Selasa, 19 Juni 2018

RH Truth Daily Enlightenment “HARUS MENGHORMATI ALLAH” Pdt. Dr. Erastus Sabdono  20 Juni 2018

Kalau Allah berkata bahwa ia membenci Esau dan mengasihi Yakub tentu sangat beralasan, sebab faktanya Yakub memiliki kepribadian yang baik, jauh lebih baik dari Esau.
Hal yang paling parah yang membuat Esau tidak pantas menjadi nenek moyang Mesias adalah menghina hak kesulungan dan sembarangan memilih jodoh.

Ia menjadikan perempuan-perempuan bangsa Kanaan orang Het sebagai istrinya (Kej. 26:24-25).
Hal mana tidak dilakukan oleh Abraham, Ishak, dan Yakub.
Abraham sendiri sampai menuntut sumpah dari hambanya agar tidak memilih menantu, istri Ishak, dari bangsa Kanaan (Kej. 24:3).

Ishak juga menasihati Yakub untuk tidak mengambil jodoh dari orang-orang Kanaan (Kej. 28:1).
Tuhan πŸ’— menghendaki agar jodoh bagi nenek moyang Mesias bukan berasal dari bangsa Kanaan yang nanti negerinya akan diberikan kepada keturunan Abraham.

Terkait dengan hal di atas ini perlu dipertimbangkan bahwa dukacita dan penyesalan Tuhan πŸ’— terhadap anak-anak Allah di dalam Kejadian 6:1-3, berangkat dari tindakan mereka memilih pasangan hidup sesuka hati mereka. Jadi, pernyataan Tuhan bahwa Tuhan mengasihi Yakub dan membenci Esau harus dipahami dengan benar.

Dalam hal ini kita memperoleh pelajaran, bahwa Allah πŸ’— tidak menghendaki umat pilihan memilih dan memiliki pasangan hidup dari orang yang bukan umat pilihan. Memilih jodoh dari orang yang tidak percaya atau bukan umat pilihan adalah bentuk pemberontakan kepada Allah.

Hal ini akan sangat mendukakan hati Allah.
Kita πŸ‘₯ harus memperhatikan dengan serius bahwa kalimat : Aku mengasihi Yakub dan membenci Esaudalam Roma 9:13, diambil dari Kitab Maleakhi 1. Kita juga harus mengamati dengan teliti pembahasan kitab Maleakhi 1 tersebut, yaitu dialog antara bangsa Israel dengan Allah.

Bangsa Israel seakan-akan mau memerkarakan, mengapa Allah mengasihi Yakub dan membenci Esau.
“Aku mengasihi kamu,” firman TUHAN.
Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?” “Bukankah Esau itu kakak Yakub?” demikianlah firman TUHAN. “Namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.”

Apabila Edom berkata: “Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu,” maka beginilah firman TUHAN πŸ’— semesta alam: “Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya.”

Matamu akan melihat dan kamu sendiri akan berkata: “TUHAN maha besar sampai di luar daerah Israel.” Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN πŸ’— semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku.

Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?” Kamu membawa roti cemar ke atas mezbah-Ku, tetapi berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?” Dengan cara menyangka: “Meja TUHAN boleh dihinakan!” Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? …. Dan seterusnya.

Maleakhi 1 tersebut memuat kemarahan Allah πŸ’— atas bangsa Israel yang tidak menghormati Allah. Allah memberi perbandingan, kalau seorang anak harus menghormati bapanya, tetapi bangsa Israel tidak menaruh hormatyang pantas kepada Allah sebagai Bapanya.

Allah menunjuk sikap Esau terhadap bapanya dengan membandingkanya dengan sikap diri Yakub.
Hal ini memberi pelajaran bagi bangsa Israel.
Sikap tidak menghormati Bapa πŸ’— ini dilakukan juga oleh bangsa Israel, hal ini tentu suatu kekejian bagi Allah.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa bukan tanpa alasan kalau Allah πŸ’— mengasihi Yakub dan membenci Esau.
Kalau mereka bersikap tidak hormat kepada Allah seperti Esau tidak menghormati orang tuanya, maka mereka juga tidak layak dikasihi.
Ini bukan berarti Firman Allah gagal.

Tetapi masing-masing individu memang diberi kehendak bebas untuk mengambil keputusan dan memilih dalam menentukan nasib atau keadaannya.
Berbicara mengenai Esau dan Yakub, sebenarnya konteksnya bukan masalah individu, tetapi pemilihan suatu bangsa.

Buktinya Esau tidak pernah menjadi hamba bagi Yakub, tetapi secara komunitas, keturunan Esau yaitu bangsa Edom tidak menjadi bangsa yang diberkati oleh Tuhan. Dengan demikian sangatlah keliru kalau pemilihan Yakub sebagai ahli waris dan penolakan Allah πŸ’— atas Esau disejajarkan atau menjadi tipologi dari pemilihan keselamatan atas individu.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar