan kepada Yesus. Oleh sebab itu, memahami keselamatan hanya dalam Yesus Kristus, tidak hanya memperhatikan subyeknya-yaitu Tuhan Yesus yang memikul salib- tetapi juga obyeknya, yaitu manusia yang diselamatkan. Diselamatkan di sini artinya dibuat untuk bisa hidup tidak bercacat dan tidak bercela atau memiliki kekudusan seperti Tuhan sendiri. Seorang Kristen yang adalah obyek dari keselamatan tidak bisa tidak harus berkeadaan seperti Tuhan Yesus yang menyelamatkan. Jadi, kalau seorang Kristen tidak memiliki keserupaan dengan Yesus, berarti ia belum mengalami dan memiliki keselamatan itu.
Dengan mencermati kebenaran di atas, hendaknya orang Kristen tidak merasa sudah selamat, diperkenan masuk surga hanya karena berbekal keyakinan di dalam pikiran terhadap fakta karya salib Yesus yang menyelamatkan. Orang percaya harus berbekal kehidupan yang diubahkan setiap hari, dari seorang yang berkodrat dosa menjadi seorang yang berkodrat Ilahi. Sebab hanya orang-orang yang serupa dengan Yesus atau berkodrat Ilahi, di mana Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara, yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Dia. Dengan demikian, perjalanan hidup orang beriman adalah petualangan hebat kehidupan yang selalu memburu pengenalan akan Allah, kehendak, dan rencana-Nya untuk diwujudkan. Inilah prinsip kehidupan Anak Tunggal Bapa yang juga menjadi prinsip hidup orang percaya: Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan perkerjaan-Nya.
Solagracia.
https://overcast.fm/+IqOAVoZm8
Kasihan sekali dan benar-benar malang, banyak orang Kristen merasa sudah memiliki iman atau percaya kepada Tuhan Yesus dan merasa sudah selamat, padahal mereka hanya memiliki iman atau percaya semu. Iman mereka adalah iman fantasi yang tidak menyelamatkan. Orang-orang Kristen seperti ini pasti memahami anugerah secara dangkal dan murahan. Biasanya mereka akan berkata bahwa keselamatan bukan karena perbuatan baik, sehingga mereka tidak pernah memiliki perjuangan yang memadai untuk memahami keselamatan, mengalami dan memilikinya. Memang keselamatan seseorang terjadi bukan karena perbuatan baik, tetapi karena korban Tuhan Yesus di kayu salib. Tetapi memercayai karya Yesus di kayu salib adalah tindakan, bukan sekadar sebuah pengaminan akali atau persetujuan pikiran. Untuk mewujudkan percayanya inilah seseorang harus mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12-13).
Kalau seorang Kristen salah dalam memahami pengertian percaya, maka pengertian keselamatannya pun juga pasti salah. Keselamatan bukan hanya berbicara mengenai terhindarnya seseorang dari api neraka, tetapi keberadaan seseorang yang diubahkan. Perubahan itu harus nyata terjadi atau berlangsung sejak di bumi ini. Justru keselamatan yang sejati dimiliki oleh seseorang nampak dari perilaku hidupnya setiap hari. Perilaku tersebut bukan hanya berstandar baik di mata manusia lain, tetapi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus berarti selalu melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Bukan hanya melakukan hukum-hukum yang tertulis, tetapi mewujudkan segala sesuatu yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan. Inilah yang disebut sebagai percaya atau beriman itu.
Mewujudkan iman atau percaya dalam tindakan adalah sesuatu yang mutlak. Jika seseorang menolak untuk mewujudkan apa yang dikehendaki oleh Tuhan untuk dilakukan, berarti ia tidak percaya atau tidak beriman kepada Tuhan. Ini juga berarti menolak atau menyia-nyiakan keselamatan yang Tuhan sediakan dan ditawarkan kepada seseorang. Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa orang percaya dipanggil bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus (1Tes. 4:7). Di bagian lain dalam Alkitab, Tuhan menghendaki agar orang percaya kudus seperti Dia (1Ptr. 1:16). Firman Tuhan ini sebenarnya merupakan panggilan untuk percaya. Jadi, kalau tidak memenuhi apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan - yaitu hidup tidak bercacat dan tidak bercela atau hidup kudus- hal itu sama dengan tidak percaya kepada Tuhan.
Dengan demikian dapat diperoleh kebenaran bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus, itu berarti tidak ada perwujudan hidup dalam kekudusan di luar keberimanan kepada Yesus. Oleh sebab itu, memahami keselamatan hanya dalam Yesus Kristus, tidak hanya memperhatikan subyeknya-yaitu Tuhan Yesus yang memikul salib- tetapi juga obyeknya, yaitu manusia yang diselamatkan. Diselamatkan di sini artinya dibuat untuk bisa hidup tidak bercacat dan tidak bercela atau memiliki kekudusan seperti Tuhan sendiri. Seorang Kristen yang adalah obyek dari keselamatan tidak bisa tidak harus berkeadaan seperti Tuhan Yesus yang menyelamatkan. Jadi, kalau seorang Kristen tidak memiliki keserupaan dengan Yesus, berarti ia belum mengalami dan memiliki keselamatan itu.
Dengan mencermati kebenaran di atas, hendaknya orang Kristen tidak merasa sudah selamat, diperkenan masuk surga hanya karena berbekal keyakinan di dalam pikiran terhadap fakta karya salib Yesus yang menyelamatkan. Orang percaya harus berbekal kehidupan yang diubahkan setiap hari, dari seorang yang berkodrat dosa menjadi seorang yang berkodrat Ilahi. Sebab hanya orang-orang yang serupa dengan Yesus atau berkodrat Ilahi, di mana Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara, yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Dia. Dengan demikian, perjalanan hidup orang beriman adalah petualangan hebat kehidupan yang selalu memburu pengenalan akan Allah, kehendak, dan rencana-Nya untuk diwujudkan. Inilah prinsip kehidupan Anak Tunggal Bapa yang juga menjadi prinsip hidup orang percaya: Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan perkerjaan-Nya.
Solagracia.
https://overcast.fm/+IqOAVoZm8
Rabu, 23 Januari 2019
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 24. DARI KEMULIAAN KE KEMULIAAN
Kalimat judul ini bagi sebagian orang percaya sudah tidak asing lagi. Kalimat ini bukan saja diucapkan oleh para pendeta, tetapi juga para pemimpin puji-pujian, juga jemaat awam. Ironinya, banyak orang yang sebenarnya tidak mengerti yang dimaksud dengan kalimat “dari kemuliaan ke kemuliaan” itu. Seperti biasa atau pada umumnya, dewasa ini banyak orang-orang Kristen yang mengucapkan kalimat-kalimat yang dia tidak pahami, tetapi mereka terus menerus mengucapkannya di mimbar-mimbar gereja. Mereka mengucapkan kalimat-kalimat tersebut dengan asumsi bahwa orang lain telah memiliki pengertian yang sama dengan dirinya terhadap kalimat tersebut, padahal belum tentu demikian. Malahan terdapat kecenderungan banyak orang memiliki berbagai konsep mengenai kalimat-kalimat yang sudah umum diucapkan.
Demikian pula dengan kalimat ini, orang percaya harus memahami dengan benar apa sebenarnya yang dimaksud dengan “dari kemuliaan ke kemuliaan” itu. Untuk mengerti maksud kalimat ini, terlebih dahulu harus dapat memahami pengertian kata mulia. Kata “mulia” berarti bernilai tinggi, agung, luhur, elok. Di dalam bahasa Ibrani kata ini terjemahan dari “kabod”. Kata “kabod” artinya sesuatu yang memiliki bobot atau memiliki nilai. Jadi, kemuliaan berarti sesuatu yang memiliki nilai tinggi. Tentu berbicara mengenai kemuliaan terkait dengan Tuhan yang memiliki standar atau ukuran yang berbeda dengan dunia. Hanya orang yang mengenal kebenaran yang memahami nilai-nilai Ilahi dari perspektif Allah. Orang yang tidak mengenal kebenaran hanya dapat mengenal kemuliaan duniawi.
Kemuliaan menurut dunia atau kemuliaan duniawi adalah segala sesuatu yang bersifat materi dan segala sesuatu yang bisa membangkitkan kekaguman manusia lain. Materi berarti segala sesuatu yang bersifat bendani; seperti rumah, kendaraan, perhiasan, pakaian, dan lain sebagainya. Semua itu dipandang memberi nilai atau kemuliaan kepada seseorang. Bila dimiliki oleh seseorang, maka hal tersebut bisa mengundang kekaguman orang lain yang melihatnya. Demikian pula dengan gelar, pangkat, kedudukan, dan kekuasaan, yang juga dipandang sebagai memiliki nilai atau kemuliaan yang membuat orang lain menjadi kagum, hormat, dan tunduk kepada mereka yang memilikinya. Ciri ini sudah melekat dalam kehidupan hampir semua manusia, karena memang sejak kanak-kanak filosofi hidup yang berunsur demikian telah diserap ke dalam jiwa semua manusia. Pada umumnya manusia memburu hal-hal tersebut di sepanjang umur dan waktu hidupnya. Mereka memaksimalkan semua potensi hanya demi meraih hal-hal tersebut.
Demi kemuliaan duniawi tersebut, banyak orang atau hampir semua orang tidak memedulikan keselamatan kekalnya, di dalamnya termasuk orang-orang Kristen. Banyak orang Kristen merasa sudah percaya kepada Tuhan Yesus, bahkan ada yang meyakini bahwa dirinya sudah ditentukan untuk menerima keselamatan, sehingga mereka tidak sadar adanya pengaruh dunia yang meracuni dirinya. Mereka bergaya hidup seperti anak-anak dunia yang mengisi tahun-tahun hidupnya untuk memburu kemuliaan duniawi. Jiwa mereka menjadi keruh dan rusak. Mereka tidak mengerti bagaimana memperlakukan Allah Bapa dan Tuhan Yesus secara benar. Pada dasarnya mereka tidak takut dan tidak menghormati Allah. Tentu saja mereka juga tidak mengasihi Tuhan, padahal orang yang tidak mengasihi Tuhan adalah orang-orang yang terkutuk (1Kor.16:22 Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!). Orang-orang Kristen seperti ini tidak pernah mengerti bagaimana melakukan kehendak Bapa. Tentu saja mereka akan tertolak dari hadapan Tuhan Yesus (Mat. 7:21-23).
Kemuliaan dari sudut pandang atau perspektif Tuhan adalah moral atau etika Tuhan yang harus dikenakan dalam kehidupan orang percaya. Seorang yang memiliki kemuliaan Tuhan atau kemuliaan yang sesungguhnya, memiliki cara berpikir Tuhan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan selalu sesuai dengan pikiran, perasaan, dan selera Tuhan. Kehidupan orang percaya seperti ini adalah kehidupan yang mengasihi, menghormati Allah Bapa dan Tuhan Yesus secara patut. Mereka pasti memiliki hati yang takut akan Allah, sehingga segala sesuatu yang dilakukan tidak menyakiti hati Allah Bapa dan Tuhan Yesus, tetapi sebaliknya selalu menyenangkan hati-Nya. Dengan demikian orang Kristen seperti ini selalu dapat membuat Tuhan tersenyum. Tentu saja orang Kristen seperti ini, memiliki kerinduan yang sangat kuat untuk bertemu “muka dengan muka” memandang Yesus. Bagi mereka kematian bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi malah dinantikan.
Bila dikatakan dari kemuliaan ke kemuliaan, maksudnya adalah terjadinya atau berlangsungnya pertumbuhan kehidupan orang percaya yang berpola pikir seperti Tuhan semakin meningkat. Dalam hal ini kehidupan Kekristenan seperti organisme yang hidup dan sangat dinamis. Perjalanan hidup orang percaya adalah perjalanan hidup dari kemuliaan ke kemuliaan, tidak pernah berhenti atau mestinya tidak bisa berhenti. Sama seperti sebuah entitas yang hidup, pasti terus menerus mengalami pertumbuhan, sebab ini adalah hukum kehidupan yang mutlak.
Solagracia.
https://overcast.fm/+IqOCtNfQA
Demikian pula dengan kalimat ini, orang percaya harus memahami dengan benar apa sebenarnya yang dimaksud dengan “dari kemuliaan ke kemuliaan” itu. Untuk mengerti maksud kalimat ini, terlebih dahulu harus dapat memahami pengertian kata mulia. Kata “mulia” berarti bernilai tinggi, agung, luhur, elok. Di dalam bahasa Ibrani kata ini terjemahan dari “kabod”. Kata “kabod” artinya sesuatu yang memiliki bobot atau memiliki nilai. Jadi, kemuliaan berarti sesuatu yang memiliki nilai tinggi. Tentu berbicara mengenai kemuliaan terkait dengan Tuhan yang memiliki standar atau ukuran yang berbeda dengan dunia. Hanya orang yang mengenal kebenaran yang memahami nilai-nilai Ilahi dari perspektif Allah. Orang yang tidak mengenal kebenaran hanya dapat mengenal kemuliaan duniawi.
Kemuliaan menurut dunia atau kemuliaan duniawi adalah segala sesuatu yang bersifat materi dan segala sesuatu yang bisa membangkitkan kekaguman manusia lain. Materi berarti segala sesuatu yang bersifat bendani; seperti rumah, kendaraan, perhiasan, pakaian, dan lain sebagainya. Semua itu dipandang memberi nilai atau kemuliaan kepada seseorang. Bila dimiliki oleh seseorang, maka hal tersebut bisa mengundang kekaguman orang lain yang melihatnya. Demikian pula dengan gelar, pangkat, kedudukan, dan kekuasaan, yang juga dipandang sebagai memiliki nilai atau kemuliaan yang membuat orang lain menjadi kagum, hormat, dan tunduk kepada mereka yang memilikinya. Ciri ini sudah melekat dalam kehidupan hampir semua manusia, karena memang sejak kanak-kanak filosofi hidup yang berunsur demikian telah diserap ke dalam jiwa semua manusia. Pada umumnya manusia memburu hal-hal tersebut di sepanjang umur dan waktu hidupnya. Mereka memaksimalkan semua potensi hanya demi meraih hal-hal tersebut.
Demi kemuliaan duniawi tersebut, banyak orang atau hampir semua orang tidak memedulikan keselamatan kekalnya, di dalamnya termasuk orang-orang Kristen. Banyak orang Kristen merasa sudah percaya kepada Tuhan Yesus, bahkan ada yang meyakini bahwa dirinya sudah ditentukan untuk menerima keselamatan, sehingga mereka tidak sadar adanya pengaruh dunia yang meracuni dirinya. Mereka bergaya hidup seperti anak-anak dunia yang mengisi tahun-tahun hidupnya untuk memburu kemuliaan duniawi. Jiwa mereka menjadi keruh dan rusak. Mereka tidak mengerti bagaimana memperlakukan Allah Bapa dan Tuhan Yesus secara benar. Pada dasarnya mereka tidak takut dan tidak menghormati Allah. Tentu saja mereka juga tidak mengasihi Tuhan, padahal orang yang tidak mengasihi Tuhan adalah orang-orang yang terkutuk (1Kor.16:22 Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!). Orang-orang Kristen seperti ini tidak pernah mengerti bagaimana melakukan kehendak Bapa. Tentu saja mereka akan tertolak dari hadapan Tuhan Yesus (Mat. 7:21-23).
Kemuliaan dari sudut pandang atau perspektif Tuhan adalah moral atau etika Tuhan yang harus dikenakan dalam kehidupan orang percaya. Seorang yang memiliki kemuliaan Tuhan atau kemuliaan yang sesungguhnya, memiliki cara berpikir Tuhan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan selalu sesuai dengan pikiran, perasaan, dan selera Tuhan. Kehidupan orang percaya seperti ini adalah kehidupan yang mengasihi, menghormati Allah Bapa dan Tuhan Yesus secara patut. Mereka pasti memiliki hati yang takut akan Allah, sehingga segala sesuatu yang dilakukan tidak menyakiti hati Allah Bapa dan Tuhan Yesus, tetapi sebaliknya selalu menyenangkan hati-Nya. Dengan demikian orang Kristen seperti ini selalu dapat membuat Tuhan tersenyum. Tentu saja orang Kristen seperti ini, memiliki kerinduan yang sangat kuat untuk bertemu “muka dengan muka” memandang Yesus. Bagi mereka kematian bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi malah dinantikan.
Bila dikatakan dari kemuliaan ke kemuliaan, maksudnya adalah terjadinya atau berlangsungnya pertumbuhan kehidupan orang percaya yang berpola pikir seperti Tuhan semakin meningkat. Dalam hal ini kehidupan Kekristenan seperti organisme yang hidup dan sangat dinamis. Perjalanan hidup orang percaya adalah perjalanan hidup dari kemuliaan ke kemuliaan, tidak pernah berhenti atau mestinya tidak bisa berhenti. Sama seperti sebuah entitas yang hidup, pasti terus menerus mengalami pertumbuhan, sebab ini adalah hukum kehidupan yang mutlak.
Solagracia.
https://overcast.fm/+IqOCtNfQA
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 23. MEMBANGUN PENGERTIAN
Dalam Efesus 5:15-17 Firman Tuhan mengatakan: Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Ketika Firman Tuhan menasihati orang percaya untuk tidak bodoh, konteksnya mengenai penggunaan waktu. Seperti yang diketahui bahwa seseorang menjadi cakap atau pandai bukan dalam hitungan hari, tetapi melalui sebuah proses yang membutuhkan waktu panjang. Demikianlah, seseorang tetap berkeadaan bodoh atau bijaksana tergantung masing-masing individu, yaitu bagaimana seseorang menggunakan waktu secara efisien. Dalam hal ini harus ditegaskan, bahwa untuk menjadi orang yang bijaksana- artinya mengerti kehendak Tuhan-, tidak bisa secara mendadak (instant), semua harus melalui perjalanan waktu di mana proses menjadi bijaksana dapat terjadi atau berlangsung.
Di dalam kehidupan ini, masing-masing orang memperoleh porsi waktu yang sama. Tuhan memberikan masing-masing orang porsi waktu yang sama, yaitu setiap orang mendapat setiap hari memuat 24 jam, satu jam memuat 60 menit. Ada pun nilai waktu yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, tergantung bagaimana setiap individu mengefisiensikan waktu tersebut, atau mengoptimalkan waktu yang tersedia untuk menemukan Tuhan dan mengubah karakternya. Dalam hal ini, nyatalah bahwa apakah waktu yang dimiliki seseorang menjadi berharga atau tidak, tergantung sikap seseorang terhadap waktu itu sendiri. Seseorang bisa menjadikan waktu hidupnya berharga, tetapi juga bisa membuat waktu hidupnya tidak berharga. Orang membuat waktu hidupnya menjadi tidak berharga karena menyia-nyiakannya, membawa diri kepada kebinasaan. Waktu adalah anugerah, orang yang tidak menghargai waktu berarti tidak menghargai anugerah. Keselamatan yang dimiliki seseorang diperagakan oleh sikapnya terhadap waktu.
Banyak orang yang membuat waktu hidupnya sia-sia untuk hal-hal yang tidak berdaya guna bagi kekekalannya. Mereka berjam-jam bisa terpaku oleh film-film seri yang tidak mendidik atau tidak memberi pelajaran rohani yang baik, berjam-jam hanyut dengan internet untuk hal-hal yang tidak membangun iman, atau media sosial, belum lagi terpaku dengan konten-konten internet, dan lain sebagainya. Hal ini sudah menjadi gaya hidup hampir semua orang, baik di kota maupun di daerah-daerah pinggiran sampai ke desa-desa. Bahayanya adalah apa yang mereka dengar dan saksikan melalui gadget tersebut tidak memberi manfaat untuk kehidupan rohani mereka, tetapi malah merusak pola berpikir. Memang Tuhan dapat menggunakan media ini untuk mengajarkan kebenaran, orang percaya harus menggunakan media ini untuk mendapat dan menyampaikan Firman Tuhan. Tetapi faktanya, kuasa kegelapan juga telah menggunakan media ini untuk membinasakan banyak manusia.
Kalau seseorang sibuk dengan hobi tertentu, maka waktunya akan tersita oleh hobi tersebut. Banyak orang lebih menginvestasikan waktunya untuk kesenangan-kesenangan duniawi dan dagingnya, tetapi tidak digunakan untuk belajar kebenaran Firman Tuhan. Sehingga tanpa mereka sadari, mereka telah membuang waktu dengan sia-sia. Waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun pengertian mengenai kebenaran dan mengadakan perjumpaan dengan Tuhan dalam doa, telah dijadikan Iblis sebagai sarana membangun kebodohan, yaitu membangun pola pikir yang melawan kebenaran. Sehingga wajah batin banyak orang- di dalamnya termasuk orang Kristen- lebih mengarah kepada wajah dunia, daripada wajah yang Tuhan kehendaki tergambar dalam kehidupan orang percaya. Dunia dengan segala pengaruhnya membentuk wajah batin seseorang.
Wajah batin yang dikehendaki oleh Tuhan tergambar dalam kehidupan orang percaya adalah wajah Tuhan Yesus, artinya bahwa orang percaya harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7). Hal ini bisa terealisir dalam kehidupan orang percaya kalau orang percaya membangun pengertian yang benar. Pengertian yang benar membangun kecerdasan rohani yang membuat seseorang memiliki kepekaan terhadap kehendak Allah. Kehendak Allah bukan hanya berarti mengerti moral atau etika yang baik dan melakukan tatanan moral atau etika tersebut. Kehendak Allah adalah segala sesuatu yang Allah kehendaki untuk dilakukan orang percaya. Segala sesuatu di sini bukan hanya menyangkut hal-hal yang kelihatan, tetapi juga sikap hati dan gerak perasaan orang percaya. Justru pada dasarnya Tuhan lebih memperhatikan apa yang tidak kelihatan atau yang tidak dipandang oleh manusia. Tuhan menguji batin setiap orang.
Mencermati penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bagaimana wajah batin seseorang tergantung kepada masing-masing individu membangunnya. Tuhan menyediakan fasilitasnya, di dalamnya termasuk waktu yang ada, tetapi bagaimana sikap seseorang terhadap waktu menentukan bagaimana wajah yang tergambar di dalam kehidupannya. Dalam hal ini bukan Tuhan yang menentukan secara sepihak, tetapi tanggung jawab masing-masing individu yang berperan atau menentukan. Itulah sebabnya sangat keliru kalau seseorang berpendirian bahwa Tuhan menentukan secara sepihak orang-orang tertentu untuk selamat, dan di lain pihak Tuhan membiarkan orang-orang tertentu tidak pernah mengalami keselamatan.
https://overcast.fm/+IqOAlKONI
Di dalam kehidupan ini, masing-masing orang memperoleh porsi waktu yang sama. Tuhan memberikan masing-masing orang porsi waktu yang sama, yaitu setiap orang mendapat setiap hari memuat 24 jam, satu jam memuat 60 menit. Ada pun nilai waktu yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, tergantung bagaimana setiap individu mengefisiensikan waktu tersebut, atau mengoptimalkan waktu yang tersedia untuk menemukan Tuhan dan mengubah karakternya. Dalam hal ini, nyatalah bahwa apakah waktu yang dimiliki seseorang menjadi berharga atau tidak, tergantung sikap seseorang terhadap waktu itu sendiri. Seseorang bisa menjadikan waktu hidupnya berharga, tetapi juga bisa membuat waktu hidupnya tidak berharga. Orang membuat waktu hidupnya menjadi tidak berharga karena menyia-nyiakannya, membawa diri kepada kebinasaan. Waktu adalah anugerah, orang yang tidak menghargai waktu berarti tidak menghargai anugerah. Keselamatan yang dimiliki seseorang diperagakan oleh sikapnya terhadap waktu.
Banyak orang yang membuat waktu hidupnya sia-sia untuk hal-hal yang tidak berdaya guna bagi kekekalannya. Mereka berjam-jam bisa terpaku oleh film-film seri yang tidak mendidik atau tidak memberi pelajaran rohani yang baik, berjam-jam hanyut dengan internet untuk hal-hal yang tidak membangun iman, atau media sosial, belum lagi terpaku dengan konten-konten internet, dan lain sebagainya. Hal ini sudah menjadi gaya hidup hampir semua orang, baik di kota maupun di daerah-daerah pinggiran sampai ke desa-desa. Bahayanya adalah apa yang mereka dengar dan saksikan melalui gadget tersebut tidak memberi manfaat untuk kehidupan rohani mereka, tetapi malah merusak pola berpikir. Memang Tuhan dapat menggunakan media ini untuk mengajarkan kebenaran, orang percaya harus menggunakan media ini untuk mendapat dan menyampaikan Firman Tuhan. Tetapi faktanya, kuasa kegelapan juga telah menggunakan media ini untuk membinasakan banyak manusia.
Kalau seseorang sibuk dengan hobi tertentu, maka waktunya akan tersita oleh hobi tersebut. Banyak orang lebih menginvestasikan waktunya untuk kesenangan-kesenangan duniawi dan dagingnya, tetapi tidak digunakan untuk belajar kebenaran Firman Tuhan. Sehingga tanpa mereka sadari, mereka telah membuang waktu dengan sia-sia. Waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun pengertian mengenai kebenaran dan mengadakan perjumpaan dengan Tuhan dalam doa, telah dijadikan Iblis sebagai sarana membangun kebodohan, yaitu membangun pola pikir yang melawan kebenaran. Sehingga wajah batin banyak orang- di dalamnya termasuk orang Kristen- lebih mengarah kepada wajah dunia, daripada wajah yang Tuhan kehendaki tergambar dalam kehidupan orang percaya. Dunia dengan segala pengaruhnya membentuk wajah batin seseorang.
Wajah batin yang dikehendaki oleh Tuhan tergambar dalam kehidupan orang percaya adalah wajah Tuhan Yesus, artinya bahwa orang percaya harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7). Hal ini bisa terealisir dalam kehidupan orang percaya kalau orang percaya membangun pengertian yang benar. Pengertian yang benar membangun kecerdasan rohani yang membuat seseorang memiliki kepekaan terhadap kehendak Allah. Kehendak Allah bukan hanya berarti mengerti moral atau etika yang baik dan melakukan tatanan moral atau etika tersebut. Kehendak Allah adalah segala sesuatu yang Allah kehendaki untuk dilakukan orang percaya. Segala sesuatu di sini bukan hanya menyangkut hal-hal yang kelihatan, tetapi juga sikap hati dan gerak perasaan orang percaya. Justru pada dasarnya Tuhan lebih memperhatikan apa yang tidak kelihatan atau yang tidak dipandang oleh manusia. Tuhan menguji batin setiap orang.
Mencermati penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bagaimana wajah batin seseorang tergantung kepada masing-masing individu membangunnya. Tuhan menyediakan fasilitasnya, di dalamnya termasuk waktu yang ada, tetapi bagaimana sikap seseorang terhadap waktu menentukan bagaimana wajah yang tergambar di dalam kehidupannya. Dalam hal ini bukan Tuhan yang menentukan secara sepihak, tetapi tanggung jawab masing-masing individu yang berperan atau menentukan. Itulah sebabnya sangat keliru kalau seseorang berpendirian bahwa Tuhan menentukan secara sepihak orang-orang tertentu untuk selamat, dan di lain pihak Tuhan membiarkan orang-orang tertentu tidak pernah mengalami keselamatan.
https://overcast.fm/+IqOAlKONI
Selasa, 22 Januari 2019
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 22. MENGGUNAKAN WAKTU YANG ADA
Waktu ini tetap 24 jam per hari, setiap jam masih 60 menit, dan setiap menit masih 60 detik. Kalau kita hendak mempercepat kehidupan ini guna persiapan kekekalan, maka sejatinya yang dipercepat bukanlah waktu. Sebab kita tidak bisa mempercepat waktu, tetapi mengisi lebih banyak waktu yang berguna untuk persiapan memasuki kekekalan. Kuncinya adalah bagaimana menghargai setiap detik dan menit waktu yang Tuhan sediakan. Tentu untuk ini tidak harus mengurangi waktu untuk belajar, bekerja mencari nafkah, dan berbagai tanggung jawab lain yang harus dipenuhi, tetapi harus ada waktu yang juga dialokasi untuk belajar kebenaran. Selanjutnya, selalu memperhatikan perjalanan hidup setiap hari, sebab setiap hari Tuhan menyediakan berkat-berkat rohani yang tidak terbeli oleh apa pun. Itulah momentum-momentum yang sangat berharga, bisa langka dan bisa tidak terulang lagi. Untuk ini dibutuhkan kesungguhan setiap individu. Ingat waktu bisa menghidupkan, tetapi juga bisa membinasakan (Ef. 5:14-17)
Ukuran “bersungguh-sungguh” memang relatif, banyak orang sudah merasa bersungguh-sungguh telah menekuni imannya, padahal belum atau tidak sama sekali. Juga terdapat orang-orang Kristen yang merasa belum serius mengembangkan imannya, tetapi tidak merasa ada di zona berbahaya. Ia merasa bahwa keadaan kerohaniannya belum pada taraf membahayakan. Itulah sebabnya ia bertahan dalam kondisi seperti itu, padahal sementara ia bersikap pasif, Iblis terus menggarap secara intensif agar terjerat dalam kebodohan sehingga tidak pernah bisa bangkit untuk selamanya.
Langkah yang harus dilakukan adalah menyadari bahwa kita hidup di dalam perjalanan waktu yang ketat. Oleh karena itu, orang percaya harus menghargai setiap menit yang Tuhan percayakan kepada kita. Waktu hidup harus diprogram dengan benar. Singkirkan dan abaikan hal-hal yang tidak akan mendatangkan keselamatan abadi. Jangan tidak menyediakan waktu untuk mendengar Suara Kebenaran dan berdoa. Mendengar Suara Kebenaran melalui berbagai media, baik cetak (renungan dan majalah Truth), multimedia, dan elektronik (radio dan TV). Selalu mengembangkan kehausan akan Tuhan dalam diri kita. Untuk ini kita harus berani tidak mencintai dunia. Supaya bisa lebih terbantu, kita harus bergaul dengan orang-orang yang takut akan Tuhan. Lebih lengkap lagi kalau orang percaya turut mengambil bagian dalam pelayanan orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan benar-benar mengusahakan keselamatan jiwa orang lain.
Selama ini orang berkata, waktu adalah uang, kemudian rohaniwan menangkisnya dengan konsep waktu adalah anugerah. Benarkah bahwa waktu adalah anugerah? Benar sebagian, sebab waktu adalah anugerah bagi orang tertentu dan waktu menjadi kutuk bagi orang tertentu pula. Waktu menjadi anugerah bagi orang yang mengisi waktu hidupnya secara bijaksana (Ef. 5:15-17), sebaliknya waktu menjadi kutuk bagi orang yang mengisi hari-hari hidupnya dengan tidak bijaksana. Perhatikan beberapa ungkapan dalam ayat ini: Perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup, jadilah bijaksana, jangan seperti orang bebal atau tidak bijaksana. Kita perlu memeriksa hidup kita, apakah hidup kita sudah benar atau tidak bijaksana? Yang bijaksana adalah yang mendengar Firman dan melakukannya (Mat. 7:24-27).
Di dalam waktu hidup ini terdapat kesempatan, kesempatan ini bisa diibaratkan sebagai kendaraan yang membawa kita kepada kebenaran Allah atau tidak. Dalam Efesus 5:16 dikatakan, pergunakanlah waktu yang ada. Di sini waktu ibarat kendaraan yang dimanfaatkan. Dimanfaatkan di sini lebih tepat digunakan kata diarahkan ke tujuan yang benar. Sebab waktu tetap berjalan, tidak ada yang dapat menghentikannya. Setiap orang terseret oleh waktu itu. Karenanya sementara orang percaya terseret oleh waktu, hidup di dalam waktu ini diarahkan ke tujuan yang benar (1Kor. 9:26). Waktu ini sangat singkat, artinya kendaraan yang membawa kita kepada kebenaran ini terbatas waktu penggunaannya (Yak. 4:4; 1Ptr. 1:24). Menyadari hal ini orang percaya harus memiliki hati yang bijaksana (Mzm. 90:10). Maka,waktu yang sisa ini jangan digunakan untuk hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki, tetapi digunakan secara bijaksana (1Ptr. 4:2-3).
Oleh sebab itu seseorang harus mengerti kebenaran dan mengakuinya serta berkomitmen dengan teguh. Supaya waktu yang ada digunakan untuk membawa diri kita ini kepada kebenaran Tuhan. Kenyataan yang terlihat adalah waktu yang ada digunakan untuk membawa manusia kepada berbagai hal yang tidak membawa orang percaya kepada kebenaran Allah. Banyak waktu yang digunakan sekadar mengumpulkan harta, meraih cita-cita duniawi- seperti pangkat, prestasi, gelar dan lain-lain. Waktu digunakan untuk memuaskan hasrat daging dan berbagai kesenangan seolah-olah hidup ini adalah kesempatan sekali-kalinya. Banyak manusia tidak memiliki kesadaran, ia lupa bahwa hidup sekarang ini baru permulaan dari sebuah kesadaran abadi (1Kor. 15:32; Luk. 16:19-31). Di balik kehidupan hari ini masih ada kehidupan panjang yang Allah sediakan, yaitu kehidupan di keabadian. Inilah yang dinanti-nantikan oleh tokoh-tokoh iman (Flp. 3:10-11). Gereja Tuhan harus menggiring jemaat kepada kehidupan yang penuh harapan (1Ptr. 1:3-4). Harapan di sini menyangkut hidup kekal.
https://overcast.fm/+IqODpAJcE
Ukuran “bersungguh-sungguh” memang relatif, banyak orang sudah merasa bersungguh-sungguh telah menekuni imannya, padahal belum atau tidak sama sekali. Juga terdapat orang-orang Kristen yang merasa belum serius mengembangkan imannya, tetapi tidak merasa ada di zona berbahaya. Ia merasa bahwa keadaan kerohaniannya belum pada taraf membahayakan. Itulah sebabnya ia bertahan dalam kondisi seperti itu, padahal sementara ia bersikap pasif, Iblis terus menggarap secara intensif agar terjerat dalam kebodohan sehingga tidak pernah bisa bangkit untuk selamanya.
Langkah yang harus dilakukan adalah menyadari bahwa kita hidup di dalam perjalanan waktu yang ketat. Oleh karena itu, orang percaya harus menghargai setiap menit yang Tuhan percayakan kepada kita. Waktu hidup harus diprogram dengan benar. Singkirkan dan abaikan hal-hal yang tidak akan mendatangkan keselamatan abadi. Jangan tidak menyediakan waktu untuk mendengar Suara Kebenaran dan berdoa. Mendengar Suara Kebenaran melalui berbagai media, baik cetak (renungan dan majalah Truth), multimedia, dan elektronik (radio dan TV). Selalu mengembangkan kehausan akan Tuhan dalam diri kita. Untuk ini kita harus berani tidak mencintai dunia. Supaya bisa lebih terbantu, kita harus bergaul dengan orang-orang yang takut akan Tuhan. Lebih lengkap lagi kalau orang percaya turut mengambil bagian dalam pelayanan orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan benar-benar mengusahakan keselamatan jiwa orang lain.
Selama ini orang berkata, waktu adalah uang, kemudian rohaniwan menangkisnya dengan konsep waktu adalah anugerah. Benarkah bahwa waktu adalah anugerah? Benar sebagian, sebab waktu adalah anugerah bagi orang tertentu dan waktu menjadi kutuk bagi orang tertentu pula. Waktu menjadi anugerah bagi orang yang mengisi waktu hidupnya secara bijaksana (Ef. 5:15-17), sebaliknya waktu menjadi kutuk bagi orang yang mengisi hari-hari hidupnya dengan tidak bijaksana. Perhatikan beberapa ungkapan dalam ayat ini: Perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup, jadilah bijaksana, jangan seperti orang bebal atau tidak bijaksana. Kita perlu memeriksa hidup kita, apakah hidup kita sudah benar atau tidak bijaksana? Yang bijaksana adalah yang mendengar Firman dan melakukannya (Mat. 7:24-27).
Di dalam waktu hidup ini terdapat kesempatan, kesempatan ini bisa diibaratkan sebagai kendaraan yang membawa kita kepada kebenaran Allah atau tidak. Dalam Efesus 5:16 dikatakan, pergunakanlah waktu yang ada. Di sini waktu ibarat kendaraan yang dimanfaatkan. Dimanfaatkan di sini lebih tepat digunakan kata diarahkan ke tujuan yang benar. Sebab waktu tetap berjalan, tidak ada yang dapat menghentikannya. Setiap orang terseret oleh waktu itu. Karenanya sementara orang percaya terseret oleh waktu, hidup di dalam waktu ini diarahkan ke tujuan yang benar (1Kor. 9:26). Waktu ini sangat singkat, artinya kendaraan yang membawa kita kepada kebenaran ini terbatas waktu penggunaannya (Yak. 4:4; 1Ptr. 1:24). Menyadari hal ini orang percaya harus memiliki hati yang bijaksana (Mzm. 90:10). Maka,waktu yang sisa ini jangan digunakan untuk hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki, tetapi digunakan secara bijaksana (1Ptr. 4:2-3).
Oleh sebab itu seseorang harus mengerti kebenaran dan mengakuinya serta berkomitmen dengan teguh. Supaya waktu yang ada digunakan untuk membawa diri kita ini kepada kebenaran Tuhan. Kenyataan yang terlihat adalah waktu yang ada digunakan untuk membawa manusia kepada berbagai hal yang tidak membawa orang percaya kepada kebenaran Allah. Banyak waktu yang digunakan sekadar mengumpulkan harta, meraih cita-cita duniawi- seperti pangkat, prestasi, gelar dan lain-lain. Waktu digunakan untuk memuaskan hasrat daging dan berbagai kesenangan seolah-olah hidup ini adalah kesempatan sekali-kalinya. Banyak manusia tidak memiliki kesadaran, ia lupa bahwa hidup sekarang ini baru permulaan dari sebuah kesadaran abadi (1Kor. 15:32; Luk. 16:19-31). Di balik kehidupan hari ini masih ada kehidupan panjang yang Allah sediakan, yaitu kehidupan di keabadian. Inilah yang dinanti-nantikan oleh tokoh-tokoh iman (Flp. 3:10-11). Gereja Tuhan harus menggiring jemaat kepada kehidupan yang penuh harapan (1Ptr. 1:3-4). Harapan di sini menyangkut hidup kekal.
https://overcast.fm/+IqODpAJcE
Senin, 21 Januari 2019
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 21. WAKTU YANG DIBELI
Salah satu yang membuat seseorang tidak merasa dan tidak mengaku bahwa dirinya meremehkan perjalanan waktu ini adalah merasa tidak berniat untuk mengkhianati Tuhan. Ia berpikir bahwa nanti selalu ada waktu untuk mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan selalu ada waktu untuk menemukan Tuhan. Seharusnya ia berpikir bahwa nanti akan tidak waktu lagi untuk mencari dan menemukan Tuhan. Dengan pikiran itu mereka merasa aman dan damai. Padahal itu semua perasaan aman dan damai yang semu. Mereka seperti domba kelu dibawa ke pembantaian. Banyak orang Kristen berkeadaan seperti ini. Kalau seseorang sudah tidak bersungguh-sungguh mulai sekarang atau sejak dini, maka ia tidak akan pernah bisa bersungguh-sungguh. Ini berarti mereka masuk perangkap. Perangkap abadi yang membinasakan.
Kuasa gelap akan menggiring seseorang berpikir bahwa nanti selalu ada waktu untuk mencari dan menemukan Tuhan, sehingga hidup hari ini diisi dengan segala kegiatan tanpa mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Sementara hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Iblis mewarnai hidupnya dengan segala warna kehidupan yang membuat kebenaran Tuhan tidak memiliki tempat dalam hidupnya. Seseorang merasa telah memberi tempat bagi Tuhan, sebab tidak merasa berencana mengkhianati Tuhan. Padahal tanpa mengisi jiwanya dengan kebenaran Tuhan dan pengalaman pribadi yang konkret dengan Tuhan, seseorang berarti tidak memberi tempat bagi Tuhan.
Momentum-momentum yang berharga, yang Tuhan sediakan bagi orang yang dikasihi-Nya berlalu dengan sia-sia. Momentum-momentum itu bisa berupa pengajaran-pengajaran Firman Tuhan yang dapat menjadi kunci pembuka pengertian dalam pengalaman hidup untuk menemukan Tuhan. Karena kuncinya tidak dimiliki, maka pengalaman hidup yang di dalamnya memuat pembentukan Tuhan untuk menyempurnakan hidup tidak berdampak sama sekali dalam hidupnya. Momentum-momentum ini adalah anugerah bertahap yang harus diterima secara berkesinambungan. Seperti tali yang harus bersambung terus dan dijaga agar tidak putus. Sayangnya, banyak alasan yang dibuat untuk membenarkan tindakan tidak setia belajar kebenaran Tuhan. Banyak hal yang dianggap lebih menarik daripada Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Dengan sikap ini mereka melecehkan Tuhan dan Kerajaan-Nya. Melalui penjelasan ini orang percaya diingatkan untuk bertobat. Jika tidak, maka orang percaya akan binasa.
Banyak orang Kristen tidak menyadari perjalanan waktu sehingga tidak mengisi hidup ini guna mencari dan menemukan Tuhan secara benar. Hal ini juga terjadi atas orang-orang yang merasa bahwa dirinya sudah bijaksana, cukup umur, dan memiliki banyak pengalaman dan prestasi kehidupan, dan banyak uang. Mereka makin menjadi buta terhadap kebenaran yang murni. Padahal dalam Tuhan atau kedewasaan iman mereka miskin. Inilah kebodohan “orang-orang bijaksana”. Bagi orang-orang seperti Tuhan menyembunyikan hikmat-Nya (Mat. 11:25). Untuk orang-orang seperti ini Tuhan Yesus menuntut agar melepaskan segala sesuatu dan mengikut Dia (Mat. 19:21; Luk. 14:33). Kalau mereka tidak merendahkan diri, maka mereka akan binasa dalam keangkuhan yang sering sangat terselubung. Nilai diri yang mereka miliki akan menjebak mereka menjadi orang-orang yang tidak bertumbuh dalam Tuhan dan kedewasaan iman yang Tuhan kehendaki. Mereka tidak bertumbuh dalam karakter Kristus yang seharusnya makin melekat dan muncul dalam kehidupan mereka.
Orang-orang tersebut ternyata juga bisa terjadi atas rohaniwan-rohaniwan gereja, majelis, dan aktivis yang merasa sudah memiliki standar kerohanian yang baik. Kedudukan dan jabatan gerejani yang melekat dalam diri mereka bisa membutakan mata mereka terhadap hal ini. Ironisnya, tidak sedikit jemaat yang dengan kehausan mencari Tuhan dengan giat dan bersungguh-sungguh mencari perkenanan Tuhan. Sementara itu tidak sedikit kelompok “imam” yang merasa sudah menjalankan roda hidup Kekristenannya secara benar, padahal belum atau bahkan tidak.
Orang-orang yang merasa sudah puas diri dengan kehidupan imannya ini melihat standar keberagamaannya sudah cukup. Ia sudah merasa cukup menjadi orang Kristen yang tidak tercela. Ibarat orang naik kendaraan ia merasa bahwa kecepatannya sudah standar, ia tidak merasa perlu mempercepat laju kendaraannya. Baginya, mempercepat laju kendaraan berarti menyusahkan dan perjalanan merasa kurang menyenangkan. Dengan kecepatan yang menurutnya normal dan standar itu, banyak hal yang bisa dilakukan. Ia tidak menyadari bahwa perjalanan bisa terhenti setiap saat. Di pihak lain ia tidak menyadari bahwa ia memiliki sasaran dan target yang yang harus dicapai. Bila menyadari hal ini maka seseorang akan berkata seperti tulisan Paulus: Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul (1Kor. 9:26).
https://overcast.fm/+IqOA8q5dI
Kuasa gelap akan menggiring seseorang berpikir bahwa nanti selalu ada waktu untuk mencari dan menemukan Tuhan, sehingga hidup hari ini diisi dengan segala kegiatan tanpa mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Sementara hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Iblis mewarnai hidupnya dengan segala warna kehidupan yang membuat kebenaran Tuhan tidak memiliki tempat dalam hidupnya. Seseorang merasa telah memberi tempat bagi Tuhan, sebab tidak merasa berencana mengkhianati Tuhan. Padahal tanpa mengisi jiwanya dengan kebenaran Tuhan dan pengalaman pribadi yang konkret dengan Tuhan, seseorang berarti tidak memberi tempat bagi Tuhan.
Momentum-momentum yang berharga, yang Tuhan sediakan bagi orang yang dikasihi-Nya berlalu dengan sia-sia. Momentum-momentum itu bisa berupa pengajaran-pengajaran Firman Tuhan yang dapat menjadi kunci pembuka pengertian dalam pengalaman hidup untuk menemukan Tuhan. Karena kuncinya tidak dimiliki, maka pengalaman hidup yang di dalamnya memuat pembentukan Tuhan untuk menyempurnakan hidup tidak berdampak sama sekali dalam hidupnya. Momentum-momentum ini adalah anugerah bertahap yang harus diterima secara berkesinambungan. Seperti tali yang harus bersambung terus dan dijaga agar tidak putus. Sayangnya, banyak alasan yang dibuat untuk membenarkan tindakan tidak setia belajar kebenaran Tuhan. Banyak hal yang dianggap lebih menarik daripada Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Dengan sikap ini mereka melecehkan Tuhan dan Kerajaan-Nya. Melalui penjelasan ini orang percaya diingatkan untuk bertobat. Jika tidak, maka orang percaya akan binasa.
Banyak orang Kristen tidak menyadari perjalanan waktu sehingga tidak mengisi hidup ini guna mencari dan menemukan Tuhan secara benar. Hal ini juga terjadi atas orang-orang yang merasa bahwa dirinya sudah bijaksana, cukup umur, dan memiliki banyak pengalaman dan prestasi kehidupan, dan banyak uang. Mereka makin menjadi buta terhadap kebenaran yang murni. Padahal dalam Tuhan atau kedewasaan iman mereka miskin. Inilah kebodohan “orang-orang bijaksana”. Bagi orang-orang seperti Tuhan menyembunyikan hikmat-Nya (Mat. 11:25). Untuk orang-orang seperti ini Tuhan Yesus menuntut agar melepaskan segala sesuatu dan mengikut Dia (Mat. 19:21; Luk. 14:33). Kalau mereka tidak merendahkan diri, maka mereka akan binasa dalam keangkuhan yang sering sangat terselubung. Nilai diri yang mereka miliki akan menjebak mereka menjadi orang-orang yang tidak bertumbuh dalam Tuhan dan kedewasaan iman yang Tuhan kehendaki. Mereka tidak bertumbuh dalam karakter Kristus yang seharusnya makin melekat dan muncul dalam kehidupan mereka.
Orang-orang tersebut ternyata juga bisa terjadi atas rohaniwan-rohaniwan gereja, majelis, dan aktivis yang merasa sudah memiliki standar kerohanian yang baik. Kedudukan dan jabatan gerejani yang melekat dalam diri mereka bisa membutakan mata mereka terhadap hal ini. Ironisnya, tidak sedikit jemaat yang dengan kehausan mencari Tuhan dengan giat dan bersungguh-sungguh mencari perkenanan Tuhan. Sementara itu tidak sedikit kelompok “imam” yang merasa sudah menjalankan roda hidup Kekristenannya secara benar, padahal belum atau bahkan tidak.
Orang-orang yang merasa sudah puas diri dengan kehidupan imannya ini melihat standar keberagamaannya sudah cukup. Ia sudah merasa cukup menjadi orang Kristen yang tidak tercela. Ibarat orang naik kendaraan ia merasa bahwa kecepatannya sudah standar, ia tidak merasa perlu mempercepat laju kendaraannya. Baginya, mempercepat laju kendaraan berarti menyusahkan dan perjalanan merasa kurang menyenangkan. Dengan kecepatan yang menurutnya normal dan standar itu, banyak hal yang bisa dilakukan. Ia tidak menyadari bahwa perjalanan bisa terhenti setiap saat. Di pihak lain ia tidak menyadari bahwa ia memiliki sasaran dan target yang yang harus dicapai. Bila menyadari hal ini maka seseorang akan berkata seperti tulisan Paulus: Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul (1Kor. 9:26).
https://overcast.fm/+IqOA8q5dI
Minggu, 20 Januari 2019
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 20. WAKTU MILIK TUHAN
Salah satu langkah penting untuk dapat menyenangkan hati Tuhan adalah menyadari dan mengakui bahwa bukan hanya harta dan tubuh kita milik Tuhan, tetapi waktu kita juga milik Tuhan. Dari setiap menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun semua adalah milik Tuhan. Banyak orang berpikir bahwa waktu hidupnya adalah miliknya sendiri, sehingga tidak mengatur waktunya secara bijaksana. Kecerobohan ini membuat banyak orang Kristen gagal dalam menyenangkan hati Tuhan.
Selama ini banyak orang berpikir bahwa harta boleh dimiliki Tuhan, uang dan seluruh kekayaan juga boleh dimiliki Tuhan, tetapi kalau waktu tidak diklaim sebagai milik Tuhan. Memang hal ini tidak diucapkan dengan kata-kata, tetapi sikap hidup mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui bahwa waktu adalah milik Tuhan. Tidak heran kalau mereka tidak bersedia menyerahkan waktu mereka kepada Tuhan. Dengan kebenaran ini orang percaya harus disadarkan bahwa setiap detik, menit, jam, hari, dan seterusnya adalah milik Tuhan.
Harus disadari bahwa harta yang tak ternilai yang kita miliki, seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan. Di sinilah letak kegagalan banyak orang Kristen dalam menyelenggarakan hidupnya untuk bisa menyenangkan hati Tuhan. Kegagalan mengelola waktu sangat berdampak dalam membangun kualitas kehidupan. Kalau kualitas hidup seseorang rendah, tentu saja ia tidak dapat menyenangkan Tuhan secara proporsional atau secara ideal. Dalam hal ini betapa pentingnya mengelola waktu dengan cerdas, dengan mengalokasi kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pendewasaan iman.
Tuhan menganugerahkan 24 jam setiap hari. Orang percaya harus dapat memanfaatkan setiap menit dari waktu yang Tuhan berikan tersebut. Adalah bijaksana kalau orang percaya menyusun seluruh kegiatan dari pagi sampai malam hari menjelang tidur. Memang tidak mudah memiliki kedisiplinan secara ketat dalam melaksanakan susunan kegiatan yang sudah direncanakan. Tetapi kalau orang percaya berlatih terus menegakkan kedisiplinan secara ketat dalam melaksanakan susunan kegiatan yang telah direncanakan, maka ia akan memiliki irama kedisiplinan dalam melaksanakan susunan kegiatan. Hal ini akan menjadi kesukaan dalam mengisi hari hidup.
Dalam menyusun kegiatan sehari-hari, selain tugas-tugas rutin seperti sekolah, kuliah, bekerja, bertemu dengan anggota keluarga yang lain, beristirahat, harus juga mengalokasi waktu untuk belajar kebenaran Firman dan berdiam diri di hadapan Tuhan. Alokasi waktu untuk belajar Firman Tuhan dapat melalui berbagai sarana -seperti literature, CD khotbah, internet, dan lain sebagainya- haruslah dipandang sebagai kemutlakan. Demikian pula dengan alokasi waktu untuk berdiam diri di hadapan Tuhan adalah sebuah kemutlakan. Berdiam diri di hadapan Tuhan, isinya antara lain yaitu memuji dan menyembah Tuhan, menyampaikan berbagai hal yang harus didiskusikan dengan Tuhan, mengucap syukur, dan lain sebagainya. Setiap detik orang percaya adalah milik Tuhan. Implikasi dari pengakuan ini, orang percaya tidak boleh menggunakan waktu untuk kesenangannya sendiri. Setiap detik waktu yang digunakan hanya untuk kepentingan pekerjaan Tuhan.
Dengan mengakui dan mengklaim bahwa waktu orang percaya adalah milik Tuhan, maka semua waktu yang ada harus digunakan hanya untuk keuntungan pekerjaan Tuhan. Dengan prinsip ini seseorang tidak mudah terbawa kepada kesibukan-kesibukan dengan orang-orang yang tidak mengenal kebenaran. Orang percaya harus berani menolak ajakan atau undangan yang memuat acara-acara yang tidak mendatangkan kesenangan bagi Tuhan. Oleh sebab itu acara-acara seperti reuni, arisan, nonton bareng, pesta ulang tahun, dan lain sebagainya tidak mudah dihadiri oleh orang percaya. Orang percaya harus benar-benar selektif dalam mengikuti atau menghadiri berbagai acara. Kalau waktu tidak digunakan yang berdaya guna membangun iman, berarti sebaliknya merusak iman.
Memang konsekuensi dari keputusan-keputusan di atas akan membuat orang percaya tereliminir atau terpisah dari orang-orang dekat, sahabat-sahabat, bahkan saudara-saudara kandung. Orang percaya harus tetap memilih Tuhan daripada siapa pun. Inilah bukti kesetiaan dan kecintaan orang percaya kepada Tuhan. Demikianlah orang percaya harus rela meninggalkan semua bentuk persekutuan dengan orang yang tidak mengenal kebenaran. Namun demikian hendaknya orang percaya tidak menampilkan eksklusivitas, sehingga membangun prasangka bahwa orang percaya arogan atau sombong dengan memisahkan diri dari pergaulan. Orang percaya harus cerdas, bagaimana membawa diri sedemikian rupa untuk tetap hadir di tengah-tengah masyarakat tanpa tergarami, tetapi sebaliknya malah menggarami mereka.
Setiap orang percaya harus mempertanggungjawabkan penggunaan setiap menit dan jam yang Tuhan percayakan. Setiap orang memiliki porsi waktu yang sama. Ada pun yang dihasilkan dari penggunaan waktu masing-masing individu berbeda. Suatu hari nanti setiap orang percaya harus menghadap takhta pengadilan Kristus dan mempertanggungjawabkan penggunaan waktu tersebut.
https://overcast.fm/+IqOBDy-JI
Selama ini banyak orang berpikir bahwa harta boleh dimiliki Tuhan, uang dan seluruh kekayaan juga boleh dimiliki Tuhan, tetapi kalau waktu tidak diklaim sebagai milik Tuhan. Memang hal ini tidak diucapkan dengan kata-kata, tetapi sikap hidup mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui bahwa waktu adalah milik Tuhan. Tidak heran kalau mereka tidak bersedia menyerahkan waktu mereka kepada Tuhan. Dengan kebenaran ini orang percaya harus disadarkan bahwa setiap detik, menit, jam, hari, dan seterusnya adalah milik Tuhan.
Harus disadari bahwa harta yang tak ternilai yang kita miliki, seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan. Di sinilah letak kegagalan banyak orang Kristen dalam menyelenggarakan hidupnya untuk bisa menyenangkan hati Tuhan. Kegagalan mengelola waktu sangat berdampak dalam membangun kualitas kehidupan. Kalau kualitas hidup seseorang rendah, tentu saja ia tidak dapat menyenangkan Tuhan secara proporsional atau secara ideal. Dalam hal ini betapa pentingnya mengelola waktu dengan cerdas, dengan mengalokasi kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pendewasaan iman.
Tuhan menganugerahkan 24 jam setiap hari. Orang percaya harus dapat memanfaatkan setiap menit dari waktu yang Tuhan berikan tersebut. Adalah bijaksana kalau orang percaya menyusun seluruh kegiatan dari pagi sampai malam hari menjelang tidur. Memang tidak mudah memiliki kedisiplinan secara ketat dalam melaksanakan susunan kegiatan yang sudah direncanakan. Tetapi kalau orang percaya berlatih terus menegakkan kedisiplinan secara ketat dalam melaksanakan susunan kegiatan yang telah direncanakan, maka ia akan memiliki irama kedisiplinan dalam melaksanakan susunan kegiatan. Hal ini akan menjadi kesukaan dalam mengisi hari hidup.
Dalam menyusun kegiatan sehari-hari, selain tugas-tugas rutin seperti sekolah, kuliah, bekerja, bertemu dengan anggota keluarga yang lain, beristirahat, harus juga mengalokasi waktu untuk belajar kebenaran Firman dan berdiam diri di hadapan Tuhan. Alokasi waktu untuk belajar Firman Tuhan dapat melalui berbagai sarana -seperti literature, CD khotbah, internet, dan lain sebagainya- haruslah dipandang sebagai kemutlakan. Demikian pula dengan alokasi waktu untuk berdiam diri di hadapan Tuhan adalah sebuah kemutlakan. Berdiam diri di hadapan Tuhan, isinya antara lain yaitu memuji dan menyembah Tuhan, menyampaikan berbagai hal yang harus didiskusikan dengan Tuhan, mengucap syukur, dan lain sebagainya. Setiap detik orang percaya adalah milik Tuhan. Implikasi dari pengakuan ini, orang percaya tidak boleh menggunakan waktu untuk kesenangannya sendiri. Setiap detik waktu yang digunakan hanya untuk kepentingan pekerjaan Tuhan.
Dengan mengakui dan mengklaim bahwa waktu orang percaya adalah milik Tuhan, maka semua waktu yang ada harus digunakan hanya untuk keuntungan pekerjaan Tuhan. Dengan prinsip ini seseorang tidak mudah terbawa kepada kesibukan-kesibukan dengan orang-orang yang tidak mengenal kebenaran. Orang percaya harus berani menolak ajakan atau undangan yang memuat acara-acara yang tidak mendatangkan kesenangan bagi Tuhan. Oleh sebab itu acara-acara seperti reuni, arisan, nonton bareng, pesta ulang tahun, dan lain sebagainya tidak mudah dihadiri oleh orang percaya. Orang percaya harus benar-benar selektif dalam mengikuti atau menghadiri berbagai acara. Kalau waktu tidak digunakan yang berdaya guna membangun iman, berarti sebaliknya merusak iman.
Memang konsekuensi dari keputusan-keputusan di atas akan membuat orang percaya tereliminir atau terpisah dari orang-orang dekat, sahabat-sahabat, bahkan saudara-saudara kandung. Orang percaya harus tetap memilih Tuhan daripada siapa pun. Inilah bukti kesetiaan dan kecintaan orang percaya kepada Tuhan. Demikianlah orang percaya harus rela meninggalkan semua bentuk persekutuan dengan orang yang tidak mengenal kebenaran. Namun demikian hendaknya orang percaya tidak menampilkan eksklusivitas, sehingga membangun prasangka bahwa orang percaya arogan atau sombong dengan memisahkan diri dari pergaulan. Orang percaya harus cerdas, bagaimana membawa diri sedemikian rupa untuk tetap hadir di tengah-tengah masyarakat tanpa tergarami, tetapi sebaliknya malah menggarami mereka.
Setiap orang percaya harus mempertanggungjawabkan penggunaan setiap menit dan jam yang Tuhan percayakan. Setiap orang memiliki porsi waktu yang sama. Ada pun yang dihasilkan dari penggunaan waktu masing-masing individu berbeda. Suatu hari nanti setiap orang percaya harus menghadap takhta pengadilan Kristus dan mempertanggungjawabkan penggunaan waktu tersebut.
https://overcast.fm/+IqOBDy-JI
Sabtu, 19 Januari 2019
Quote January 2019 #3
Today's Quote:
Menunggu hidup suci atau tidak melakukan praktik dosa kemudian baru mau melayani Tuhan, hampir pasti tidak pernah terjadi.
Dr. Erastus Sabdono,
13 Januari 2019
Today's Quote:
Perubahan yang berkaitan dengan karakter atau watak selalu melalui proses, sangat tidak mungkin orang bisa menjadi baik secara mendadak atau menjadi jahat secara mendadak pula.
Dr. Erastus Sabdono,
14 Januari 2019
Today's Quote:
Allah yang mulia tidak mungkin bertindak sesuatu tanpa pertimbangan, alasan, dan dasar yang bisa dimengerti oleh umat-Nya. Itulah sebabnya Alkitab ditulis mengenai Dia untuk menjadi sumber hikmat guna memberi pelajaran rohani bagi umat pilihan.
Dr. Erastus Sabdono,
15 Januari 2019
Today's Quote:
Tindakan Tuhan menyangkut keadaan manusia di bumi ini -apalagi keadaan di kekekalan nanti- harus dimengerti bukan sebagai sesuatu yang misteri. Tuhan pasti menyatakan kebenaran dari kehendak-Nya, dan umat harus berjuang untuk memahaminya dengan benar.
Dr. Erastus Sabdono,
16 Januari 2019
Today's Quote:
Kehausan akan kebenaran mendorong seseorang selalu memeriksa diri apakah keadaannya telah sesuai dengan kehendak Allah atau belum.
Dr. Erastus Sabdono,
17 Januari 2019
Today's Quote:
Kemenangan orang percaya diawali dari usahanya untuk terus menerus memperbaharui pikiran dengan kebenaran Firman Tuhan.
Dr. Erastus Sabdono,
18 Januari 2019
Today's Quote:
Kemenangan dalam hidup orang percaya dapat terjadi, jika orang percaya menundukkan pikirannya kepada kehendak Allah.
Dr. Erastus Sabdono,
19 Januari 2019
Menunggu hidup suci atau tidak melakukan praktik dosa kemudian baru mau melayani Tuhan, hampir pasti tidak pernah terjadi.
Dr. Erastus Sabdono,
13 Januari 2019
Today's Quote:
Perubahan yang berkaitan dengan karakter atau watak selalu melalui proses, sangat tidak mungkin orang bisa menjadi baik secara mendadak atau menjadi jahat secara mendadak pula.
Dr. Erastus Sabdono,
14 Januari 2019
Today's Quote:
Allah yang mulia tidak mungkin bertindak sesuatu tanpa pertimbangan, alasan, dan dasar yang bisa dimengerti oleh umat-Nya. Itulah sebabnya Alkitab ditulis mengenai Dia untuk menjadi sumber hikmat guna memberi pelajaran rohani bagi umat pilihan.
Dr. Erastus Sabdono,
15 Januari 2019
Today's Quote:
Tindakan Tuhan menyangkut keadaan manusia di bumi ini -apalagi keadaan di kekekalan nanti- harus dimengerti bukan sebagai sesuatu yang misteri. Tuhan pasti menyatakan kebenaran dari kehendak-Nya, dan umat harus berjuang untuk memahaminya dengan benar.
Dr. Erastus Sabdono,
16 Januari 2019
Today's Quote:
Kehausan akan kebenaran mendorong seseorang selalu memeriksa diri apakah keadaannya telah sesuai dengan kehendak Allah atau belum.
Dr. Erastus Sabdono,
17 Januari 2019
Today's Quote:
Kemenangan orang percaya diawali dari usahanya untuk terus menerus memperbaharui pikiran dengan kebenaran Firman Tuhan.
Dr. Erastus Sabdono,
18 Januari 2019
Today's Quote:
Kemenangan dalam hidup orang percaya dapat terjadi, jika orang percaya menundukkan pikirannya kepada kehendak Allah.
Dr. Erastus Sabdono,
19 Januari 2019
( Sunday Bible Teaching ) SBT, 13 Januari 2019 Pdt. DR. Erastus Sabdono
Ada satu aspek dalam hidup Kekristenan yang harus kita sadari dan pahami, bahwa pada intinya kekristenan dapat mengubah cara kita memandang hidup ini.
Cara kita memandang hidup berbeda dengan cara memandang hidup dulu atau
beberapa tahun yang lampau.
Tapi jangan kita berhenti du sini, karena kita harus terus meningkatkan ketajaman roh kita untuk memandang hidup dari perspektif Tuhan.
Tuhan Yesus berkata, sebab kamu memikirkan apa yang dipikirkan manusia bukan apa yang dipikirkan Allah.
Itu waktu Tuhan Yesus π menghardik Petrus karena Petrus memikirkan apa yang dipikirkan manusia.
Tuhan Yesus berkata : "Enyahlah iblis "
Jadi yang dipikirkan manusia bukan yang dipikirkan Allah π
Untuk anak - anak Bapa di Surga yang menjadi saudara bagi Yesus yang sulung di antara banyak saudara.
Bagi Anak - anak Bapa yang akan mewarisi kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus.
Cara kita memandang hidup dan cara kita memandang segala sesuatu harus sama dengan cara Tuhan Yesus π memandang segala sesuatu.
Itulah sebabnya dalam
Filipi 2 :5 -7 Melalui Rasul Paulus berkata : "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus."
Jika kita meneliti hidup kita kita mengoreksi diri kita, kita menyadari bahwa diri kita masih jauh dari sempurna.
Itulah sebabnya jangan berhenti, harus bertumbuh terus.
Harus progresif, sehingga cara memandang kita seperti cara Tuhan π memandang hidup.
Itulah yang dikatakan sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan.
Itu kemutlakan, sebab dengan memiliki cara berpikir Tuhan dengan sepikiran dan seperasaan Tuhan.
Itulah yang disebut mengambil kudus Allah, itulah sama dengan mengenakan kodrat ilahi.
Ini harus kita pahami dan kita terima sebagai kemutlakan.
Dan juga harus kita pandang sebagai keniscayaan, artinya : pasti bisa diraih.
Tuhan πtidak akan bohong, Tuhan tidak akan mengingkari FirmanNya.
Bila kita cara memandang hidup berubah maka seluruh gaya hidup kita harus berubah.
Jika kita memiliki gaya hidup seperti Tuhan Yesus, sepikiran dan seperasaan Tuhan Yesus yang sama dengan mengenakan kodrat Ilahi, maka gaya hidup kitapun berubah.
Usaha inilah sebenarnya yang dimaksud Alkitab mendahulukan kerajaan Allah.
Ketika Tuhan Yesus berkata Carilah dahulu kerajaan Allah, ia berbicara dalam
Konteks kekhawatiran.
Orang khawatir tentang apa yang dia makan dan apa yang hendak dia pakai sehingga terjerat dan terjebak persoalan pemenuhan kebutuhan jasmani.
Tuhan berkata Srigala mempunyai liang, burung punya sarang, Anak manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepalaNya.
Ini berarti bukan kita tidak punya rumah.
Punya rumah untuk kebanggaan atau untuk kebutuhan ?
Supaya kita melayani Tuhan tanpa gangguan.
Paulus berkata : " Asal ada makanan dan pakaian
cukup "
Kita harus memiliki tekad bukan hanya janji.
Tekad harus diupdate setiap hari jika mungkin setiap saat.
Untuk mendahulukan kerajaan Allah guna memilki cara memandang hidup yang sama dengan Tuhan ini merupakan satu usaha yang sulit dan berat.
Kita tidak boleh menganggapnya mudah.
Banyak orang Kristen menganggap ini mudah, sehingga cara berpikir yang membuat kualitas cara memandang hidupnya menjadi rendah karena tidak bertumbuh.
Ia merasa sudah menjadi orang Kristen yang baik dengan moral yang baik dengan pengetahuan Alkitab menurutnya sudah memadai.
Padahal cara memandang hidupnya seperti anak - anak dunia.
Jangan heran orang - orang begini masih bisa bersahabat karib dengan orang - orang yang cara memandang hidup ini seperti anak- anak dunia.
Sesudah hidup kita diubah tentu kita tidak akan membanggakan apa yang kita capai, dan kita tidak akan memamerkan diri.
Kita memandang
Kenormalan kita sudah mengakar puluhan tahun.
Kita menuju Kanaan Surgawi.
Yang dirubah cara memandang hidup.
2 korintus 5 : 1-2
2 korintus 7, 9 -10,14 - 15 dan 17
Jadi hidup baru yang dimaksud Alkitab ayat 9 -10
Logika kita terbalik dengan logika dunia π
Kalau orang memandang dunia sebagai lahan kebahagiaan.
Kita memandang dunia sebagai lahan training untuk berjuang mematikan diri dan mengubah diri.
Jadi beda sekali.
Apakah kita sudah memiliki logika terbalik ?
Kita harus rela mau diubah.
Pada umumnya orang memandang hidup makan, minum memiliki fasilitas rumah, mobil dan sebagainya menikah dan memiliki keturunan, pacaran dulu, menikmati segala sesuatu yang bisa dinikmati dalam hidup ini, hobby, pemandangan alam, hiburan - hiburan yang ditawarkan dunia, meraih gelar, pangkat, kehormatan.
Itulah hidup pada umumnya.
Bukan kita tidak boleh punya mobil, rumah, pangkat, gelar.
Tetapi kita meraih semua ini untuk Tuhan π
Tetapi orang meraih semua itu untuk prestasi pribadi yang nanti akan terkubur bersama dia.
Kalau kita meraih semua itu untuk Tuhan, harta kita sendiri nanti di langit baru bumi π baru.
Kenormalan hidup seperti ini tidak mudah dirubah.
Kebahagiaan kita hanya di dalam Tuhan, maka semua
membahagiakan kita.
Tidak bisa gantungkan kebahagiaan kita kepada pasangan hidup maupun anak - anak.
Dan kita tidak boleh menuntut terhadap suami dan anak - anak.
Rahasia kebahagiaan rumah tangga " Datanglah kerajaanMu "
Kristen kebahagiaannya Tuhan Yesus saja.
Dengan demikian kita memgagungkan Dia, kita memuja Dia.
Kita harus berusaha sesempurna mungkin.
Makin berat hidup kita ini membawa kita makin sempurna.
Kecerdasan roh akan memampukan melakukan hal ini.
Kita bisa membangun percintaan dengan Tuhan,
karena Tuhan π berjanji menyertai kita, kita bisa mengalami Dia.
Kita dapat berinteraksi dengan Tuhan karena Rohnya meliputi jagad raya
Di Alkitab dikatakan
Yahwe menyesal bukan Elohim menyesal
Itu Bapa punya dimensi segalanya.
Yahwe itu putra tunggalNya.
Yang maha ketahuanNya itu di bawah otoritas kemahatahuan Bapa.
Jadi kalau Dia mengatakan Aku tidak tahu kedatanganKu itu bukan pada waktu Dia jadi manusia, waktu bangkitpun Dia mengatakan itu.
Diapun tidak tahu waktu menjawab doa Daniel dicegat oleh penguasa Persia.
Ini kebenaran - kebenaran yang tidak pernah diungkapkan, tapi dasar Alkitabnya jelas.
Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan π ini bisa natural, jujur, seimbang.
Bukan dengan transenden yang bagaimana itu.
Dia menjadi manusia.
Dia dihadirkan dengan entitas yang bisa menjembatani dengan Allah yang transenden Allah semesta alam yang terang yang tak terhampiri dengan manusia.
Maka dikatakan Yahwe menyesal, Dia sangat sedih pilu itu betul - betul.
Itu bukan bentuk antropomorfisme.
Seakan - akan begitu padahal tidak, tidak....
Itu betul - betul, Dia berduka.
Kita memiliki Tuhan yang bisa berinteraksi, dengan Tuhan π yang bisa merasakan apa yang kita rasakan.
Percintaan kita dengan Dia itu tidak abstrak, karena Dia merasakan apa yang kita rasakan.
Jika tidak begitu tidak natural, tidak seimbang, tidak jujur, munafik, pura - pura.
Dia harus menjadi satu entitas yang bisa interaksi dengan kita secara interpersonal.
Dia keluar dari Bapa πsebagai Anak.
Dia tidak satu strata tidak satu jenjang dengan Bapa.
Dia Anak yang bergaul dengan Elohim muka dengan muka.
Yang berkata apakah Aku simpan hal ini, itu Yahwe bukan Elohim.
Abraham diuji oleh Elohim di dalamnya termasuk Bapa.
Tetapi berkata Aku baru tahu ternyata Abraham takut akan Allah dan tidak segan - segan mengorbankan anaknya.
Itu bukan Elohim, tapi malak Yahwe personifikasi dari Anak.
Kejadian 1 - Allah
Kejadian 2 - 3 Anak mulai terlibat karena pembentukan manusia.
Lewat perjumpaan dengan Tuhan, yang dulu kita anggap berarti sekarang tidak berarti lagi.
Dengan menemukan Tuhan jelajah berpikir kita kekekalan.
Kita melebihi Abraham karena Roh Kudus dimeteraikan dalam diri kita sehingga kita dapat
berpikir seperti Kristus.
Kalau dunia π ini dihancurkan Tuhan mengingat kita karena kita menjadi Kesukaan Tuhan.
Kita harus punya ambisi dan tekad bagaimana kita menjadi kesukaan Tuhan.
Kita harus penuhi bagian kita yang lain serahkan kepada Tuhan.
Orang yang tidak hidup sesuai kehendak Tuhan tidak layak dapat perlindunganNya.
Kita melihat masa depan kita di langit baru bumi π
Kita harus anggarkan apapun agar cara pandang hidup kita berubah.
Harus ada pertaruhan dan pengorbanan, itu bentuk barter.
Kita harus tinggalkan kesenangan dunia.
Ketika kita mau berubah Roh kudus π akan menuntun
kita.
Melalui peristiwa demi peristiwa kita akan merasakan manover kehadiran Tuhan.
JBU π·
Cara kita memandang hidup berbeda dengan cara memandang hidup dulu atau
beberapa tahun yang lampau.
Tapi jangan kita berhenti du sini, karena kita harus terus meningkatkan ketajaman roh kita untuk memandang hidup dari perspektif Tuhan.
Tuhan Yesus berkata, sebab kamu memikirkan apa yang dipikirkan manusia bukan apa yang dipikirkan Allah.
Itu waktu Tuhan Yesus π menghardik Petrus karena Petrus memikirkan apa yang dipikirkan manusia.
Tuhan Yesus berkata : "Enyahlah iblis "
Jadi yang dipikirkan manusia bukan yang dipikirkan Allah π
Untuk anak - anak Bapa di Surga yang menjadi saudara bagi Yesus yang sulung di antara banyak saudara.
Bagi Anak - anak Bapa yang akan mewarisi kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus.
Cara kita memandang hidup dan cara kita memandang segala sesuatu harus sama dengan cara Tuhan Yesus π memandang segala sesuatu.
Itulah sebabnya dalam
Filipi 2 :5 -7 Melalui Rasul Paulus berkata : "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus."
Jika kita meneliti hidup kita kita mengoreksi diri kita, kita menyadari bahwa diri kita masih jauh dari sempurna.
Itulah sebabnya jangan berhenti, harus bertumbuh terus.
Harus progresif, sehingga cara memandang kita seperti cara Tuhan π memandang hidup.
Itulah yang dikatakan sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan.
Itu kemutlakan, sebab dengan memiliki cara berpikir Tuhan dengan sepikiran dan seperasaan Tuhan.
Itulah yang disebut mengambil kudus Allah, itulah sama dengan mengenakan kodrat ilahi.
Ini harus kita pahami dan kita terima sebagai kemutlakan.
Dan juga harus kita pandang sebagai keniscayaan, artinya : pasti bisa diraih.
Tuhan πtidak akan bohong, Tuhan tidak akan mengingkari FirmanNya.
Bila kita cara memandang hidup berubah maka seluruh gaya hidup kita harus berubah.
Jika kita memiliki gaya hidup seperti Tuhan Yesus, sepikiran dan seperasaan Tuhan Yesus yang sama dengan mengenakan kodrat Ilahi, maka gaya hidup kitapun berubah.
Usaha inilah sebenarnya yang dimaksud Alkitab mendahulukan kerajaan Allah.
Ketika Tuhan Yesus berkata Carilah dahulu kerajaan Allah, ia berbicara dalam
Konteks kekhawatiran.
Orang khawatir tentang apa yang dia makan dan apa yang hendak dia pakai sehingga terjerat dan terjebak persoalan pemenuhan kebutuhan jasmani.
Tuhan berkata Srigala mempunyai liang, burung punya sarang, Anak manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepalaNya.
Ini berarti bukan kita tidak punya rumah.
Punya rumah untuk kebanggaan atau untuk kebutuhan ?
Supaya kita melayani Tuhan tanpa gangguan.
Paulus berkata : " Asal ada makanan dan pakaian
cukup "
Kita harus memiliki tekad bukan hanya janji.
Tekad harus diupdate setiap hari jika mungkin setiap saat.
Untuk mendahulukan kerajaan Allah guna memilki cara memandang hidup yang sama dengan Tuhan ini merupakan satu usaha yang sulit dan berat.
Kita tidak boleh menganggapnya mudah.
Banyak orang Kristen menganggap ini mudah, sehingga cara berpikir yang membuat kualitas cara memandang hidupnya menjadi rendah karena tidak bertumbuh.
Ia merasa sudah menjadi orang Kristen yang baik dengan moral yang baik dengan pengetahuan Alkitab menurutnya sudah memadai.
Padahal cara memandang hidupnya seperti anak - anak dunia.
Jangan heran orang - orang begini masih bisa bersahabat karib dengan orang - orang yang cara memandang hidup ini seperti anak- anak dunia.
Sesudah hidup kita diubah tentu kita tidak akan membanggakan apa yang kita capai, dan kita tidak akan memamerkan diri.
Kita memandang
Kenormalan kita sudah mengakar puluhan tahun.
Kita menuju Kanaan Surgawi.
Yang dirubah cara memandang hidup.
2 korintus 5 : 1-2
2 korintus 7, 9 -10,14 - 15 dan 17
Jadi hidup baru yang dimaksud Alkitab ayat 9 -10
Logika kita terbalik dengan logika dunia π
Kalau orang memandang dunia sebagai lahan kebahagiaan.
Kita memandang dunia sebagai lahan training untuk berjuang mematikan diri dan mengubah diri.
Jadi beda sekali.
Apakah kita sudah memiliki logika terbalik ?
Kita harus rela mau diubah.
Pada umumnya orang memandang hidup makan, minum memiliki fasilitas rumah, mobil dan sebagainya menikah dan memiliki keturunan, pacaran dulu, menikmati segala sesuatu yang bisa dinikmati dalam hidup ini, hobby, pemandangan alam, hiburan - hiburan yang ditawarkan dunia, meraih gelar, pangkat, kehormatan.
Itulah hidup pada umumnya.
Bukan kita tidak boleh punya mobil, rumah, pangkat, gelar.
Tetapi kita meraih semua ini untuk Tuhan π
Tetapi orang meraih semua itu untuk prestasi pribadi yang nanti akan terkubur bersama dia.
Kalau kita meraih semua itu untuk Tuhan, harta kita sendiri nanti di langit baru bumi π baru.
Kenormalan hidup seperti ini tidak mudah dirubah.
Kebahagiaan kita hanya di dalam Tuhan, maka semua
membahagiakan kita.
Tidak bisa gantungkan kebahagiaan kita kepada pasangan hidup maupun anak - anak.
Dan kita tidak boleh menuntut terhadap suami dan anak - anak.
Rahasia kebahagiaan rumah tangga " Datanglah kerajaanMu "
Kristen kebahagiaannya Tuhan Yesus saja.
Dengan demikian kita memgagungkan Dia, kita memuja Dia.
Kita harus berusaha sesempurna mungkin.
Makin berat hidup kita ini membawa kita makin sempurna.
Kecerdasan roh akan memampukan melakukan hal ini.
Kita bisa membangun percintaan dengan Tuhan,
karena Tuhan π berjanji menyertai kita, kita bisa mengalami Dia.
Kita dapat berinteraksi dengan Tuhan karena Rohnya meliputi jagad raya
Di Alkitab dikatakan
Yahwe menyesal bukan Elohim menyesal
Itu Bapa punya dimensi segalanya.
Yahwe itu putra tunggalNya.
Yang maha ketahuanNya itu di bawah otoritas kemahatahuan Bapa.
Jadi kalau Dia mengatakan Aku tidak tahu kedatanganKu itu bukan pada waktu Dia jadi manusia, waktu bangkitpun Dia mengatakan itu.
Diapun tidak tahu waktu menjawab doa Daniel dicegat oleh penguasa Persia.
Ini kebenaran - kebenaran yang tidak pernah diungkapkan, tapi dasar Alkitabnya jelas.
Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan π ini bisa natural, jujur, seimbang.
Bukan dengan transenden yang bagaimana itu.
Dia menjadi manusia.
Dia dihadirkan dengan entitas yang bisa menjembatani dengan Allah yang transenden Allah semesta alam yang terang yang tak terhampiri dengan manusia.
Maka dikatakan Yahwe menyesal, Dia sangat sedih pilu itu betul - betul.
Itu bukan bentuk antropomorfisme.
Seakan - akan begitu padahal tidak, tidak....
Itu betul - betul, Dia berduka.
Kita memiliki Tuhan yang bisa berinteraksi, dengan Tuhan π yang bisa merasakan apa yang kita rasakan.
Percintaan kita dengan Dia itu tidak abstrak, karena Dia merasakan apa yang kita rasakan.
Jika tidak begitu tidak natural, tidak seimbang, tidak jujur, munafik, pura - pura.
Dia harus menjadi satu entitas yang bisa interaksi dengan kita secara interpersonal.
Dia keluar dari Bapa πsebagai Anak.
Dia tidak satu strata tidak satu jenjang dengan Bapa.
Dia Anak yang bergaul dengan Elohim muka dengan muka.
Yang berkata apakah Aku simpan hal ini, itu Yahwe bukan Elohim.
Abraham diuji oleh Elohim di dalamnya termasuk Bapa.
Tetapi berkata Aku baru tahu ternyata Abraham takut akan Allah dan tidak segan - segan mengorbankan anaknya.
Itu bukan Elohim, tapi malak Yahwe personifikasi dari Anak.
Kejadian 1 - Allah
Kejadian 2 - 3 Anak mulai terlibat karena pembentukan manusia.
Lewat perjumpaan dengan Tuhan, yang dulu kita anggap berarti sekarang tidak berarti lagi.
Dengan menemukan Tuhan jelajah berpikir kita kekekalan.
Kita melebihi Abraham karena Roh Kudus dimeteraikan dalam diri kita sehingga kita dapat
berpikir seperti Kristus.
Kalau dunia π ini dihancurkan Tuhan mengingat kita karena kita menjadi Kesukaan Tuhan.
Kita harus punya ambisi dan tekad bagaimana kita menjadi kesukaan Tuhan.
Kita harus penuhi bagian kita yang lain serahkan kepada Tuhan.
Orang yang tidak hidup sesuai kehendak Tuhan tidak layak dapat perlindunganNya.
Kita melihat masa depan kita di langit baru bumi π
Kita harus anggarkan apapun agar cara pandang hidup kita berubah.
Harus ada pertaruhan dan pengorbanan, itu bentuk barter.
Kita harus tinggalkan kesenangan dunia.
Ketika kita mau berubah Roh kudus π akan menuntun
kita.
Melalui peristiwa demi peristiwa kita akan merasakan manover kehadiran Tuhan.
JBU π·
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 19. TELITI DARI HAL KECIL
Harus diketahui bahwa perjalanan 10 kilometer diawali dari langkah 1 meter. Hal ini bisa memberi pelajaran rohani yang baik. Orang percaya tidak akan bisa meraih hal-hal besar jika tidak dimulai dari hal-hal kecil atau hal-hal yang sederhana. Demikian pula hal menyenangkan hati Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus, harus dimulai dari perkara-perkara kecil atau hal-hal sederhana dalam kehidupan ini. Hendaknya orang percaya tidak berpikir bahwa untuk menyenangkan hati Bapa harus dimulai dari hal-hal yang menurut pandangan mata manusia pada umumnya sebagai hal-hal besar, seperti misalnya memberi uang dalam jumlah besar ke gereja atau yayasan sosial, menjadi majelis gereja, menjadi pendeta dan lain sebagainya. Kalau di kalangan para pendeta hal-hal besar adalah menjadi pendeta yang memiliki anggota gereja dalam jumlah besar, gedung yang besar, berkhotbah di depan ribuan masa, menjadi ketua sinode dan lain sebagainya.
Menyenangkan hati Bapa di mulai dari hal-hal kecil atau sederhana, untuk itu orang percaya harus teliti terhadap segala hal yang terjadi dan berlangsung di dalam hidup ini. Hal-hal sederhana tersebut dari setiap kata yang diucapkan, renungan hati dan semua tindakan yang dilakukan. Dari setiap kata yang diucapkan, bukan hanya kepada orang-orang yang dianggap besar atau terhormat, tetapi juga kepada orang-orang yang dianggap lebih rendah seperti pegawai-pegawai bawahan, asisten atau pembantu rumah tangga, sopir dan lain sebagainya. Hendaknya orang percaya tidak menganggap sepele hal-hal sederhana tersebut. Firman Tuhan mengatakan bahwa setiap kata yang diucapkan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Jadi, kalau Alkitab berkata bahwa setiap kata yang diucapkan harus dipertanggungjawabkan itu berarti orang percaya harus serius dan teliti dari hal-hal kecil atau hal-hal sederhana.
Banyak orang Kristen ceroboh atau tidak berhati hati dalam melangkah. Mereka berpikir, karena hal-hal sederhana atau hal-hal kecil, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi perasaan Tuhan. Mereka berpikir bahwa dalam berurusan dengan orang percaya, Tuhan hanya mau berurusan dengan hal-hal besar. Pemikiran ini sangat keliru. Sejatinya dalam segala hal Tuhan ikut berperkara. Itulah sebabnya seharusnya dari hal-hal sederhana atau hal-hal kecil, orang percaya teliti dan berhati-hati. Hal ini dimaksudkan agar orang percaya tidak melukai hati Tuhan. Kalau orang percaya setia dalam perkara-perkara kecil atau hal-hal sederhana, maka ia juga setia dalam perkara-perkara besar atau hal-hal besar.
Hal-hal kecil atau hal sederhana menjadi sarana untuk berlatih melakukan segala sesuatu yang dapat menyenangkan hati Tuhan. Seperti seorang atlet lompat tinggi, ia tidak akan bisa melompat setinggi 1,6 meter kalau tidak dimulai dari 1meter. Seorang pemain musik profesional tidak dalam waktu singkat bisa memainkan alat musik secara profesional kalau tidak dimulai latihan dari hal-hal sederhana atau hal-hal kecil. Demikian pula dengan seorang komposer. Ia akan mulai merangkai 2-3 nada kemudian merangkai belasan bahkan puluhan nada sampai ratusan nada, sehingga tercipta sebuah simphoni yang indah.
Demikian pula dengan kehidupan di hadapan Tuhan, dimulai dari memperhatikan setiap gerak pikiran dan perasaan, setiap kata yang diucapkan, setiap keputusan dan pilihan yang kelihatannya sepele, tetapi merupakan landasan dari keputusan-keputusan besar yang mengarahkan seluruh perjalanan hidup seseorang. Harus diingat, pintu-pintu besar yang beratnya puluhan bahkan ratusan kilo ternyata digerakkan oleh engsel-engsel kecil. Dari belokkan-belokkan kecil yang hanya beberapa derajat dapat mengarahkan ke arah lebih dari 100 derajat. Keputusan-keputusan yang dipandang sepele ternyata bisa mengarahkan seseorang kepada keadaan yang menentukan nasib kekalnya.
Dengan penjelasan di atas ini, orang percaya dipanggil untuk benar-benar bersikap sangat teliti dalam segala hal. Bila orang percaya benar-benar menghormati Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus, maka dalam segala hal akan memperhatikan perasaan Tuhan; yaitu ketika berpikir, merenung, mengucapkan kata, dan segala perilakunya. Orang percaya yang benar tidak memperhitungkan untung atau rugi dan senang atau tidak senang dalam bertindak, baginya yang penting adalah apakah yang dilakukan menyenangkan hati Allah Bapa dan Tuhan Yesus atau tidak.
Dengan sikap seperti ini, sesungguhnya orang percaya baru benar-benar menyembah dan memuliakan Dia. Inilah sejatinya penyembahan yang benar kepada Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Pujian dengan iringan alat musik sebaik atau seindah apa pun tidak ada artinya tanpa sikap menghormati Bapa dan Tuhan Yesus dalam kehidupan setiap hari, serta dalam segala hal. Sesungguhnya sikap hidup kepada Tuhan inilah yang merangkai penyembahan dalam Roh dan kebenaran.
https://overcast.fm/+IqOBX36XA
Menyenangkan hati Bapa di mulai dari hal-hal kecil atau sederhana, untuk itu orang percaya harus teliti terhadap segala hal yang terjadi dan berlangsung di dalam hidup ini. Hal-hal sederhana tersebut dari setiap kata yang diucapkan, renungan hati dan semua tindakan yang dilakukan. Dari setiap kata yang diucapkan, bukan hanya kepada orang-orang yang dianggap besar atau terhormat, tetapi juga kepada orang-orang yang dianggap lebih rendah seperti pegawai-pegawai bawahan, asisten atau pembantu rumah tangga, sopir dan lain sebagainya. Hendaknya orang percaya tidak menganggap sepele hal-hal sederhana tersebut. Firman Tuhan mengatakan bahwa setiap kata yang diucapkan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Jadi, kalau Alkitab berkata bahwa setiap kata yang diucapkan harus dipertanggungjawabkan itu berarti orang percaya harus serius dan teliti dari hal-hal kecil atau hal-hal sederhana.
Banyak orang Kristen ceroboh atau tidak berhati hati dalam melangkah. Mereka berpikir, karena hal-hal sederhana atau hal-hal kecil, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi perasaan Tuhan. Mereka berpikir bahwa dalam berurusan dengan orang percaya, Tuhan hanya mau berurusan dengan hal-hal besar. Pemikiran ini sangat keliru. Sejatinya dalam segala hal Tuhan ikut berperkara. Itulah sebabnya seharusnya dari hal-hal sederhana atau hal-hal kecil, orang percaya teliti dan berhati-hati. Hal ini dimaksudkan agar orang percaya tidak melukai hati Tuhan. Kalau orang percaya setia dalam perkara-perkara kecil atau hal-hal sederhana, maka ia juga setia dalam perkara-perkara besar atau hal-hal besar.
