Bagi bangsa Israel, hukum yang dipahami adalah hukum Taurat yang masih bersifat agamani, artinya : hukum-hukum yang bersifat legalistik artinya dilakukan sesuai dengan bunyinya.
Contoh legalistik, misalnya membunuh artinya menghabisi nyawa seseorang atau menghentikan kehidupan manusia di bumi.
Berzina artinya melakukan hubungan seks di luar nikah dan lain sebagainya.
Tetapi bagi umat pilihan Perjanjian Baru, berlaku hukum yang disempurnakan atau digenapi (Mat. 5:17 – Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.
Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya).
Hukum Taurat yang disempurnakan adalah : hukum yang berkualitas sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, bersifat batiniah.
Itulah yang diajarkan Yesus di dalam Injil-Nya. Membunuh bukan hanya menghabisi nyawa seseorang, tetapi tindakan membenci (sikap hati yang tidak kelihatan) sudah merupakan pembunuhan.
Hukum seperti ini tidak dapat ditulis.
Tidak ada tulisan yang dapat mewakili hal yang bersifat batiniah ini.
Jadi, alatnya bukanlah huruf-huruf yang tertulis di atas loh batu, tetapi alatnya adalah Roh Kudus yang menuliskan kehendak-Nya di loh hati manusia.
Dalam hal ini orang percaya harus menjadikan Tuhan sebagai hukum-Nya.
Dengan demikian maksud Allah sejak semula terpenuhi, bahwa Allah 💗 adalah satu-satunya hukum kehidupan.
Hukum Taurat yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel adalah “bagian dari moral Allah”, tetapi dalam kualitas yang rendah atau belum sempurna, yang dikenakan bagi manusia yang telah kehilangan kemuliaan Allah.
Hukum Taurat diberikan untuk manusia yang masih belum memiliki kasih karunia atau anugerah dalam Yesus Kristus. Kemampuan manusia 👥 sebelum zaman anugerah sangat terbatas.
Manusia hanya bisa berbuat baik atau melakukan hukum yang tertulis dalam ukuran manusia yang telah kehilangan atau kurang kemuliaan Allah.
Bisa dimengerti kalau mereka hanya dituntut untuk melakukan hukum secara legalistik.
Bagi umat Perjanjian Baru yang memiliki Injil dan materai Roh Kudus, dimampukan untuk mengerti kehendak Allah -apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna umat dituntut untuk sempurna.
Mereka dimampukan untuk melakukan kehendak Allah bukan berdasarkan hukum -hukum yang tertulis, tetapi berdasarkan kebenaran dan kesucian Allah 💗
Dalam hal ini hukum yang disempurnakan adalah moral Allah sendiri.
Itulah moral yang sempurna.
Setiap orang percaya dipanggil untuk sempurna seperti Bapa.
Kata kedua yang penting dalam pembahasan ini adalah : Bersifat daging. Dalam pernyataannya, Paulus mengatakan bahwa dirinya bersifat daging (Rm. 7:14).
Bersifat daging artinya kecenderungan melakukan segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Kata daging dalam teks aslinya adalah sarkikos (σαρκικός), yang artinya fleshly, carnal, having the nature of flesh,under the control of the animal appetites, governed by mere human nature not by the Spirit of God, having its seat in the animal nature or aroused by the animal nature (bersifat kedagingan, duniawi, memiliki sifat daging, di bawah kendali nafsu hewani, diatur oleh sifat manusia belaka bukan oleh Roh Allah, memiliki keadaan sifat hewani atau terangsang oleh sifat hewan).
Pada dasarnya sarkikos adalah kebalikan atau lawan dari pneumatikos. Dalam sarkikos terdapat unsur “hukum dalam arti kodrat”, yaitu kodrat dosa, dimana manusia memiliki kecenderungan meleset atau menyimpang dari kehendak Allah 💗 yang suci dan sempurna.
Dengan demikian, sesungguhnya di dalam diri manusia 👥 terdapat kodrat yang memuat keinginan atau dorongan yang cenderung bertentangan dengan kehendak Allah.
Hal ini terjadi karena dosa yang dilakukan oleh Adam telah menjalar kepada semua keturunannya.
Semua keturunannya telah hidup dalam dominasi “daging”.
Daging di sini maksudnya adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan Allah 💗 atau tidak sesuai dengan keinginan Roh Kudus.
Hidup dalam kodrat dosa, sebenarnya sama seperti hidup dalam hukum gravitasi, bahwa semua benda yang lepas dari kedudukannya akan mengarah ke pusat bumi atau jatuh ke bawah.
Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa semua manusia adalah pembohong, artinya semua orang telah mengingkari perjanjian. Mengingkari perjanjian maksudnya, bahwa manusia 👥 yang diciptakan oleh Allah -yang seharusnya hidup bagi Allah dengan melakukan kehendak-Nya- ternyata hidup untuk dirinya sendiri. Dengan demikian semua manusia telah mengingkari perjanjian dengan tidak melakukan kehendak Allah, atau tidak menjadi manusia sesuai rancangan Allah semula.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar