Sabtu, 30 Juni 2018

RH Truth Daily Enlightenment “TIDAK ADA PEMAKSAAN” Pdt. Dr. Erastus Sabdono  1 Juli 2018

Ketika Tuhan mendatangkan tulah dalam bentuk penyakit barah ke atas Mesir, anehnya Firaun sendiri tidak mengalami penyakit barah tersebut, padahal ahli-ahli sihir dan semua rakyat Mesir mengalaminya (Kel. 9:9-11). Mengapa demikian? Inilah cara Tuhan πŸ’— mengeraskan hati Firaun.

Seandainya Tuhan juga mendatangkan barah atas tubuh Firaun, maka bisa jadi Firaun bersikap lain. Tuhan πŸ’— tidak memberi penyakit barah atas Firaun, sehingga ia merasa mampu menanggulangi tulah-tulah tersebut, dan hal ini membuat hatinya menjadi semakin keras.

Dari hal ini, kita memperoleh pelajaran bahwa orang yang berkeadaan sehat belum tentu karena berkat Tuhan untuk kebaikannya.
 Tuhan πŸ’— membiarkan orang jahat tetap sehat untuk maksud-maksud-Nya.
 Pemazmur juga menyinggung mengenai hal ini (Mzm. 73:3-5, Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.

Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka πŸ‘₯ tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain). Tetapi sebaliknya, kalau Tuhan menaruh “duri dalam daging” bukan berarti Tuhan mendatangkan bencana.

Juga dalam kasus tulah penyakit sampar yang didatangkan Tuhan atas Mesir, terdapat pelajaran rohani yang dapat dipetik. Firman Tuhan berkata: Bukankah sudah lama Aku dapat mengacungkan tangan-Ku untuk membunuh engkau dan rakyatmu dengan penyakit sampar, sehingga engkau terhapus dari atas bumi; akan tetapi inilah sebabnya Aku membiarkan engkau hidup, yakni supaya memperlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.

Engkau masih selalu menghalangi umat-Ku, sehingga engkau tidak membiarkan mereka pergi (Kel. 9:15-17).
Tuhan πŸ’— tidak segera membunuh Firaun, karena Tuhan hendak mengeraskan hatinya untuk mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya. Satu pelajaran mahal yang dapat dipetik dari kasus ini adalah bahwa bagaimanapun keadaan manusia dan dunia ini, nama Tuhan tidak pernah dapat dipermalukan.
Ada orang-orang Kristen yang sekilas mempermalukan nama Tuhan, tetapi pada waktunya akan nyata bahwa Tuhan tetap dipermuliakan, dan orang itu dipermalukan.

Jadi, kalau ada orang Kristen yang seakan-akan bisa mempermalukan Tuhan, dan Tuhan tidak menghukum atau seakan-akan Tuhan πŸ’— berdiam Diri, bukan berarti tidak ada perhitungannya.
 Suatu hari pasti ada perhitungannya.

Dalam konteks bahasan kita ini, Tuhan πŸ’— sengaja membuat Firaun tetap hidup supaya kemuliaan Tuhan dinyatakan, sebab Firaun pernah mengatakan bahwa ia tidak mengenal Elohim Israel.
Dengan berbagai tindakan Tuhan yang dahsyat, tidak bisa tidak, mulutnya terbungkam (Kel. 5:12).

Akhirnya, Tuhan benar-benar mengeraskan hati Firaun, artinya hati Firaun menjadi keras tatkala ia tidak lagi mau bertemu dengan Musa dan Harun. Hal itu terjadi setelah tulah dimana seluruh tanah Mesir menjadi gelap.
Kemudian sampai puncaknya, anak sulung orang Mesir ditulahi Tuhan πŸ’— sehingga meninggal dunia.

Kematian anak-anak sulung Mesir tersebut membuat rakyat Mesir menjerit, sehingga menggerakkan mereka mendesak Firaun untuk melepaskan bangsa Israel keluar dari Mesir (Kel. 12:29:36).

Ternyata, tulah demi tulah yang didatangkan Tuhan πŸ’— atas tanah Mesir dan rakyatnya, sampai puncak penderitaan yang dialami bangsa Mesir, yaitu kematian anak sulung bangsa Mesir, mempersiapkan hati orang Mesir bisa bermurah hati memberikan emas dan perak kepada bangsa Israel.

Apakah selama ini bangsa Mesir bermurah hati kepada orang Israel? Tentu tidak.
Dalam Keluaran 12:33, tertulis : Orang Mesir juga mendesak dengan keras kepada bangsa itu, menyuruh bangsa itu pergi dengan segera dari negeri itu, sebab kata mereka:

“Nanti kami mati semuanya.”
Tulah demi tulah sampai pada kematian anak sulung mempersiapkan hati bangsa Mesir menjadi murah, sehingga memberikan emas dan perak, tentu dengan harapan yaitu bangsa Israel dapat segera meninggalkan Mesir.

Tuhan membuat bangsa Mesir bermurah hati tidak secara mistis atau ajaib, tetapi melalui tangan Tuhan πŸ’— yang teracung (mendatangkan tulah-tulah), maka barulah mereka menghendaki bangsa Israel keluar dari Mesir (Kel. 3:21-22).

Dari penjelasan di atas ini nampak jelas bagaimana Tuhan πŸ’— mengeraskan hati Firaun, dan bersamaan dengan itu pula bagaimana Tuhan membuat bangsa Mesir bermurah hati kepada bangsa Israel, sehingga mereka memberikan perhiasan emas dan perak kepada bangsa Israel.

Faktor lain mengapa mereka memberi emas dan perak kepada bangsa Israel, sebab Musa memang orang terpandang di Mesir (Kel. 11:1-3). Dalam mengubah hati manusia πŸ‘₯ apakah dikeraskan atau dibuat bermurah hati dan lain sebagainya, Tuhan tidak berintervensi atau masuk ke dalam jiwa manusia, karena hal tersebut melanggar tatanan Tuhan sendiri.

Tetapi Tuhan mengadakan banyak kejadian atau peristiwa.
Melalui peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian tersebut, Tuhan πŸ’— mengubah hati manusia. Hati bisa menjadi keras, atau sebaliknya.
Dalam hal ini tidak ada pemaksaan dari pihak Tuhan atas manusia untuk mengambil keputusan atau bertindak.

JBU

https://overcast.fm/+IqOAYX3-0

Jumat, 29 Juni 2018

RH Truth Daily Enlightenment “PROSES PENGERASAN HATI” Pdt. Dr. Erastus Sabdono  30 Juni 2018

Masalah penting yang harus dipersoalkan adalah bagaimana proses “pengerasan hati” Firaun zaman Musa tersebut.
Kita tidak boleh memandang pengerasan hati Firaun secara mistik. Ternyata Tuhan πŸ’—menggunakan sarana untuk mengeraskan hati Firaun, bukan intervensi ke dalam hati atau batin Firaun.

Pada umumnya orang berpikir bahwa cara Tuhan mengeraskan hati Firaun adalah dengan mengubah hatinya.
Seakan-akan Tuhan πŸ’— intervensi ke dalam jiwa Firaun dan membuat hatinya menjadi keras hati.
Pandangan di atas tersebut adalah salah.

Kalau seseorang berpandangan atau berpikir bahwa Tuhan mengintervensi ke dalam batin manusia dan mengubahnya tanpa alasan, itu adalah tuduhan terhadap Tuhan πŸ’— bahwa Tuhan melakukan pelanggaran terhadap hakikat-Nya sendiri dan merusak hakikat manusia.

Alkitab jelas menunjukkan bahwa sejak semula Allah menciptakan manusia πŸ‘₯, Ia memberikan independensi kepada manusia, sehingga manusia harus mengarahkan sendiri jiwanya atau mengendalikannya.

Jadi, kalau seseorang berpandangan bahwa Allah berintervensi ke dalam jiwa manusia, ini adalah pandangan yang benar-benar menyesatkan.
Firaun zaman Abraham bukan Firaun yang jahat, sebelum ia mengambil Sara sebagai istri, ia bertanya baik-baik siapa Sara itu.

Ia tidak langsung mengambil dan membunuh Abraham. Seandainya ia tahu bahwa Sara adalah istri Abraham, ia tidak akan atau belum tentu mengambil untuk menjadi istrinya (Kej. 12:16-20).
Karena Abraham mengaku Sara sebagai saudaranya, maka Firaun bermaksud mengambilnya untuk dijadikan istrinya.

Hal ini menunjukkan bahwa Firaun zaman Abraham tersebut baik. Paling tidak berbeda atau lebih baik dibanding dengan Firaun yang memerintah pada zaman Musa.
Firaun yang memerintah zaman Musa ini adalah Firaun yang jahat, sudah tidak bisa diperbaiki dan pantas untuk dihukum.

Ia mempekerjakan paksa bangsa Israel dan menekan mereka dengan semena-mena.
Itulah sebabnya Tuhan πŸ’— mengadakan banyak peristiwa, seperti kejaiban tongkat menjadi ular dan sepuluh tulah yang membuat Firaun bukannya bertobat, tetapi hatinya semakin keras.

Firaun zaman Abraham dihantam sekali dengan “tulah yang hebat”, dan menjadi bertobat.
Tetapi Firaun zaman Musa diberi tulah secara bertahap pun masih tetap tidak bertobat.
Ternyata tulah bertahap tersebut membuat Firaun ini semakin keras hati, sampai immune(kebal) terhadap peringatan dari Tuhan.

Hal ini bukan bentuk diskriminasi, dimana Tuhan tidak mengeraskan hati Firaun zaman Abraham, tetapi mengeraskan Firaun zaman Musa.
Dalam hal ini keras hati Firaun tidak terjadi oleh tindakan Tuhan yang mistis, tetapi melalui proses natural yang dapat kita mengerti.

Kalau Tuhan πŸ’— tidak bermaksud mengeraskan hati Firaun, maka Tuhan tidak akan menyediakan peristiwa-peristiwa sehingga Firaun bertobat dan menjadi baik. Sebaliknya, Tuhan mengizinkan peristiwa-peristiwa terjadi dalam hidupnya membuat dirinya semakin immune terhadap peringatan dan teguran dari Tuhan.

Hendaknya kita tidak berpikir bahwa secara mendadak hati Firaun dibuat menjadi keras, sebagai akibatnya Firaun ini tidak melepaskan bangsa Israel keluar dari Mesir.
Seakan-akan hal tersebut mirip dengan orang yang dihipnosis.

Jadi, menurut banyak orang, Firaun disentuh oleh Tuhan πŸ’— secara mistis seperti orang dihipnosis agar hatinya menjadi keras.
Sehingga seandainya Firaun ditanya : Mengapa hatinya menjadi keras sehingga tidak mau melepaskan bangsa Israel? Kalau Firaun jujur, ia dapat menjawab bahwa dirinya “tidak tahu” entah mengapa hatinya menjadi keras.

Jadi, sangat keliru pandangan yang mengatakan bahwa Allah mengeraskan hati Firaun secara mistis. Ini adalah pandangan yang tidak tepat.
Tuhan πŸ’— tidak akan pernah berbuat demikian.
Tidak mungkin hati seseorang menjadi keras, tanpa ada alasannya sama sekali untuk menjadi keras. Firaun zaman Musa menjadi keras hati, karena memang keadaan hatinya berpotensi menjadi keras akibat dari pilihandemi pilihan, dan tindakan demi tindakan yang pernah dilakukannya.

Harus diingat, bahwa tidak pernah terdapat fakta di Alkitab πŸ“š seseorang mendadak menjadi jahat, atau orang jahat mendadak jadi baik. Harus ada pemicu dan proses natural, sehingga seseorang dapat mengalami sebuah perubahan.

Tulah bertahap sampai pada kematian anak sulung Mesir bisa menjadi pemicu Firaun menjadi keras hati.
Selain itu, sebenarnya di dalam diri Firaun sendiri memang dasarnya sudah jahat.
Dengan demikian mengeraskan hati Firaun juga berarti tidak memberi kesempatan Firaun untuk bertobat dan tidak memberi peluang Firaun untuk berbalik menjadi baik.

Fase kehidupan yang dialami Firaun sama dengan keadaan manusia yang menghujat Roh Kudus yang tidak ada kesempatan, dan kemampuan untuk bertobat dan berbalik kepada Tuhan πŸ’—
Ternyata cara Tuhan mengeraskan hati Firaun tidak secara mistis, tetapi dengan sarana tindakan Tuhan yang sangat cerdas melalui kejadian yang terjadi.

Tuhan πŸ’— menunjukkan mukjizat di depan Firaun melalui Musa dengan membuat tongkat Harun menjadi ular (Kel. 7:9-13). Mukjizat yang sama juga dilakukan oleh orang-orang berilmu dan ahli sihir orang Mesir.
Hal tersebut membuat Firaun merasamasih bisa mengimbangi kemampuan Allah Israel (Elohim Yahwe).
 Proses ini membuat hatinya menjadi semakin keras.

JBU

https://overcast.fm/+IqOD-fJ2A

RH Truth Daily Enlightenment “ALASAN PENGERASAN HATI” Pdt. Dr. Erastus Sabdono  29 Juni 2018

Sebenarnya Musa dan Harun menghadapi Firaun dengan maksud agar umat Israel diperbolehkan oleh penguasa Mesir ini untuk dapat beribadah kepada Elohim Yahwe.
 Hal tersebut dikatakan Musa sebagai kehendak Tuhan.

Tetapi Firaun sengaja mengada-ada dengan menuduh mandor-mandor Israel yang mau pergi. Sehingga pengerah-pengerah Mesir memukuli mandor-mandor Israel, dan membuat beban yang lebih berat kepada bangsa Israel (Kel. 5).
 Diplomasi licik yang dilakukan Firaun tersebut dimaksudkan agar bangsa Israel menyalahkan Musa dan menolak untuk diajak keluar dari Mesir.
Ini baru satu dari sekian banyak watak jahat Firaun tersebut.

Itulah sebabnya sosok penguasa ini sudah saatnya dihukum Tuhan  Inilah alasan yang sudah cukup jelas, mengapa Firaun dikeraskan hatinya.
Cara Tuhan πŸ’—mengeraskan hati Firaun bukan masuk ke dalam jiwa Firaun dan membuat hati Firaun menjadi keras secara mistis atau secara supranatural.

Kalau Tuhan masuk ke dalam jiwa Firaun dan membuat hatinya keras, maka Allah melanggar hakikat-Nya dan melanggar hakikat manusia.
Tuhan πŸ’— mengizinkan situasi dan kejadian-kejadian yang membuat hati Firaun menjadi keras.

Tindakan Tuhan mengeraskan hati Firaun melalui kejadian-kejadian yang Tuhan πŸ’— izinkan terjadi di Mesir, yaitu melalui tanda ajaib yang dilakukan Musa dan tulah yang Allah turunkan.
Dalam hal ini kita memperoleh pelajaran, bahwa mestinya (idealnya) tidak harus menunggu nanti di surga, ketika semua pengetahuan menjadi sempurna, kita baru mengerti alasan Tuhan mengeraskan hati seseorang.

Sekarang di bumi ini, seharusnya kita sudah bisa menemukan alasan mengapa hati seseorang dikeraskan.
Sebab tindakan Tuhan πŸ’— tersebut menjadi pelajaran rohani atau tuntunan bagi kita, agar tidak mengalami keadaan seperti yang dialami oleh Firaun.
Tindakan-tindakan Tuhan yang dicatat Allah kitab dimaksudkan agar memberi pelajaran bagi kita.

Sama seperti bangsa Israel yang sebagaian besar tewas di padang gurun dalam perjalanan ke Mesir. Alkitab πŸ“š mengatakan bahwa semuaitu menjadi contoh bagi kita (1Kor. 10:1-13)
Hendaknya, jangan karena memiliki premis bahwa Allah menentukan keselamatan individu secara absolut dan sepihak, maka mereka membuat kesimpulan bahwa tindakan Tuhan mengeraskan hati Firaun adalah kebijaksanaan-Nya yang tidak bisa, tidak boleh dan tidak perlu dimengerti oleh manusia.

 Dengan alasan bahwa itu adalah tindakan Allah πŸ’— yang transenden, maka orang percaya tidak perlu menggali kebenaran untuk menemukan alasannya. Mestinya, dari sepak terjang Firaun, dan dari wataknya yang sangat jahat, sudah cukup membuat kita mengerti mengapa Tuhan mengeraskan hatinya.

Dari kejadian ini kita memperoleh pelajaran rohani, agar kita menjaga hati agar tidak menjadi jahat seperti Firaun.
Alkitab menyatakan dengan sangat jelas, bahwa Tuhan πŸ’— mengasihi semua umat manusia, tentu saja juga termasuk Firaun.

Tuhan tidak memiliki hati yang kejam dan kebencian terhadap siapa pun tanpa alasan.
Sebagai contohnya Tuhan juga mengasihi Firaun pada zaman Abraham, hal ini terbukti dengan tindakan Tuhan πŸ’— memperingatkan Firaun agar tidak mengambil Sara istri Abraham (Kej. 12).

Tuhan tidak langsung membunuh Firaun karena mengambil istri Abraham, sahabat-Nya.
Tuhan memberi peringatan agar Firaun terhindar dari hukuman yang lebih fatal dari Tuhan.
Firaun yang kafir tersebut, ternyata juga dikasihi oleh Tuhan.
Tentu Tuhan tidak pilih kasih, mengasihi Firaun yang satu dan membenci Firaun yang lain tanpa alasan.

Seandainya Firaun yang dikisahkan pada zaman Abraham tersebut masih berkeras hati mengambil Sara sebagai istrinya, maka Tuhan πŸ’— pasti bertindak lain.
Firman Tuhan mengatakan  : Tetapi TUHAN menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sarai, isteri Abram itu (Kej. 12:17).

Tidak jelas isi atau bentuk tulah tersebut, tetapi tulah tersebut sudah cukup menyadarkan Firaun, sehingga Firaun tidak meneruskan niatnya untuk mengambil Sara sebagai istrinya.
Hal ini membuat seisi istananya serta rakyatnya bisa dihindarkan dari bencana.

Hal tersebut jelas-jelas menunjukkan, bahwa Tuhan πŸ’— masih mengasihi Firaun ini.
Tentu saja selama Firaun masih bisa menyadari kesalahannya dan bertobat dengan benar, Tuhan menghindarkannya dari bahaya.
Tulah hebat yang didatangkan Tuhan atas Firaun zaman Abraham tersebut adalah peringatan dari Tuhan untuk menyelamatkan Firaun, seisi istana dan rakyat Mesir pada waktu itu.

Alkitab πŸ“š menyebut tulah yang didatangkan atas Firaun adalah tulah hebat. Dalam teks aslinya negayim gadolim (ΧΧ™ΧœִΧ“ֹΧ’ְּ םיגִΧ’ָΧ ְ).
Tulah itu ternyata bisa menyadarkan Firaun, sehingga Firaun tersebut tidak dibinasakan.
Tuhan tidak perlu mengeraskan hati Firaun zaman Abraham tersebut.

Mengapa Tuhan tidak bertindak kepada Firaun zaman Musa, seperti yang dilakukan Tuhan kepada Firaun zaman Abraham, sehingga Firaun zaman Musa bisa sadar sehingga dirinya, seisi istana dan masyarakatnya tidak mengalami tulah? Tentu tidak, karena Firaun zaman Musa adalah Firaun yang jahat dan kejam, sudah dalam kondisi tidak bisa diubah.
Tuhan πŸ’— sudah menyatakan, bahwa Firaun ini tidak akan melepaskan bangsa Israel dari perbudakan.
 Firaun zaman musa ini adalah Firaun yang sudah sepantasnya dihukum. Itulah sebabnya hatinya dikeraskan. Dikeraskan artinya tidak diberi kesempatan bertobat lagi.


JBU

https://overcast.fm/+IqOBBBcQk

Rabu, 27 Juni 2018

RH Truth Daily Enlightenment “SUMBER HIKMAT” Pdt. Dr. Erastus Sabdono 28 Juni 2018

Kita harus memeriksa dengan teliti sejarah hidup Firaun, supaya kita dapat menemukan makna yang benar dari Roma 9 (Roma 9:17-18 – Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: “Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memerlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.
Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya”).

Kalau kita πŸ‘₯ tidak memahami dengan benar kisah Firaun secara lengkap dan teliti dalam kitab Keluaran, maka kita akan salah dalam memahami maksud tulisan Palus di Roma 9 tersebut.
Sejak berabad-abad kasus mengenai Firaun yang hatinya dikeraskan oleh Tuhan, telah menjadi landasan atau dasar berpikir dari pandangan orang yang secara tidak langsung maupun secara langsung, menyatakan bahwa Allah dalam kedaulatan-Nya mengeraskan hati siapa yang dikehendaki untuk dikeraskan.

Selanjutnya, hal ini membangun atau meneguhkan premis bahwa Allah πŸ’— menentukan siapa yang Allah selamatkan. Dengan demikian,konsekuensi logisnya berarti Allah membiarkan yang lain untuk binasa. Dalam hal ini ada orang yang dikeraskan hatinya sehingga mereka tidak selamat atau dibiarkan hatinya keras sehingga tidak selamat, dan ada sekelompok lain yang hatinya tidak dikeraskan oleh Tuhan, sehingga berkemungkinan atau bisa dipastikan selamat, bisa masuk surga.

Dalam hal tersebut, seakan-akan Tuhan πŸ’—dalam pertimbangan-Nya yang tidak dimengerti oleh manusia, mengeraskan hati orang-orang yang dikehendaki oleh-Nya untuk dikeraskan.
Dan Tuhan tidak berbuat demikian kepada orang-orang yang dipilih untuk selamat.

Pandangan ini tentu saja salah, sebab Allah yang mulia tidak mungkin bertindak tanpa pertimbangan, alasan dan dasar yang bisa dimengerti oleh umat-Nya. Harus digarisbawahi dan ditegaskan, bahwa AlkitabπŸ“š ditulis untuk menjadi sumber hikmat guna memberi pelajaran rohani bagi umat pilihan. Dari tindakan-tindakan Tuhan tersebut, umat pilihan dapat mengerti bagaimana ia mengisi hidupnya.

Kalau Tuhan bertindak dengan atau dalam tatanan yang tidak dimengerti manusia, berarti manusia berjalan dalam gelap.
Manusia πŸ‘₯ tidak dapat mengisi hidupnya secara proporsional, atau secara patut dan natural. Dewa atau allah semacam itu adalah allah yang bukan saja misteri, tetapi juga kejam.

Tidak mungkin Alkitab πŸ“š menulis sesuatu yang konyol, absurd dan tidak bermakna tanpa mengandung pelajaran rohani bagi umat Tuhan. Harus bisa ditemukan alasan, mengapa Allah mengeraskan hati Firaun. Jawabannya tentu bukan sederhana seperti yang sering dikemukakan banyak orang, bahwa hal itu karena kedaulatan Allah, titik.
Betapa naifnya jawaban itu.

Jawaban yang tidak memuat implikasi yang berarti bagi orang percaya. Kalau ada implikasi, maka implikasinya hanya menggiring seseorang untuk menerima saja semua tindakan Tuhan πŸ’— secara sepihak tanpa bisa dan boleh mengertinya dengan jelas; sebab jawabannya hanya “karena Allah telah menentukan demikian”.

Pandangan atau pengajaran ini menempatkan manusia bukan sebagai manusia πŸ‘₯ yang bertanggungjawab secara proporsional dan natural.
Manusia hanya menerima saja apa yang telah ditentukan bagi dirinya tanpa bisa mengelak.
Jika demikian, tentu saja etika tidak dapat tampil secara wajar.

Tidak perlu ada tuntunan etika yang normatif bagi manusia, sebab akhir perjalanan hidup seseorang sudah ditentukan sepihak oleh Allah πŸ’—
Juga tidak perlu ada perjuangan sama sekali. Kalaupun ada perjuangan, maka perjuangan tersebut tidak proporsional. Padahal Tuhan Yesus sendiri berfirman agar kita berjuang masuk jalan sempit, berbuah, sempurna seperti Bapa, berkenan kepada Bapa dan lain sebagainya.

Harus ditegaskan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun, sebab Tuhan sudah tahu bahwa Firaun tidak akan melepaskan umat Israel.
Firman Tuhan menulis: Tetapi Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat (Kel. 3:19).

Tentu saja keadaan Firaun yang jahat seperti ini, bukan karena perjalanan hidup dalam satu hari. Tetapi melalui perjalanan panjang, dimana Firaun zaman Musa tersebut memilih hidup dengan warna demikian.
Tentu Tuhan πŸ’— tidak menuntun, mengarahkan dan mengkondisi Firaun seperti itu. Keadaan Firaun yang kejam, jahat, dan licik tersebut adalah akumulasi dari pilihandemi pilihan, tindakandemi tindakan yang diambilnya selama bertahun-tahun.

Harus diingat bahwa tidak ada orang yang menjadi jahat mendadak, atau menjadi baik mendadak.
Jadi, tindakan Tuhan πŸ’— mengeraskan hati Firaun bukan tanpa alasan, sebab Firaun memang sudah memiliki keadaan jiwa yang jahat (tidak bisa diperbaiki lagi), sehingga tidak akan membiarkan umat Israel pergi dari Mesir.
Firaun memang keturunan dinasti yang jahat, selain ia mewarisi gen penguasa yang lalim, juga hidup dalam lingkungan jahat yang menindas bangsa Israel tanpa belas kasihan, karena khawatirnya bangsa itu menjadi kuat di Mesir dan menguasai bangsa Mesir (Kel. 1:10-13).

JBU

https://overcast.fm/+IqODldtgU

Sunday Bible Teaching SBT, 24 Juni 2018 Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Penebusan Yesus atas kita di mana kita harus mengenakan kehidupan Yesus πŸ’— dalam hidup kita, jika tidak itu berarti menolak kasih karunia.
Semua kita harus sampai tingkat hidupku bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup dalam aku.

Ternyata monster yang dimiliki lebih kuat dari apa yang kita duga.
Monster itulah yang dapat dijinakkan hukum tapi bisa dimatikan.
Tetapi dalam kekristenan
harus dimatikan dan diganti Yesus dalam diri kita.

Jemaat πŸ‘₯ harus memiliki kemandirian, sebab kita, tidak perlu pengantara siapapun.
Pengantara kita hanyalah Tuhan Yesus Kristus.

Selama kita hidup dalam dominasi tokoh seakan - akan pendeta menjadi pengantara kita dengan Tuhan πŸ’—, kita tidak pernah punya kemandirian memiliki hubungan eksklusif dengan Tuhan.

Setiap orang harus memiliki hubungan eksklusif ini yang satu dengan yang lain berbeda.
Dan itu satu kebenaran yang bisa dinikmati, bukan hanya dirasakan di dalam pikiran sebagai pengetahuan, tetapi dirasakan seluruh jiwa kita.

Jangan membiasakan merasakan apa yang kamu yakini tetapi rasakan apa yang kamu alam
Hubungan yang eksklusif
itu sesuatu yang sangat indah, itu tidak bisa diungkapkan.
Memang sudah saatnya kita disapih dari manusia.

Dalam pencaharian hadirat Tuhan πŸ’— secara pribadi
Seakan - akan kita tidak membutuhkan siapapun, artinya : tidak membutuhkan pendeta.

Walaupun tentu kita membutuhkan mentor.
Maka seorang mentor harus berjalan lebih dulu, dan dia memiliki pengalaman berjalan dengan Tuhan πŸ’—
Mengerti apa yang disebut
hubungan eksklusif dengan Tuhan tersebut.
Baru dia bisa membagi kepada orang lain.

Tetapi Kalau tidak, dia hanya berbicara doktrin apa yang dia pelajari di bangku sekolah Teologia yang dikemukakan tetapi tidak mendarat dalam kehidupan dan jiwa jemaat.

Apalagi yang tidak memiliki doktrin yang benar, belajar Alkitab πŸ“š dengan tidak benar - benar
Pengalaman pribadinya menjadi miskin.
Karena tidak bertumbuh dalam Tuhan.

Ada yang pengarang lagu rohani yang bagus kenapa dia melakukan perbuatan yang melakukan seperti ini ?
Kenapa rumah tangganya hancur apapun alasannya, itu salah.
Tapi kita πŸ‘₯ tidak boleh menghukum dan menghakimi.
Dalam situasi itu dia tidak sanggup menghadapi pencobaan, godaan, kenikmatan yang tersedia di depannya.

Jadi tidak heran orang - orang yang menciptakan lagu - lagu bagus memberkati orang, tetapi hari ini dia menyesatkan orang.
Karena dia tidak bertumbuh dalam kebenaran, itu sangat mungkin.

Pendeta yang miskin pengalaman dengan Tuhan karena tidak bertumbuh,  maka dia tidak mengajarkan kebenaran, dan menjadi sesat.
Pasti dia arahnya ke kemakmuran jasmani,  mukjizat, hanya memuji dan menyembah Allah πŸ’— saja.

Allah kita, bukan Allah yang senang disembah dengan nyanyian dan pujian semata - mata.
Menyembah Tuhan πŸ’—dengan Roh dan kebenaran adalah :
Sebuah tindakan yang terus menerus menyenangkan Dia, bukan sikap tubuh sesaat secara seremonial.

Makanya kalau orang memiliki kehidupan menyenangkan setiap saat, doanya, nyanyiannya pasti berbeda getar suaranya ketika berbicara dengan Tuhan πŸ’—, ketika menyembah pasti tidak sama yang lain dan
dan itu tidak bisa dibuat - buat.

Doa Kita akan berbeda bila :
- Mengerti arah menjalani hidup
- Bergaul dengan Tuhan setiap hari
- Menghormati Tuhan secara patut setiap hari.
- Punya kemandirian hubungan eksklusif dengan Tuhan.

Sebab waktu kita mati kita tidak membutuhkan siapapun, kecuali Tuhan yang menjadi sahabat kita.
Jangan kita tidak mempunyai hubungan eksklusif dengan Tuhan

Roma 14 : 4
2 kor 5 : 9 - 10
Kita harus belajar cari Tuhan sendiri.
Kemandirian kita dimulai
dari doa, pribadi saat teduh ( sate )
Di situ ada perjumpaan pribadi dengan Tuhan πŸ’—
Kalau Tuhan itu nyata, kita harus alami.

Kita harus tanya Tuhan,
- Pendeta mana yang menjadi jurubicara Tuhan?
- Gereja πŸ’’ mana memang distributor resmi Tuhan ?

Jangan kita sombong.
Kesombongan adalah salah satu gejala dari orang yang tidak pernah berjumpa dengan Tuhan.
Kalau orang berjumpa secara kesinambungan secara terus menerus, dia tidak akan sombong.
Kalaupun sombong makin hari makin rendah hati.

Ada orang kaya sombong karena dia belum kenal Bapa yang punya langit dan bumi.
Apalagi sudah miskin, sombong lagi.

Ketika harus punya hubungan eksklusif dengan Tuhan bergaul dengan Tuhan πŸ’—
sampai kecanduan, di Alkitab disebut itu haus dan lapar akan Tuhan.
Dia akan mencari Tuhan terus.

Ketika di ujung maut dia tidak perlu mencari rohaniwan, sebab dia sudah siap menghadapi kematiannya
Bahkan merindukan kematian untuk mengadakan perjumpaan dengan Tuhan.