Hal-hal kecil atau hal sederhana menjadi sarana untuk berlatih melakukan segala sesuatu yang dapat menyenangkan hati Tuhan. Seperti seorang atlet lompat tinggi, ia tidak akan bisa melompat setinggi 1,6 meter kalau tidak dimulai dari 1meter. Seorang pemain musik profesional tidak dalam waktu singkat bisa memainkan alat musik secara profesional kalau tidak dimulai latihan dari hal-hal sederhana atau hal-hal kecil. Demikian pula dengan seorang komposer. Ia akan mulai merangkai 2-3 nada kemudian merangkai belasan bahkan puluhan nada sampai ratusan nada, sehingga tercipta sebuah simphoni yang indah.
Demikian pula dengan kehidupan di hadapan Tuhan, dimulai dari memperhatikan setiap gerak pikiran dan perasaan, setiap kata yang diucapkan, setiap keputusan dan pilihan yang kelihatannya sepele, tetapi merupakan landasan dari keputusan-keputusan besar yang mengarahkan seluruh perjalanan hidup seseorang. Harus diingat, pintu-pintu besar yang beratnya puluhan bahkan ratusan kilo ternyata digerakkan oleh engsel-engsel kecil. Dari belokkan-belokkan kecil yang hanya beberapa derajat dapat mengarahkan ke arah lebih dari 100 derajat. Keputusan-keputusan yang dipandang sepele ternyata bisa mengarahkan seseorang kepada keadaan yang menentukan nasib kekalnya.
Dengan penjelasan di atas ini, orang percaya dipanggil untuk benar-benar bersikap sangat teliti dalam segala hal. Bila orang percaya benar-benar menghormati Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus, maka dalam segala hal akan memperhatikan perasaan Tuhan; yaitu ketika berpikir, merenung, mengucapkan kata, dan segala perilakunya. Orang percaya yang benar tidak memperhitungkan untung atau rugi dan senang atau tidak senang dalam bertindak, baginya yang penting adalah apakah yang dilakukan menyenangkan hati Allah Bapa dan Tuhan Yesus atau tidak.
Dengan sikap seperti ini, sesungguhnya orang percaya baru benar-benar menyembah dan memuliakan Dia. Inilah sejatinya penyembahan yang benar kepada Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Pujian dengan iringan alat musik sebaik atau seindah apa pun tidak ada artinya tanpa sikap menghormati Bapa dan Tuhan Yesus dalam kehidupan setiap hari, serta dalam segala hal. Sesungguhnya sikap hidup kepada Tuhan inilah yang merangkai penyembahan dalam Roh dan kebenaran.
https://overcast.fm/+IqOBX36XA
Kamis, 17 Januari 2019
RH Truth Daily Enlightenment Januari 2019 18. SAAT PENTING DAN GENTING
Bagaimana pun, orang percaya pasti pernah diperhadapkan saat-saat yang bisa dikatakan penting dan genting. Kapankah hal itu terjadi? Pada saat di mana orang percaya harus memilih atau mengambil keputusan, antara kehendaknya sendiri atau kehendak Bapa dan Tuhan Yesus. Seperti ketika Yesus di taman Getsemani, yaitu saat Tuhan Yesus akan menghadapi penderitaan dan salib yang membawa-Nya kepada kematian. Yesus harus memilih, melakukan kehendak Bapa atau berkeras dengan keinginan-Nya sendiri. Pada waktu itu Tuhan Yesus sempat mengucapkan kalimat yang sangat membahayakan bagi Diri-Nya dan semua umat manusia (Mat. 26:36-46). Yesus sempat memohon, jika boleh cawan penderitaan bisa Dia hindari. Jika Yesus berhasil menghindari salib, maka tidak ada keselamatan bagi semua umat manusia. Semua manusia mati di dalam dosa, dan binasa.
Pergumulan Yesus di taman Getsemani sangat berat, Ia sendiri menyatakan bahwa rasanya Ia mau mati (Mat. 26:38). Peluh-Nya menitik seperti tetesan darah. Ia membutuhkan teman-teman, yaitu murid-murid untuk mendampingi-Nya. Jadi bisa dimengerti kalau Ia sempat memohon kepada Bapa kalau boleh cawan penderitaan tersebut bisa tidak diteguk-Nya, artinya Ia terhindar dari penderitaan. Tetapi pada akhirnya Yesus menyerah kepada Bapa dengan menyatakan bahwa Ia menerima kehendak Bapa yang jadi. Tuhan Yesus tidak berkeras dengan keinginan-Nya sendiri. Tetapi Yesus tunduk kepada kehendak Bapa.
Dalam perjalanan hidup ini, orang percaya akan menghadapi saat-saat seperti ini, di mana orang percaya harus memilih antara melakukan kehendak diri kita sendiri atau kehendak Bapa. Ini adalah pilihan yang sangat sulit. Saat seperti ini bisa disebut sebagai saat yang penting dan genting. Penting artinya saat di mana seseorang bisa menunjukkan dan membuktikan kesetiaannya kepada Bapa dan Tuhan Yesus. Tetapi juga genting artinya kalau meleset atau tidak mau melakukan kehendak Bapa, berarti sebuah tindakan yang melawan atau memberontak kepada Bapa dan Tuhan Yesus Kristus.
Kalau seseorang sudah terbiasa hidup hanya untuk menyenangkan diri sendiri, maka ia tidak akan mampu tunduk kepada Bapa dan menyerah secara tulus dan rela terhadap kehendak Bapa. Irama hidup yang salah- yaitu selalu mencari kesenangan dan kepuasan bagi diri sendiri- dapat seseorang sehingga tidak dapat tunduk kepada kehendak Bapa. Oleh sebab itu orang percaya harus belajar untuk memenuhi apa yang tercantum dalam Doa Bapa Kami: Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Ironinya, banyak orang Kristen sangat fasih mengucapkan Doa Bapa Kami, bahkan sampai sangat hafal, tetapi mereka tidak mengerti bagaimana harus menundukkan diri kepada kehendak Bapa dalam segala hal. Dalam hal ini terdapat orang-orang Kristen yang menganggap remeh mengucapkan Doa Bapa kami. Mereka mengucapkan Doa Bapa Kami tanpa pengertian.
Tuhan pasti membawa orang percaya kepada situasi-sistuasi dimana orang percaya haris menentukan pilihan, melakukan kehendak Bapa atau kehendak diri sendiri. Situasi-situasi seperti itu sebenarnya menjadi latihan bagi orang percaya untuk menyenangkan hati Bapa atau melukai, tidak menyenangkan hatinya atau hati-Nya. Sekaligus situasi-situasi seperti itu menjadi ujian apakah orang percaya sungguh-sungguh setia kepada Tuhan atau tidak. Setiap hari akan selalu ada saat yang penting sekaligus genting seperti itu sebagai ujian, dari hal-hal sederhana, dari hal-hal kecil sampai hal-hal besar. Kalau orang percaya selalu memilih untuk melakukan kehendak Bapa dari hal-hal sederhana atau hal-hal kecil, maka dalam hal-hal besar dapat memilih dengan benar
Orang percaya harus memandang bahwa situasi-situasi tersebut merupakan kesempatan yang berharga. Tetapi sayangnya banyak orang Kristen tidak mengerti hal ini, sehingga kesempatan-kesempatan yang berharga itu berlalu dengan sia-sia. Kesempatan-kesempatan berharga dilewatkan sehingga tidak mendatangkan faedah sama sekali dalam hidupnya. Setiap hari ada situasi dimana orang percaya harus memilih antara kehendak diri sendiri atau kehendak Bapa. Kalau orang percaya bersedia untuk dididik sebagai anak Bapa, pasti ia mengalami hal-hal tersebut. Situasi-situasi tersebut ini harus diterima sebagai berkat dari Tuhan. Ini adalah bagian dari kasih karunia yang disedikan oleh Bapa dan Tuhan Yesus Kristus untuk pendewasaan orang percaya.
Orang percaya harus mengerti bahwa kehidupan Yesus harus menjadi pola perjalanan hidupnya. Kalau Yesus mengalami pergumulan Getsemani, maka orang percaya juga harus mengalami pengalaman yang sama. Demikian pula dengan penyaliban di bukit Golgota, orang percaya juga harus mengalami penyaliban, yaitu menyalibkan manusia lamanya agar dapat hidup dalam hidup yang baru.
https://overcast.fm/+IqOA8Qs4k
Pergumulan Yesus di taman Getsemani sangat berat, Ia sendiri menyatakan bahwa rasanya Ia mau mati (Mat. 26:38). Peluh-Nya menitik seperti tetesan darah. Ia membutuhkan teman-teman, yaitu murid-murid untuk mendampingi-Nya. Jadi bisa dimengerti kalau Ia sempat memohon kepada Bapa kalau boleh cawan penderitaan tersebut bisa tidak diteguk-Nya, artinya Ia terhindar dari penderitaan. Tetapi pada akhirnya Yesus menyerah kepada Bapa dengan menyatakan bahwa Ia menerima kehendak Bapa yang jadi. Tuhan Yesus tidak berkeras dengan keinginan-Nya sendiri. Tetapi Yesus tunduk kepada kehendak Bapa.
Dalam perjalanan hidup ini, orang percaya akan menghadapi saat-saat seperti ini, di mana orang percaya harus memilih antara melakukan kehendak diri kita sendiri atau kehendak Bapa. Ini adalah pilihan yang sangat sulit. Saat seperti ini bisa disebut sebagai saat yang penting dan genting. Penting artinya saat di mana seseorang bisa menunjukkan dan membuktikan kesetiaannya kepada Bapa dan Tuhan Yesus. Tetapi juga genting artinya kalau meleset atau tidak mau melakukan kehendak Bapa, berarti sebuah tindakan yang melawan atau memberontak kepada Bapa dan Tuhan Yesus Kristus.
Kalau seseorang sudah terbiasa hidup hanya untuk menyenangkan diri sendiri, maka ia tidak akan mampu tunduk kepada Bapa dan menyerah secara tulus dan rela terhadap kehendak Bapa. Irama hidup yang salah- yaitu selalu mencari kesenangan dan kepuasan bagi diri sendiri- dapat seseorang sehingga tidak dapat tunduk kepada kehendak Bapa. Oleh sebab itu orang percaya harus belajar untuk memenuhi apa yang tercantum dalam Doa Bapa Kami: Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Ironinya, banyak orang Kristen sangat fasih mengucapkan Doa Bapa Kami, bahkan sampai sangat hafal, tetapi mereka tidak mengerti bagaimana harus menundukkan diri kepada kehendak Bapa dalam segala hal. Dalam hal ini terdapat orang-orang Kristen yang menganggap remeh mengucapkan Doa Bapa kami. Mereka mengucapkan Doa Bapa Kami tanpa pengertian.
Tuhan pasti membawa orang percaya kepada situasi-sistuasi dimana orang percaya haris menentukan pilihan, melakukan kehendak Bapa atau kehendak diri sendiri. Situasi-situasi seperti itu sebenarnya menjadi latihan bagi orang percaya untuk menyenangkan hati Bapa atau melukai, tidak menyenangkan hatinya atau hati-Nya. Sekaligus situasi-situasi seperti itu menjadi ujian apakah orang percaya sungguh-sungguh setia kepada Tuhan atau tidak. Setiap hari akan selalu ada saat yang penting sekaligus genting seperti itu sebagai ujian, dari hal-hal sederhana, dari hal-hal kecil sampai hal-hal besar. Kalau orang percaya selalu memilih untuk melakukan kehendak Bapa dari hal-hal sederhana atau hal-hal kecil, maka dalam hal-hal besar dapat memilih dengan benar
Orang percaya harus memandang bahwa situasi-situasi tersebut merupakan kesempatan yang berharga. Tetapi sayangnya banyak orang Kristen tidak mengerti hal ini, sehingga kesempatan-kesempatan yang berharga itu berlalu dengan sia-sia. Kesempatan-kesempatan berharga dilewatkan sehingga tidak mendatangkan faedah sama sekali dalam hidupnya. Setiap hari ada situasi dimana orang percaya harus memilih antara kehendak diri sendiri atau kehendak Bapa. Kalau orang percaya bersedia untuk dididik sebagai anak Bapa, pasti ia mengalami hal-hal tersebut. Situasi-situasi tersebut ini harus diterima sebagai berkat dari Tuhan. Ini adalah bagian dari kasih karunia yang disedikan oleh Bapa dan Tuhan Yesus Kristus untuk pendewasaan orang percaya.
Orang percaya harus mengerti bahwa kehidupan Yesus harus menjadi pola perjalanan hidupnya. Kalau Yesus mengalami pergumulan Getsemani, maka orang percaya juga harus mengalami pengalaman yang sama. Demikian pula dengan penyaliban di bukit Golgota, orang percaya juga harus mengalami penyaliban, yaitu menyalibkan manusia lamanya agar dapat hidup dalam hidup yang baru.
https://overcast.fm/+IqOA8Qs4k
Langganan:
Postingan (Atom)