Senin, 18 Juni 2018

RH Truth Daily Enlightenment “ALASAN ALLAH MENGASIHI DAN MEMBENCI” Pdt. Dr. Erastus Sabdono  19 Juni 2018

Mengenai pemilihan Allah atas bangsa Israel sebagai umat pilihan yang istimewa, Paulus menunjukkan bahwa semua itu terjadi bukan karena kebaikan bangsa tersebut, artinya tidak dimulai dari keadaan bangsa tersebut.
Tetapi Allah πŸ’— yang menentukan untuk memanggil bangsa tersebut guna menjadi umat pilihan-Nya, tanpa memperhitungkan dan mempertimbangkan keadaan bangsa tersebut.

Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa pemilihan mereka bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan dari Allah. Mereka dipilih Allah πŸ’— sehingga dipanggil menjadi umat pilihan, bukan karena mereka memiliki perbuatan baik atau keistimewaan apa pun, tetapi berdasarkan kasih karunia Allah dari kedaulatan Allah yang mutlak.

Harus dipahami, bahwa hal ini konteksnya hanya pada bangsa Israel, bukan pada semua manusia πŸ‘₯
Pemilihan Allah atas bangsa Israel, dimulai dari pemilihan Yakub, nenek moyang bangsa tersebut. Menjadi umat pilihan di sini bukan berarti rencana Allah atas setiap individu pasti terpenuhi, sebab hal ini tergantung kepada masing-masing individu bangsa tersebut.

Seperti kisah perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan, ternyata tidak semua mereka yang keluar dari Mesir sampai ke tanah Kanaan.
Demikian pula tidak semua orang Israel adalah Israel sejati atau akhirnya menjadi umat pilihan Allah yang kekal masuk ke dalam Kerajaan-Nya.

Hal tersebut tergantung respon masing-masing individu terhadap karya salib Kistus πŸ’—
Karena sebagian mereka menolak Yesus, makahal ini membangkitkan kesedihan dalam hati Paulus, sampai ia rela terlaknat demi Kristus.
Jika menghubungkan pemilihan Yakub dengan Kemahatahuan Allah, maka kasus itu bukan hal yang sulit untuk dimengerti.

Ketika Tuhan mengatakan bahwa Ia memilih Yakub, pemilihan itu bisa dilakukan tidak lepas dari keberadaan Allah, yaitu berdasarkan tatanan yang ada pada-Nya, juga berdasarkan Kemahatahuan-Nya.
Ketika Tuhan πŸ’— menyatakan bahwa anak yang muda dalam kandungan Ribka akan menjadi tuan bagi yang tua, hal itu dalam rangka Allah menjawab pergumulan orang tua Esau dan Yakub yang mempersoalkan dua anak dalam kandungan Ribka, karena berdesak-desakan. Sangat besar kemungkinan Tuhan tidak menyatakan bahwa yang muda akan menjadi tuan bagi yang tua, kalau tidak dipertanyakan.

Jadi, sangatlah bisa dimengerti bahwa penjelasan Tuhan tersebut bisa juga merupakan nubuatan (karena Allah Mahatahu), hal ini bukan sebuah keputusan atau ketetapan secara sewenang-wenang dari pihak Allah (secara sepihak).
Kemudian hari Yakub menunjukkan kehidupannya sebagai orang yang layak diberkati, khususnya ketika berjuang di sungai Yabok dimana namanya diganti Israel, maka ia ditentukan Tuhan πŸ’— sebagai nenekmoyang Israel (Kej. 32).

Dalam hal ini pernyataan Tuhan bahwa Ia memilih Yakub pada mulanya adalah sebuah nubuatan, bukan penetapan.
 Tetapi nubuatan itu tidak pernah gagal, dibuktikan dengan kemenangan Yakub di sungai Yabok yang akhirnya namanya menjadi Israel.
Adapun kalau dicantumkan kalimat: Aku mengasihi Yakub dan membenci Esau (Rm. 9:13), bukan berarti Tuhan dengan kadaulatan-Nya yang absolut dan mutak serta tidak terbatas secara sewenang-wenang mengasihi Yakub dan membenci Esau.

Selama ini dikesankan oleh banyak orang bahwa Tuhan πŸ’— dalam kedaulatan-Nya, suka-suka sendiri menunjuk, dan menentukan siapa yang dikasihi dan siapa yang dibenci.
Hanya orang gila yang tanpa alasan mengasihi dan membenci seseorang. Harus diingat bahwa Allah adalah Allah yang kasih, tidak mungkin Allah menaruh kebencian tanpa alasan.

Tentu saja yang dibenci bukan manusianya -dalam hal ini terhadap diri Esau-, tetapi perbuatannya.
Tentu Allah tidak menyatakan mengasihi Yakub dan membenci Esau bukan sejak mereka masih ada dalam kandungan. Sangatlah tidak mungkin kalau Allah πŸ’— sudah mengasihi Yakub dan membenci Esau sejak dalam kandungan.

Tentu setelah perjalanan hidup mereka berlangsung dan ketika sudah nyata sikap dan tingkah laku mereka.
Esau seorang yang tidak menghargai hak kesulungan yang didalamnya ada berkat Perjanjian.
Ia menjual hak kesulungannya hanya demi semangkuk makanan (Kej. 25:29-34).
Dengan sikap ini Esau tidak menghargai Tuhan.

Esau melakukan tindakan-tindakan yang melukai hati orangtuanya karena mengambil istri-istri orang Het (Kej. 26:24-25).
Selanjutnya, ketidakjujuran Esau dan kelicikannya nampak dalam kasus dimana Esau tidak memberi tahu ayahnya kalau hak kesulungannya sudah dijual kepada Yakub.
Setelah hak kesulungannya diterima Yakub, kemudian dia dendam terhadap adiknya yang mestinya sudah sah menerima hak kesulungan (Kej. 27).

Semua ini merupakan gambaran dari peta hidup Esau yang membuat Allah πŸ’— berkata: Aku membenci Esau. Berbeda dengan Yakub yang dalam sejarah hidupnya, walaupun ia juga tidak sempurna, tetapi bisa diketahui berbagai sikap agungnya sebagai seorang yang layak menerima berkat Perjanjian.
Jika membandingkan Yakub dan Esau, dua orang ini sangat jauh berbeda.

JBU

https://overcast.fm/+IqOCVMwME

Tidak ada komentar:

Posting Komentar