Asap = Aku Sudah Akan Pulang
Prinsip Asap ini bisa berlaku untuk siapapun.
Ketika kita punya prinsip ini, kita tidak cari apa - apa lagi.

Persiapannya harus jelas.
Membangun hubungan eksklusif dengan Tuhan lewat doa pribadi.
Kita tidak akan bertumbuh tanpa doa pribadi.
Kita harus ada niat untuk berdoa, minimum 30 menit
Eksklusifitas hubungan dengan Tuhan harus ada dasar doa yang benar.

Doa menjadi primetime kita.
Di manapun kita πŸ‘₯ bisa berdoa setiap saat,  berdialog dengan Tuhan terus menerus.
Karena kita haus dan lapar akan Tuhan, maka, doa 30 menit tidak terasa lama.

Kalau orang jarang berdoa
Buahnya
- Kesombongan
- Keangkuhan
- Gampang jatuh dalam dosa, karena kita tidak bergaul dengan Tuhan.
Bergaul saja tidak gampang lulus hidup suci, jatuh bangun, apalagi tidak.

Jadi ekskusifitas, itu dasar doa harus benar.
Sebab ada orang berdoa lama, tapi ngajarnya tidak ngawur, alam roh, makin berdoa, makin ngeroh.
Bangganya dia bisa lama berdoanya.

Harus ada landasan Alkitab πŸ’’ yang benar.
Agar kita bisa menyeimbangkan antara pikiran dan perasaan.
Kalau hanya perasaan saja kita tenggelam dan sesat di situ.
Kalau hanya dengan pikiran biasanya orang yang berlogika, dia memang seorang Teolog
dia tidak punya rasa, dia juga sesat di situ.
Harus bareng....

Jadi kita harus
- Doa minimum 30 menit
- Dengar cd khotbah
- Baca buku rohani
- Belajar Teologi yang benar baca bahasa aslinya, lihat latar belakang AlkitabπŸ“š, strickly dalam konteks.
Semua harus benar.

Kita harus belajar baca buku πŸ“‘ rohani.
Kalau makan kita isi perut kita.
Kalau baca kita isi pikiran kita.

Sekarang apakah kita punya minat diubah Tuhan?
Kalau minatnya perut kenyang ya susah....
Minatnya mata senang ya susah.
Bisa nonton TV berjam - jam, tapi tidak bisa buku 15 sd 20 menit, 1 bab setiap hari, sampai kita terlatih suka membaca buku.
Karena buku - buku rohani itu memandu kita kepada Tuhan.

Kalau doa tidak dilandasi pengertian akan menjadi mistisis, mistik.
Jadi ada 2 kutub :
- Mistik satu pihak menekankan perasaan.
Menyukai hal - hal spektakuler, sedikit - sedikit Tuhan berbicara dan korbannya sudah banyak.
- Rasionalis satu pihak menekankan pikiran.

Jangan lagi kita ditipu lagi dengan orang - orang seperti itu yang memalukan hamba - hamba Tuhan.

Jika kita belajar kan Alkitab πŸ“š kita bisa menggabungkan pikiran ( rasionalis ) dan perasaan ( mistis)
Kita bisa merasakan kebenaran yang murni pada saat kita berdoa.

Dan kalau kita bergaul dengan Tuhan πŸ’— kita bisa membedakan khotbah pendeta yang benar dan tidak benar.

Tuhan ingin kita bertumbuh dan ratio yang diolah terus.
Allah πŸ’— itu cerdas, Dia memberikan ratio kepada kita agar kita cerdas.
Kalau kita belajar Alkitab dengan benar, agar kita dapat mengimbangi Allah yang cerdas.

JBU 🌷

Selasa, 26 Juni 2018

RH Truth Daily Enlightenment “BERJUANG MEMAHAMI TINDAKAN TUHAN” Pdt. Dr Erastus Sabdono 27 Juni 2018

Dalam kasus Nikodemus dan Paulus dapatlah diambil kesimpulan bahwa seseorang meresponi anugerah Tuhan πŸ’— tidak lepas dari latar belakangnya.
Tentu latar belakang seseorang juga tidak lepas dari respon-responnya terhadap setiap peristiwa yang dialami, segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya.

Tentu saja Tuhan πŸ’— yang adil tidak akan berniat menggiring seseorang kepada kebinasaan dan yang lain kepada keselamatan kekal.
Dalam hal di atas tersebut, jelaslah bahwa Tuhan tidak berintervensi ke dalam jiwa manusia secara mutlak dan mengendalikan secara penuh sehingga pilihan dan keputusan seseorang berdasarkan skenario Tuhan.

Tetapi masing-masing individu bertanggungjawab dalam mengambil keputusan dari kehendak bebasnya.
Jadi, sangatlah keliru kalau seseorang berpendapat bahwa Tuhan πŸ’— memilih Paulus, tetapi tidak memilih Nikodemus. Tuhan memaksa Saulus bertobat, tetapi tidak memaksa Nikodemus bertobat.

Dalam keadilan πŸ’—, Ia bertindak sesuai dengan porsi dan keadaan masing-masing individu.
Fakta yang dapat dilihat, banyak orang-orang beragama meyakini bahwa Allah secara mistis atau ajaib mengubah jiwa seseorang secara mendadak (instant).

Kisah-kisah seperti ini ada dalam banyak legenda dan mitos.
Hal ini bisa dimengerti sebab dalam hampir semua agama terdapat keajaiban-keajaiban yang diyakini dilakukan oleh allah atau dewa yang disembah.
Tidak ada agama yang menyembah Allah πŸ’— yang transenden tanpa hal-hal yang bersifat keajaiban dan mistis.

Pemikiran mengenai pribadi ilah atau dewa yang disembah yang bersifat misteri sudah mengakar dalam pikiran banyak orang πŸ‘₯
Seakan-akan dalam kedaulatan tingkat tertentu atau tidak terbatas dari ilah atau dewa mereka, dewa-dewa atau ilah mereka bisa bertindak semaunya tanpa dimengerti oleh umat.

Umat hanya menerima saja tanpa harus mengerti dan mempersoalkan alasannya.
Mereka pun pada umumnya menerima saja hal tersebut, sebab bagi mereka yang penting illah atau dewa mereka memberi kontribusi yang umat ingini dalam kehidupan di dunia ini.

Illah atau dewa mereka biasanya juga dipandang tidak terlalu mempersoalkan bagaimana gaya hidup umat.
Hal ini berbeda dengan keadaan umat Tuhan, Tuhan πŸ’— sangat mempersoalkan gaya hidup mereka, sebab umat di bumi hanya dipersiapkan untuk memasuki Kerajaan Surga, sebagai anggota keluarga Allah.

Itulah sebabnya orang percaya harus menjadi seperti diri Tuhan πŸ’—sendiri.
Tidak ada agama -selain Kristen yang mengajarkan bahwa umat harus berkarakter seperti Allahnya.
Tuhan memang transenden, tetapi tindakan-tindakan-Nya pasti memuat kebenaran atau hikmah yang dapat dimengerti dan dapat menuntun umat Tuhan kepada kehendak dan jalan-Nya, sebab Tuhan yang transenden berurusan dengan manusia yang imanen (berada dalam jangkauan kesadaran dan akal manusia yang terbatas).

Itulah sebabnya, Allah turun menjadi manusia agar dapat memberi petunjuk dengan jelas bagaimana manusia menyelenggarakan hidupnya.
Tuhan Yesus πŸ’—menyatakan bahwa tidak seorang pun mengenal Bapa, selainAnak, dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya (Mat. 11:27).

Pengetahuan mengenai Bapa dan Anak maksudnya adalah bagaimana umat menempatkan diri dengan benar di hadapan Tuhan πŸ’— dan menempatkan Tuhan di tempat yang pantas dalam hidup ini. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Tuhan tidak bermain teka-teki yang rumit dan tak terpahami dalam berurusan dengan umat.

Hendaknya jangan karena Tuhan adalah Tuhan πŸ’— yang transenden, maka dalam memahami tindakan Tuhan yang berkenaan dengan manusia juga serba transenden.
Tindakan Tuhan menyangkut keadaan manusia di bumi ini -apalagi keadaan di kekekalan nanti- harus dimengerti bukan sebagai sesuatu yang misteri.

Tuhan pasti menyatakan kebenaran dari kehendak-Nya, dan umat harus berjuang untuk memahaminya dengan benar.
Sebab kalau tindakan Tuhan πŸ’— yang berkenaan dengan kehidupan umat-Nya seperti teka-teki yang tidak bisa dipahami, maka umat berjalan dalam gelap.

Umat tidak tahu dengan tepat bagaimana harus bersikap terhadap Tuhan. Hal ini sangat mengerikan. Tuhan πŸ’— yang Maha Bijaksana tidaklah demikian.
Walaupun Ia transenden, tetapi tindakan-tindakan-Nya pasti dipahami oleh umat yang juga adalah anak-anak-Nya.

Oleh sebab itu, sebagai umat dan anak-anak-Nya, kita harus mengerti apa, bagaimana dan mengapa Allah πŸ’— melakukan suatu tindakan, sebab umat harus sempurna seperti Bapa.
Kekristenan adalah jalan hidup yang luar biasa.

Alkitab πŸ“š yang menjadi “the way of life” umat pilihan, menyajikan Allah yang transenden tetapi dalam berurusan dengan manusia yang imanen, tindakan-Nya pasti memuat kebenaran yang memberi pelajaran, agar manusia yang hidup kemudian hari setelah zaman Alkitab ditulis dapat menempatkan diri dengan benar di hadapan Tuhan, dan memperlakukan Tuhan secara benar.

Jadi ajaran yang mengajarkan bahwa tindakan Tuhan πŸ’— tidak bisa dimengerti karena Tuhan berdaulat (khususnya dalam menentukan manusia yang selamat) bukanlah pengajaran yang sesuai dengan nafas kebenaran Alkitab.

Pengajaran ini tidak mendorong secara proporsional kepada umat untuk mencari Tuhan agar memiliki pengenalan yang benar; dimana pengenalan tersebut sangat menentukan kualitas hidup dan relasinya dengan Tuhan serta respon-responnya terhadap Tuhan πŸ’— dan tindakan-Nya.
Hal ini sangat menentukan kualitas dari iman dan proses perubahan karakter yang dialami seseorang.


JBU

https://overcast.fm/+IqOBL9oPY

Senin, 25 Juni 2018

RH Truth Daily Enlightenment “SELALU MELALUI PROSES” Pdt. Dr. Erastus Sabdono  26 Juni 2018

Pada umumnya orang meyakini dan memahami cara Allah πŸ’— mengeraskan hati atau melembutkan hati seseorang, yaitu dengan cara berintervensi ke dalam jiwa manusia, dan mengeraskan hati atau melembutkannya.

