Minggu, 17 Juni 2018

RH Truth Daily Enlightenment “BUKAN PENENTUAN TUHAN” Pdt. Dr. Erastus Sabdono  15 Juni 2018

Dari sekian banyak pasal dalam kitab Roma, Roma pasal 9 adalah pasal yang sering diperdebatkan. Pasal ini memuat ayat-ayat yang berbicara mengenai pemilihan, penetapan Allah ๐Ÿ’— dan kehendak bebas manusia.
Dari pasal ini, oleh kelompok teolog tertentu, telah terbangun premis, gagasan dan doktrin bahwa Allah menetapkan segala sesuatu; di dalamnya juga diyakini bahwa Allah juga menetapkan manusia -manusia tertentu yang akan diselamatkan.

Dan tentu saja konsekuensi logisnya adalah mereka yang tidak ditetapkan untuk selamat, berarti tidak akan mengalami dan memiliki keselamatan.
Pengajaran ini sering disebut sebagai “predestinasi”.
Pandangan mengenai penetapan dan pemilihan Allah ๐Ÿ’— atas keselamatan manusia tersebut sangat kuat didasarkan pada ayat-ayat di dalam Roma pasal 9 ini.

Melalui buku ini, kita temukan bahwa ternyata apa yang mereka tafsirkan terhadap ayat-ayat tersebut yang mereka jadikan sebagai premis dasar jika pandangan doktrin mereka mengenai predestinasi sangatlah keliru.

 Selama berabad-abad, dan sampai sekarang, telah terjadi kesalahan tafsir terhadap ayat-ayat yang terdapat pada pasal ini. Untuk itu, secara khusus kita akan membahas pasal ini.
Dengan memahami dengan benar ayat-ayat dalam Roma 9, maka kita memperoleh pijakan untuk membangun pengajaran mengenai keselamatan yang benar-benar Alkitabiah.

Dalam Roma 9:1-3 Paulus mengungkapkan isi hatinya: Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus ๐Ÿ’—, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.

Dari tulisannya ini, Paulus rela terkutuk demi keselamatan saudara-saudara sebangsanya.Dari pernyataannya tersebut, nampaklah bahwa Paulus rela memikul hukuman akibat kesalahan saudara-saudara sebangsanya yang menolak Yesus sebagai Mesias.

 Keinginan seperti ini juga pernah dimiliki Musa pada waktu Tuhan ๐Ÿ’— hendak meninggalkan bangsa Israel di padang gurun. Musa rela namanya terhapus dari Kitab Kehidupan, demi bangsanya agar tidak ditolak oleh Allah.

Secara tidak langsung dari pernyataan Paulus inidiajarkan kepada kita bahwa kebinasaan saudara-saudara kaum sebangsanya (sebagian bangsa Israel) disebabkan karena kehendak mereka sendiri yang menolak Mesias.
 Hal ini tentu bukan karena penentuan dari Allah secara sepihak.

Jika Allah yang menentukan keselamatan sekelompok orang dengan memberi kemampuan menerima anugerah, kelompok iniditentukan untuk tidak bisa menolak anugerah.
Tetapi di pihak lain ada kelompok yang ditentukan tidak selamat.

Ini berarti mereka tidak bisa menerima anugerah. Menurut ajaran mereka, setiap orang tidak dapat menolak penentuan tersebut.
Jika pengajaran ini benar, maka Paulus tidak akan menyatakan pernyataan tersebut dalam suratnya, bahwa dirinya rela terkutuk demi saudara-saudara sebangsanya.

BKalau keselamatan dan kebinasaan saudara-saudara sebangsanya ditentukan oleh Allah ๐Ÿ’—secara sepihak, maka pernyataan Paulus bahwa ia rela menggantikan saudara-saudara sebangsanya sebagai orang yang terkutuk, merupakan sikap melawan Allah.

Ini berarti Paulus tidak menerima keputusan Allah
 Ini juga sama artinya bahwa Paulus bersikap kurang ajar terhadap Allah. Secara tidak langsung Paulus menyalahkan Allah๐Ÿ’—, sehingga Paulus rela mati karena atau akibat “kesewenang-wenangan atau ketidakadilan Allah” tersebut.

Tetapi yang benar adalah -kalau Paulus berani menyatakan bahwa ia sangat berdukacita atas keadaan bangsanya, dan bersedia terkutuk, terpisah dari Kristus ๐Ÿ’— demi keselamatan saudara-saudara sebangsanya berarti pemberontakan bangsanya terhadap Allah adalah karena keputusan mereka sendiri, bukan karena Allah yang menentukan.

Dalam hal tersebut, Paulus tidak bermaksud melawan keputusan Allah ๐Ÿ’—
Paulus sangat berdukacita atas keputusan salah saudara-saudara sebangsanya dalam kehendak bebas mereka menolak Yesus, sehingga mereka bisa binasa.

Dari pernyataan dan kesaksian Paulus -yang adalah hamba Tuhan yang dipimpin Roh Kudus ๐Ÿ’— dalam Roma 9:1-3 ini, jelas menunjukkan bahwa keselamatan seseorang bukan karena ditentukan oleh Allah, tetapi oleh karena kehendak bebas masing-masing individu dalam meresponi anugerah-Nya.
Hal ini seharusnya diterima sebagai kebenaran yang tidak terbantahkan.
Logika ini sangat sehat dan cerdas.
Jika tidak demikian, maka pasti sebuah kesalahan fatal.

JBU

https://overcast.fm/+IqOCE8Cr4


Tidak ada komentar:

Posting Komentar