Fenomena seperti inidapat disebut fenomena spektakuler atau bisajuga bersifat mistis.
Dengan demikian, menurut mereka, banyak tindakan Tuhan πŸ’— yang tidak bisa dimengerti, karena tindakan-tindakan-Nya di luar kemampuan manusia memahaminya.

 Jika hal ini benar, berarti keadaan jiwa manusia adalah sesuatu yang dapat diubah dalam sekejap tanpa mekanisme, tatanan, dan aturan yang jelas. Pada kenyataannya (fakta empiris), dalam kehidupan ini, perubahan yang berkaitan dengan karakter atau watak selalu melalui proses; sangat tidak mungkin orang bisa menjadi baik secara mendadak atau menjadi jahat secara mendadak pula.

Bila ada yang bisa menjadi keras hati secara mendadak, ini yang disebut sebagai mistis.
Hal-hal yang bersifat mistis dan transenden ini adalah hal-hal yang sudah terbiasa menghiasi kehidupan orang beragama. Tidak heran kalau ada doa yang berbunyi: “Ubah hatiku Tuhan”.

Mereka berharap secara mistis ajaib hatinya bisa berubah oleh kuasa Tuhan. Jika ini bisa terjadi, maka Tuhan πŸ’— tidak perlu memberi Amanat Agung-Nya kepada orang percaya untuk memuridkan orang percaya, tidak perlu adanya pembaharuan pikiran dan proses pendewasaan.

Tuhan tidak bekerja secara demikian dalam mengubah karakter atau watak seseorang.
Tuhan πŸ’— mengubah manusia selalu melalui proses, demikian pula dengan iman yang bisa timbul di hati seseorang. Tidak timbul secara mistis, tetapi ada pemberitaan Firman yang harus didengar, dan masing-masing individu harus meresponinya secara benar.

 Dalam perubahan karakter dan kehidupan iman, respon seseorang terhadap anugerah Allah πŸ’— harus dimainkan secara benar, artinya intensif dan berkesinambungan.
 Tidak seperti sebuah titik, tetapi seperti sebuah garis panjang.

Dalam hal ini ketekunan seseorang sangat berperan.
Perjumpaan Nikodemus dengan Tuhan Yesus πŸ’—tidak menghasilkan iman di hati pemimpin agama ini.
Jarang Tuhan memberi waktu dan kesempatan

yang berharga untuk seorang tokoh agama Yahudi seperti kepada Nikodemus ini (Yoh. 3). Walaupun Tuhan Yesus πŸ’— sudah melakukan percakapan langsung dengan Nikodemus, dan mengajak atau menghimbau Nikodemus untuk mengalami kelahiran baru, tetapi Nikodemus menolaknya (Yoh. 3:7).

Ini bukan karena Tuhan tidak menggerakkan hati Nikodemus untuk percaya dengan benar.
 Dalam hal ini, kelahiran baru bukan sesuatu yang dikerjakan Tuhan secara sepihak, harus ada respon individu.
Respon negatif seperti Nikodemus juga ditunjukkan oleh orang kaya dalam Matius 19, sehingga tidak menghasilkan kelahiran baru yang menyelamatkan. Tuhan πŸ’— sudah memberi kesempatan mengadakan percakapan, tetapi orang kaya itu tidak memberi ruang hidupnya bagi Tuhan.

Orang kaya ini menolak menjual segala miliknya, membagikan kepada orang miskin dan mengikut Tuhan Yesus sebagai penolak bukan karena hatinya dikeraskan, tetapi karena ia tidak bersedia melepaskan hartanya (Mat. 19:22).
Ia pergi dengan sedih karena tidak beroleh hidup kekal, ia lebih memilih hartanya.

Berbeda dengan perjumpaan Saulus (Paulus) dengan Tuhan Yesus πŸ’— dalam perjalanan ke kota Damsyik -ketika Paulus memburu orang Kristen untuk dianiaya- menghasilkan iman dan pertobatan yang benar (Kis. 9).
 Tentu hal ini tidak disebabkan oleh adanya faktor-faktor di luar diri Saulus, seperti misalnya Tuhan berintervensi ke dalam jiwa Saulus.

Firman Tuhan tidak menulis bahwa Tuhan πŸ’— yang menggerakkan hati Saulus (Paulus) untuk bertobat dan meresponi Tuhan Yesus dengan respon yang benar. Paulus sendiri yang meresponi tindakan Tuhan dengan respon positif, tentu dari dalam dirinya sendiri. Inilah kehendak bebas tersebut.

Latar belakang seseorang juga menentukan responnya terhadap Tuhan dan tindakan nya.Saulus seorang pecinta Yudaisme yang fanatik.
Ia berusaha membela Allah (Elohim Yahweh) dengan segenap hati.

Tidak segan-segan melakukan pembantaian dan pembunuhan terhadap sekte-sekte yang dianggap menciderai Elohim Yahweh.
Pengikut Yesus πŸ’—dianggap sebagai komunitas yang menciderai Yahweh. Itulah sebabnya ia berusaha memunahkannya.
Ia dengan tulus membela Allah (Yahweh) yang diyakini sebagai satu-satunya Allah πŸ’— yang benar yang disembah nenek moyangnya. Saulus tidak munafik.

Saulus memiliki integritas yang baik, tetapi dalam ketidaktahuan terhadap kebenaran. Ia tidak tahu bahwa yang dilawan adalah Yahweh sendiri. Itulah sebabnya Allah memberikan tindakan khusus kepadanya. Selanjutnya, ketika Paulus mengikut jalan Tuhan, ia tidak takut menghadapi pengucilan, aniaya bahkan kematian.

Hal ini menunjukkan integritasnya yang sangat baik.
Berbeda dengan Nikodemus yang satu sisi masih mau memiliki kehormatan sebagai pemimpin agama (Yudaism), tetapi di pihak lain ia juga mengakui kebenaran Rabi dari Nazareth yang dicap oleh para pemimpin agama Yahudi sebagai sesat. Ia bermuka dua.
Tidak bersedia menerima Yesus sebagai utusan Allah secara konsekuen, tetapi juga tidak menolak-Nya. Ini sikap berkhianat terhadap komunitasnya sendiri.

 Nikodemus sosok orang yang tidak memiliki integritas.
 Ia mendengar langsung apa yang diajarkan Tuhan Yesus πŸ’—, tetapi ia tidak memercayai dengan sikap percaya yang benar.
Hal ini menunjukkan dengan jelas, bahwa keadaan individu yang melahirkan keputusan, yang menentukan nasib atau keadaan seseorang.

JBU

https://overcast.fm/+IqOBrZCLs

Minggu, 24 Juni 2018

RH Truth Daily Enlightenment “TATANAN YANG TIDAK MISTIS” Pdt. Dr. Erastus Sabdono  25 Juni 2018

Dalam Roma 9:17 tertulis: Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: “Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memerlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.

Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.” Biasanya ayat ini digunakan sebagai landasan orang-orang yang memiliki pandangan bahwa Allah πŸ’—  menentukan keselamatan individu.

Kemudian mereka mengokohkan pandangan mereka dengan pernyataan, bahwa Allah πŸ’— dengan kedaulatan-Nya menaruh belas kasihan kepada siapa Allah menaruh belas kasihan, dan mengeraskan hati orang yang Allah kehendaki untuk dikeraskan.

Untuk dapat memahami secara benar Roma 9:17, kita harus menangkap makna orisinalayat asal dimana Paulus mengutipnya.
Roma 9:17 ternyata dikutip Paulus atau diambil dari Keluaran 9:16, … akan tetapi inilah sebabnya Aku membiarkan engkau hidup, yakni supaya memerlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.

Para teolog yang sudah memiliki premis yang salah bahwa Allah πŸ’— menentukan keselamatan setiap individu membangun pandangan bahwa demi nama-Nya masyhur, maka Allah mengorbankan Firaun.
Mengorbankan Firaun dengan mengeraskan hatinya.

Dari hal tersebut, seakan-akan mereka menemukan peneguhan bahwa Allah πŸ’— berdaulat melakukan apa saja yang Allah ingini, termasuk dalam pemilihan manusia yang diselamatkan dan yang lain tidak menerima keselamatan.

Dalam pandangan mereka, Allah mengeraskan hati Firaun sehingga ia dapat menjadi “boneka” Tuhan untuk memasyhurkan nama-Nya. Ini suatu pandangan yang picik dan sangat dangkal.
Mereka tidak memperhatikan seluruh konteks kisah dalam kitab Keluaran tersebut.

Tentu Allah yang sangat baik, tidak akan bertindak demi memasyhurkan nama-Nya, mengorbankan jiwa seseorang. Walaupun Firaun bangsa kafir, dan memang keturunan orang jahat, Tuhan πŸ’— tentu tidak betindak gegabah.
Kalau Firaun kemudian menjadi alat untuk memasyhurkan nama Allah (Elohim Yahwe), hal tersebut karena memang Firaun memilih menentang Allah dari kehendak bebasnya, maka Allah menggunakan kondisi tersebut membuat nama-Nya masyhur.

Kemasyhuran nama-Nya, juga bukan karena Allah πŸ’— gila hormat, tetapi supaya bangsa Israel sebagai umat pilihan, mengenal Allahnya.
Dalam Alkitab kita menemukan pernyataan yang mengesankan, bahwa secara mistis Tuhan mengeraskan hati seseorang, seperti misalnya Allah mengeraskan hati Firaun (Kel. 4:21; 7:3; 9:12; 10:27; 11:10; 14:4).

Kemudian berkembang lagi pemikiran bahwa Yudas ditentukan Allah untuk berkhianat kepada Tuhan Yesus πŸ’—
Menurut mereka, Yudas terpilih sebagai anak kebinasaan, dan Yudas tidak dapat menghindarinya.

Hal ini sama dengan persepsi bahwa Allah membuat Yudas mencintai uang sampai taraf ekstrem menjual Gurunya atau mengeraskan hati Yudas untuk berkhianat kepada Yesus.
Demikian pula dengan kasus Esau dan Yakub bahwa Tuhan πŸ’— memilih Yakub, sehingga Esau (harus) menjadi orang yang tidak layak menerima warisan berkat Perjanjian dari Ishak.

Kalau Allah menentukan Yakub menjadi umat pilihan -bukan Esau-, berarti Esau harus di-“setting” tidak pernah menjadi baik.
Tuhan harus merancang peristiwa demi peristiwa sampai akhirnya Esau jadi jahat, atau sebaliknya,Yakub menjadi baik sehingga dapat menerima warisan.

 Hal ini sama dengan mengeraskan hati Esau untuk tetap menjadi orang yang tidak baik. Apakah Allah yang kasih adanya bertindak demikian? Tentu tidak.
Kalau Allah πŸ’—digambarkan dengan gambaran demikian, maka berarti menciderai Allah, sebab Allah seperti itu adalah Allah yang tidak agung.

Tetapi sesungguhnya Allah yang benar tidaklah demikian.
Gambaran mengenai Allah seperti itun merupakan sebuah penggambaran yang jauh dari eksistensi Allah yang sebenarnya.
Dalam kehidupan ini ada tatanan yang tertib yang bertalian dengan keadaan jiwa manusia.

Keadaan jiwa manusia tidak pernah bisa diubah secara mistis.
Mistis artinya hal yang berkaitan dengan tindakan yang bersifat gaib yang tidak terjangkau oleh akal manusia.

Kata mistis jika dihubungkan dengan Tuhan πŸ’— berarti tindakan Tuhan yang transenden (segala tindakan di luar kemampuan manusia untuk melakukan dan mengerti).
Banyak orang memahami bahwa Tuhan masuk ke dalam pikiran atau hati manusia, kemudian melakukan tindakan “spektakuler” mengubah komponen manusia yang tidak kelihatan (hati dan pikiran manusia), sehingga manusia melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah, apakah hati menjadi keras atau tidak, apakah menjadi baik atau tidak, bisa menerima anugerah atau menolaknya.

Seakan-akan semua dikerjakan Tuhan πŸ’— dalam diri seseorang.
Dengan hal ini diyakini bahwa Tuhan bisa intervensi di kedalaman jiwa (terdapat pikiran, perasaan, dan kehendak) manusia secara mutlak, sehingga seseorang bisa dikendalikan sepenuhnya oleh Tuhan.
Ini adalah pandangan salah yang saorangfatal.


JBU.

https://overcast.fm/+IqOC3JrdE

RH Truth Daily Enlightenment “LANDASAN KEMURAHAN ALLAH” Pdt. Dr. Erastus Sabdono  24 Juni 2018

Terkait dengan pembahasan bab ini, kita perlu mengoreksi pandangan banyak teolog yang memungut ayat dalam Yesaya 64, dan ternyata keluar dari konteksnya.
Yesaya 64:6 tertulis: Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.

Kesalehan bangsa Israel pada zaman pembuangan dan paskapembuangan yang jahat tersebut berkualitas seperti kain kotor.
Hal ini menunjukkan betapa rusaknya bangsa itu pada zaman tersebut.
Sangatlah keliru, kalau kemudian ayat itu dikenakan untuk semua manusia yang hidup di bumi.

Pertanyaannya apakah Ayub termasuk di dalamnya? Henokh? Abraham, dan lain sebagainya?
Hal ini terjadi hanya karena mereka membangun teologi predestinasi yang salah.
Hal ini sekilas terkesan bukan masalah besar, tetapi sebenarnya memiliki implikasi yang sangat luas dalam memahami konsep keselamatan.

Dari penafsiran mereka, maka terbangun pandangan bahwa tidak ada seorangpun yang baik, jadi kalau seseorang bisa selamat, hal itu karena pemilihan Allah πŸ’—berdasarkan kedaulatan-Nya secara sepihak.
Dalam Roma 9:16 tertulis: Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.

Menganalisis ayat ini, kita harus tetap dalam konteks: bagaimana Allah memberi kasih karunia dan belas kasihan kepada Musa. Hendaknya ayat ini tidak dibawa kepada konteks yang berbeda atau tidak simetris.

Jika dipertanyakan mengapa Allah πŸ’— memberi kasih karunia dan belas kasihan kepada Musa, maka jawabnya ada di dalam keluaran 33:17 – “Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau.”

Kata mengenal dalam teks aslinya adalah yada (Χ™Χ“Χ’), yang artinya mengenal karena menikmati atau mengalami.
Kata ini digunakan dalam Kejadian 4:1 Kemudian manusia πŸ‘₯ itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.”

Kata bersetubuh dalam teks aslinya juga menggunakan kata yada. Penjelasan dalam paragraf ini juga menjadi pertimbangan mengapa Allah πŸ’— memilih Yakub. Sebab Yakub memang lebih baik dari Esau dan layak menerima “Berkat Perjanjian”; bahwa dari keturunan Abraham semua bangsa di bumi akan diberkati.
Dalam hal ini, Allah tidak sembarangan memilih.

Tentu saja kemurahan hati Allah tidak ditujukan kepada sembarang orang. Seperti yang telah dijelaskan bahwa di dalam Diri Allah πŸ‘₯ ada tatanan. Dalam memberikan kasih karuna dan belas kasihan pun pasti berdasarkan tatanan di dalam Diri Allah yang sempurna.

Kemurahan hati Allah pasti ditujukan kepada orang-orang tertentu dengan landasan sesuai dengan sifat dan hakikat Allah πŸ’— yang kasih, kudus, adil, mulia, bijaksana dalam segala kesempurnaan-Nya. Memang hal ini merupakan misteri Ilahi.

Tetapi dari memahami hakikat dan karakter Allah di dalam Alkitab πŸ“š, kita dapat menyimpulkan bahwa Allah bertindak berdasarkan tatanan dan hukum di dalam Diri-Nya. Dalam hal ini sudah sangatlah pasti bahwa Allah tidak akan pernah bertindak sewenang-wenang tanpa tatanan yang sempurna.

Jadi, sangatlah adil kalau Allah memilih Yakub dan menolak Esau.
Ada dasar atau alasan Allah bertindak demikian. Demikian pula dalam pemilihan Allah πŸ’— atas bangsa di luar Israel sebagai umat pilihan atau menjadi bagian dari umat pilihan Allah.

Israel sejati bukanlah mereka yang berdarah keturunan Yakub saja, tetapi yang memiliki iman seperti Abraham.
Adalah adil kalau bangsa-bangsa ‘kafir’ menjadi umat pilihan yang kekal atau umat pilihan permanen sampai kekekalan, karena iman kepada Yesus Kristus.

Allah memiliki alasan untuk bertindak demikian, sebab walau bangsa Israel adalah umat pilihan secara darah daging dengan segala hak istimewa, tetapi mereka menjadi keras kepala dan tegar tengkuk dengan menolak kasih karunia dalam Yesus Kristus πŸ’—, sehingga mereka tertolak.
Allah memiliki alasan menolak mereka.

Dengan penolakan Allah atas bangsa Israel dan menerima bangsa lain menjadi Israel yang sejati (umat pilihan yang permanen), bukan berarti Allah tidak adil.
Justru itulah keadilan Allah.

Bangsa Israel menolak Mesias bukan karena direkayasa oleh Allah, bukan karena Allah πŸ’— tidak memberi kasih karunia dan belas kasihan-Nya, tetapi karena keras hati dan kesombongan hati bangsa Israel.

Inilah yang membuat Paulus berdukacita, bahkan rela terlaknat demi saudara-saudara sebangsanya.
Terkait dengan hal ini, Paulus mau menunjukkan bahwa cara Allah memberi keselamatan adalah kebijaksanaan-Nya, tidak ada yang dapat mengatur Allah.

Kesalahan bangsa Israel, yaitu karena mereka mau membangun kebenarannya sendiri, sehingga mereka menolak “jalan Tuhan” yang telah diberikan Bapa πŸ’— kepada manusia melalui karya salib Tuhan Yesus.
Kalau pada akhirnya Allah menolak bangsa Israel -sehingga mereka tidak menjadi umat pilihan yang permanen bagi Allah, bahkan memilih bangsa-bangsa lain menjadi umat pilihan- bukan berarti Allah tidak adil.


JBU

https://overcast.fm/+IqODNHlxo

Sabtu, 23 Juni 2018

RH Truth Daily Enlightenment “BUKAN KEDAULATAN YANG SEWENANG-WENANG” Pdt. Dr. Erastus Sabdono 23 Juni 2018

Untuk menegaskan pemilihan Allah πŸ’— atas Yakub, Paulus mengutip ucapan Tuhan : Sebab Ia berfirman kepada Musa: “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.”
Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah (Rm. 9:15-16).

 Ayat-ayat ini tidak boleh ditafsirkan sembarangan dan dipisahkan dari konteks ayat sebelumnya yang berbicara seputar pemilihan Yakub dan penolakan-Nya terhadap Esau.
Untuk memahami secara benar pernyataan Paulus dalam Roma 9:14-16, maka kita harus menghubungkan dengan kisah yang dialami Musa dalam Keluaran 33, sebab pernyataan Paulus dalam Roma 9:15 diambil dari peristiwa yang ditulis dalam Keluaran 33.
Untuk ini, kita harus teliti menganalisis kisah yang terjadi dalam Keluaran 32-33.

Meninjau peristiwa dalam Keluaran 32-33 tersebut, harus dimulai dari melihat kelakuan bangsa Israel yang mendukakan hati Allah (Elohim), yaitu tindakan mereka membuat patung anak lembu emas untuk disembah pada saat Musa naik gunung Sinai. Hal ini membuat Tuhan πŸ’— murka dan hendak meninggalkan bangsa tersebut; Tuhan bermaksud tidak menyertai mereka lagi dalam perjalanan ke Kanaan.

Menyikapi hal tersebut, Musa memohon kepada Tuhan, agar Tuhan πŸ’— tidak meninggalkan bangsa tersebut.
Musa rela namanya terhapus dari kitab yang Allah telah tulis (Kel. 32:32). Musa memohon kepada Tuhan, seperti membujuk Tuhan, agar tetap menyertai bangsa tersebut dan tidak membuat bangsa itu berjalan sendiri tanpa tuntunan-Nya.

Selanjutnya, Musa juga mohon kepada Tuhan agar Tuhan πŸ’— berkenan memperlihatkan kemuliaan-Nya kepada Musa.
Tuhan mengabulkan permintaan Musa, yaitu berkenan menunjukkan kemuliaan-Nya yang gemilang kepada Musa (Kel. 33:18-19).

Dari peristiwa ini muncul ayat yang ditulis Paulus dalam Roma 9:15 (Sebab Ia berfirman kepada Musa: “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.”). Adapun dalam Keluaran 33:19 Tuhan berfirman: Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.”

Pernyataan ini mengesankan bahwa Tuhan πŸ’— memberi kasih karunia kepada siapa yang Tuhan mau memberi atau sebaliknya, tidak memberi kasih karunia dan belas kasihan kepada orang yang Tuhan tidak berkenan memberi belas kasihan dan kasih karunia-Nya.

Jadi, sangat dipaksakan dan benar-benar keluar konteks kalau Keluaran 33:19 menjadi dasar premis bahwa Allah πŸ’— memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan masuk ke dalam surga karena dibelaskasihani oleh Allah, dan yang lain tidak selamat karena tidak menerima kasih karunia dan dibelaskasihani Allah.

Dari hal ini dikesankan bahwa Allah tidak menaruh belas kasihan kepada semua orang.
Juga dikesankan dengan jelas bahwa Allah πŸ’— tidak mengasihi semua orang. Dipetakan oleh orang yang berpandangan demikian bahwa Allah hanya memberi belaskasihan dan kasih karunia kepada orang tertentu.

Jika dipersoalkan: Mengapa demikian? Apa dasarnya? Biasanya jawabnya adalah kedaulatan Allah.
Betapa mengerikan memiliki Allah seperti ini. Allah yang “gelap” sama sekali.
Bisa dimengerti jika mereka berpandangan bahwa Allah memilih Yakub karena “mau-mau”-Nya sendiri tanpa bisa dipahami sama sekali maksud-Nya tersebut.

Dari hal ini, mereka mengokohkan doktrin predestinasi yang bertentangan dengan kebenaran Alkitab πŸ“š
Satu hal yang harus ditanamkan, bahwa kedaulatan Allah bukanlah kedaulatan yang sewenang-wenang, sehingga bertentangan dengan hakikat kasih dan keadilan-Nya.

Mengapa sampai teolog-teolog tertentu mengambil ayat dalam Roma 9:15 sebagai dasar premis predestinasi ? Hal ini terjadi atau disebabkan karena memang tidak ada dukungan ayat yang kuat yang menunjukkan bahwa Allah menentukan sekelompok orang selamat dan yang lain binasa.

Jadi, mereka membabi buta memungut ayat Alkitab πŸ“š yang dapat mendukung premisnya, walau hal itu di luar konteksnya. Ironisnya mereka adalah orang-orang terpelajar di Sekolah Tinggi Teologi, yang seharusnya dalam mengeksegesis Alkitab menggunakan hermeneutik dan prinsip eksegesis yang baik secara ketat.

Hendaknya kita tidak menghubungkan atau membuat relasi antara keselamatan individu dengan kasih karunia atau belas kasihan yang Allah πŸ’— berikan kepada Musa. Dalam perikop Roma 9:14-16, Paulus menyejajarkan kemurahan hati Allah terhadap Musa dengan kemurahan hati Allah terhadap Yakub.
Yakub bukan orang sempurna.

Yakub menerima hak kesulungannya dengan menipu ayahnya, tetapi Allah berkemurahan atas Yakub.
 Dan ternyata memang Yakub layak dibelaskasihani, sehingga menjadi nenek moyang bangsa Israel yang menurunkan Mesias. Bagaimanapun kualitas hidup Yakub berbeda dengan Esau.

JBU


Kamis, 21 Juni 2018

Sabtu, 19 Mei 2018 Seminar " Menyingkap Hal - Hal Terselubung Dalam Kitab Wahyu" Sesi 1 - 3 Pdt. Dr. Erastus Sabdono

🌷Sesi 1 :
Kalau kita meneliti kitab Wahyu maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa sebenarnya Kitab Wahyu menggambarkan dari perjalanan sejarah Surga dan bumi.

Jadi bukan membahas apa yang sudah terjadi, bukan membahas apa yang terjadi, tetapi :
- Apa yang sudah terjadi sebelum dunia dijadikan.
- Apa yang sudah terjadi sebelum zaman kita.
- Apa yang sekarang sedang berlangsung dan 
- Apa yang nanti akan terjadi.

Jadi Kitab Wahyu memuat fragmen kisah dimulai
- Sejak iblis jatuh
- Sejak lusifer memberontak.
- Penciptaan alam semesta
- Keadaan zaman pada waktu kitab Wahyu ditulis
- Keadaan dunia kita sekarang ini yang kita jalani, segala gerakan yang terjadi di bumi sampai
- Kepada penghakiman dan kehidupan yang baru nanti.

Tentu di dalam Kitab Wahyu juga termuat prinsip - prinsip teologis yang di dalamnya memuat prinsip - prinsip kehidupan yang bisa kita timba.

Jadi kita bukan hanyyangngisi pikiran kita dengan pengetahuan,
harus ada implikasi konkret yang mengarahkan perjalanan hidup kita.
Apa yang harus kita πŸ‘₯lakukan, bagaimana kita mengisi hari hidup kita ?

Rentang waktu yang dikemukakan kitab Wahyu dimulai dari sejarah Surga.
Wahyu 12
yang menunjuk kejadian di Surga di mana terjadi pemberontakan Lusifer juga mengisahkan malaikat - malaikat.
1/3 bintang - bintang disesatkan.
Hal ini terjadi pada sebelum perjalanan waktu
sebelum Adam dan Hawa diciptakan.

- Wahyu 12
menunjuk pada peristiwa yang pernah terjadi di Surga yang ditulis
Yesaya 14 : 12 - 19
Yehezkiel 28 : 12 - 18
Yaitu : mengenai pemberontakan lusifer.

- Selanjutnya Kitab Wahyu memuat perjalanan pekerjaan Tuhan Yesus πŸ’— yaitu pemberitaan Injil dan segala tantangannya.

- Kitab Wahyu kemudian memuat pergerakan - pergerakan yang terjadi di bumi ini, dan pemberitaan Injil dari Eropa dan sebagian Asia.

- Kemudian krisis ekonomi yang melanda dunia.
Munculnya Kekuatan - kekuatan yang akan mewarnai dunia ini.
- Akan munculnya
bencana dan lain sebagainya.
Bencana di situ maksudnya ekosistem bumi 🌏 yang rusak, sehingga akan ada badai di langit, badai bumi, gempa, erupsi, dan lain sebagainya.

Kalau kita baca Kitab Wahyu banyak tanda - tanda dan simbol - simbol.
 Dan itu harus dipahami secara figuratif.
Tidak boleh kita pahami secara fisik atau secara harafiah.

Kita tidak boleh memandang kitab wahyu
dengan pikiran dan contemporer pikiran modern kita.
Tidak boleh kita membaca kitab Wahyu dengan 
perspektif atau sudut pandang kita hari ini.

Kita harus masuk ke dalam
pola pemikiran manusia πŸ‘₯ zaman itu.
Jadi tanda atau Simbol merupakan pelita yang dinyatakan secara tidak terang - terangan.
Dinyatakan secara terselubung atau tersembunyi.

Hanya orang-orang yang menjadi address atau penerima surat Wahyu yang memahami kunci tanda atau simbol  tersebut yang memahami kitab Wahyu.

Di dalam tanda atau simbol yang termuat dalam kitab Wahyu ada hubungan atau relasi konkrit antara yang konkrit dan abstrak.
Di mana yang konkrit diilustrasikan secara abstrak.

Supaya hanya orang - orang πŸ‘₯ yang menerima surat Wahyu yang bisa memahami.
Surat ini ditulis pada waktu orang-orang Kristen di dalam aniaya yang luar biasa.

Tidak perlu mereka memahami dan kembali kepada firman, mutiara bukan untuk babi dan
barang kudus bukan untuk anjing.

Satu hal yang tak dapat disangkal bahwa Kitab Wahyu pasti sudah dipahami oleh orang-orang πŸ‘₯ pada zaman itu.
Tidak mungkin surat itu ditulis dengan isi di mana si penerima surat tidak tahu sama sekali isinya.
Ini kunci penting yang harus kita pahami.

Tuhan tidak mungkin berbicara kepada jemaatnya secara teka - teki, sehingga jemaat tidak mampu memahami isinya sama sekali.
Jadi kitab Wahyu harus kita pahami dengan pikiran orang pada zaman itu.
Sedekat - dekatnya dengan pikiran orang pada zaman itu.

Walau tentu tidak menutup kemungkinan ada bagian - bagian kitab Wahyu yang tidak bisa mengerti sama sekali.
Tetapi pasti sebagian besar penerima surat Wahyu atau  Kitab Wahyu 7 jemaat πŸ‘₯ mengerti isinya.
Jadi kalau Tuhan berbicara kepada jemaatnya,
Tuhan tidak berbicara secara teka - teki, jemaat pasti mampu memahami isinya.

Bila isi surat dan penglihatan yang diterima Yohanes tidak dimengerti oleh  jemaat, maka sia - sialah isi surat yang ditulis kepada jemaat itu.
Surat Wahyu dibacakan di depan jemaat.

Kitab Wahyu adalah : surat yang mengandung berita atau pemberitahuan, itu berarti pasti dimengerti, paling tidak sebagian.
7 jemaat penerima kitab Wahyu.
Pada waktu itu jelas ada.
Dan puji Tuhan
peninggalannyapun masih ada.

Walaupun sudah menjadi puing, tetapi 7 itu benar -benar ada.
Walaupun tidak ada jemaat.
Tetapi ini menjadi satu  monumen, bahwa benar Kitab Wahyu pernah ditulis.
Jadi kalau sampai tidak ditemukan 7 jemaat tersebut.
Sekarang ada di wilayah Turki.
Omong kosong kitab Wahyu.

Jadi Tuhan πŸ’— menyisakan seperti tembok Yerusalem, disisakan dinding temboknya.
Supaya orang jangan   berkata tidak pernah ada.  Disisakan, walaupun tidak ada batu terletak di atas batu itu.
Di bawah lorong itu ada jalan, ini luar biasa, walaupun tertimbun tetap ada.

Semua jemaat yang 7, itu bukan lambang atau simbol.
Ke 7 jemaat itu ada, bukan sebuah personifikasi saja , itu betul - betul ada dalam lingkungan dunia kafir yang sedang mengalami  penganiayaan.
Peninggalan gereja πŸ’’ tersebut yang sekarang ini tinggal puing masih ada.

Jemaat pada waktu itu membutuhkan penguatan dan penghiburan,
Itu sebabnya Kitab Wahyu ditulis.
Agar mereka yang sedang mengalami penganiaya hebat dan orang percaya sepanjang zaman di segala tempat dapat menerima kebenaran dari Kitab Wahyu.
Dan efektif untuk orang pada zaman itu.
Oleh karena itu cara berpikir kita πŸ‘₯ harus mendekati situasi jalan hidup orang pada zaman itu.

Kenapa Kitab Wahyu disamarkan ?
Karena ada berita atau  pemberitahuan dan penglihatan Yohanes.
Itu pasti disamarkan supaya hanya mereka saja yang tahu.

Misalnya : ada satu bentuk, supaya bentuk ini tidak diketahui, ditambahi diberi berbagai ornamen sampai aslinya tidak kelihatan.

Oleh karena itu kita harus mengerti Kitab Wahyu dengan cerdas.
Menemukan kunci dan menemukan kalimat intinya sehingga kita bisa menangkap maksud utama dari tulisan tersebut.
Harus berpikir dengan manusia logika.

Untuk menyamarkannya ditampilkannya banyak simbol - simbol yang membingungkan.
Jemaat Tuhan πŸ‘₯ tidak harus mengurai setiap simbol - simbol itu.

Dan ini salahnya banyak orang memahami kitab Wahyu karena setiap simbol harus diurai.
Kita harus hati - hati kalau Tuhan πŸ’— belum menyingkapkan.
Intinya kita bisa mengerti, bisa menangkap pesan utamanya tidak dikacaukan dengan simbol - simbol dan tanda - tanda yang sengaja disamarkan.

Hal ini bukan berarti tanda dan simbol tidak diperhatikan, tapi jangan terikat ornamen yang bermacam - macam itu.
Yang penting kita mengerti maksud Allah.

Dalam Wahyu pasal
Yohanes menulis Wahyu dari Allah Bapa πŸ’— bukan dari  Tuhan Yesus.
Kepada Tuhan Yesus.
Di Perjanjian Lama kita sering mendengar Malakh Yahwe.
Itu adalah Tuhan Yesus sejak dulu sebelum menjadi manusia, sudah sering jadi utusan.

Bedanya dengan Malaikat biasa yang disembah menolak keras.
Tapi malaikat yang satu ini, Mengapa disebut malaikat ?
karena menjadi utusan /malaf, itu utusan yang khusus.
Sama dengan Perjanjian Baru malaikat menjadi utusan, Yesuspun utusan tetapi untuk hal yang besar yang penting, yang prinsip menjumpai  Yosua, Musa.

Ketika Yohanes hendak menunjuk bahwa  dimaksud Tuhan Yesus πŸ’—
Yohanes menggunakan penggambaran - penggambaran sosok seperti :
- Di tengah - tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak manusia
berpakaian jubah yang panjangnya sampai ke kaki
- Dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah
- MataNya bagaikan nyala api
- KakiNya mengkilat bagaikan tembaga membara di dalam perapian.
- Suaranya bagaikan desau air bah.

Tetapi ternyata sosok ini berkata," Jangan takut !
Akulah Yang Awal dan Yang Akhir dan Yang
 Hidup ".
ini adalah Tuhan Yesus πŸ’—,
orang - orang percaya tahu.

Contoh yang lain misalnya di Wahyu 12 : 17
Makalah marahlah naga itu kepada perempuan itu lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum - hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus ?
Siapa itu ?

Kata hukum dalam teks aslinya adalah entole.
Dan memiliki perjanjianku sebagai sarana.
Jadi ada penjelasan - penjelasan kalimat - kalimat yang nanti akan menunjuk siapa yang dimaksud.
Kalau orang melihat ornamen yang bermacam - macam menjadi ruwet.
Paling tidak menjadi tidak yakin.

Dengan penggambaran sosok yang unik yang tidak jelas, orang jadi tidak menemukan sosok itu. Tetapi bagi orang percaya πŸ‘₯ bisa menemukan bahwa itu adalah Tuhan Yesus.

Siapa anak yang mau dimakan naga itu yang dirampas dan dibawa lari kepada Allah ?
Langsung kita tahu itu adalah Tuhan Yesus.

Di seluruh perikop itu tentang Yesus.
Cara membaca Kitab Wahyu, harus memperhatikan bahwa tanda - tanda dan simbol - simbol tidak selalu memiliki pengertian yang sama.
Dan ini yang paling membingungkan.

Misalnya di Wahyu 12
Ayat 1,4,6,12,17 semua   perempuan.
Bagaimana Kata perempuan dalam pasal - pasal itu tidak memiliki arti yang sama.
Tetapi pasti bertalian dan berkaitan, tidak ada pertentangan.

Wahyu 12 :
1
Tidak mungkin ini sosok  bisa kelihatan karena matahari tidak bisa dilihat.
Kalau bisa kelihatan orang sudah buta.
Apalagi pada waktu itu orang tidak punya kacamata untuk melihat matahari.

Wahyu 12 : 4
Perempuan itu adalah Roh Kudus yang melahirkan Tuhan Yesus.

Wahyu 12 : 6
Perempuan di sini adalah gambaran orang percaya πŸ‘₯ yang teraniaya.
Orang Kristen di dalamnya ada Roh Kudus.
Perempuan - perempuan tidak selalu artinya sama tetapi tidak bertentangan.

Wahyu 12 : 17
Perempuan yang terakhir di sini menunjuk kumpulan umat pilihan yang menjadi saksi.
Ada 2 saksi :
1. Yang punya hukum ( entole )
2. Yang punya perjanjian kesaksian Yesus.

Naga itu berusaha untuk bisa menghabisi dua saksi ini.
Perempuan di sini adalah kelompok atau kumpulan dari umat pilihan, benih ilahi.
Banyak pendeta salah menafsirkan Kitab Wahyu.

Wahyu 12 : 6
Gereja - gereja πŸ’’ kharismatik memahami perempuan itu orang percaya.
Dikejar koq bisa melahirkan Yesus ?
Masak gereja melahirkan Yesus ?
Masak gereja melahirkan  Yesus yang memiliki  entole / perjanjian.

Gereja - gereja kharismatik pada umumnya percaya itu adalah pengangkatan 3,5 tahun, yang tidak setia ditinggalkan.
Itu salah.
Yang dtinggalkan harus menebus keselamatan dengan darahnya, itu tidak ada ayatnya.

Bagaimana dia bisa setia pada waktu aniaya ?
Tidak ada aniaya saja sudah tidak setia, semua tidak logis.
- Th 30 Tuhan Yesus naik surga.
- Th 380 masehi Kekristenan menjadi agama negara.
Selama 3,5 abad
Kalau dilarikan ke padang gurun untuk memelihara dia.
1260 hari itu 3,5 th.
Dipelihara itu bukan diangkat lalu nyaman - nyaman.
Justru di padang gurun itu penderitaan.
Penderitaan itu memelihara iman Kristen.

Buktinya setelah Roma menjadi Kristen, Roma  malah ambruk.
Moral Kristen menjadi rusak.
ketika terjadi aniaya justru menjadi  murni.
3,5 th masa penganiayaan justru usaha memelihara iman Kristen.
Jadi jelas bukan diangkat ke atas seperti bendera naik turun.

Lalu kemudian ditulis di kitab Wahyu sebutan malaikat jemaat itu maksudnya komunitas orang percaya πŸ‘₯ dengan surat Wahyu tersebut.

Jemaat mula - mula sudah tahu, apalagi kita harus lebih tahu Alkitab πŸ“š
Pada waktu itu Injil belum lengkap, belum utuh.
Kita sudah lengkap, kita pasti lebih mengerti isi Kitab Wahyu.
Jangan dikacaukan ornamen - ornamen.
Satu sosok bisa beda maknanya.

Wahyu 4 : 1- 3
Itu lebih menunjuk kepada surat - surat 7 jemaat itu.

Wahyu 4 : 1 - 2
Melihat dengan hati, tidak melihat dengan mata.
Eido memiliki kesamaan dengan Horao
Eido = memahami
Horao = mengerti dengan pikiran.
- Melihat dengan hati dan pikiran.
- Melihat dengan teliti dan- penuh perhatian.
- Mengerti lebih lengkap.

Ini pasti ada pesan.
Dalam hal ini Yohanes menerima penglihatan dalam keadaan sadar penuh.
Jadi bukan dalam keadaan tidak sadar.
Sadar sepenuh.
Ini tidak bisa digambarkan, kecuali kita mendapat penglihatan.
Di sini menggunakam kata Eido.

Yohanes melihat kedahsyatan Surga.
Pasti Yohanes mengalami kesulitan untuk menjelaskan penuh.

Sering kita berkata jagad raya tapi tidak memahami apa sebenarnya jagad raya itu ?

Kata lain dari adalah jagad raya adalah : alam semesta atau universe
Kalau dalam bahasa Ibrani itu Samayim.
Samayim diterjemahkan Surga dalam bahasa Indonesia.

Surga ada di jagad raya ini, di universe ini.
Jadi pada waktu Tuhan Yesus πŸ’— naik ke Surga, Dia naik secara fisik, Dia naik ke Surga itu di satu planet.
Surga itu satu planet.
Ini kalau bicara soal lusifer, bicara soal kejatuhan iblis, maka akan lebih jelas.
Jadi kenaikan Tuhan Yesus ke Surga bukan suatu penglihatan atau mimpi, fakta.
Tetapi Yohanes diperkenankan melihat hal itu.
Bagaimana diperkenankan bisa melihat Surga itu ?

Kalau hari ini kita melihat
teknologi yang begitu maju, teknologi hologram,
tidak sulit....
Apalagi Tuhan melampaui segala teknologi manusia.

Ketika dia melihat secara
hologram, gampang untuk bisa melihat.
Sekarang manusia sudah menggunakan semacam hologram.
Bahkan misalnya orang mau bicara dari Los Angeles dengan teknologi baru seakan - akan kita berhadapan dengan dia, bisa ngomong langsung
Jadi tidak sulit kalau secara teknologi saja.

Tehnologi hologram membuka mata kita πŸ‘₯untuk bisa memahami, bahwa apa yang dilihat Yohanes itu fakta di planet yang lain yang kita sebut Surga itu,
Walaupun Surga itu universe atau jagad raya.
Ditampilkan, dihadirkan di dalam kehidupan Yohanes di Pulau Patmos tersebut.

Surga itu bukan alam Roh, sebab Allah itu mono, maka jagad raya juga mono bukan jagad raya yang lain.
Hal ini menggiring kita kepada keyakinan terhadap dengan keesaan Tuhan bahwa tidak ada alam semesta jagad raya lain selain jagad raya ini.
Tuhan Yesus πŸ’— akan jadi tuan nanti dan Allah Bapa yang menciptakan.

Jadi kalau Surga adalah alam roh, Surga adalah suatu keadaan misteri yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia.

Jika Surga itu alam roh, maka juga Henokh, Musa, Elia tidak mendapat tempat.
Tinggal di mana dia ?

Makanya Ketika Elia dijemput oleh kuda kereta berapi, itu bisa semacam apollo atau semacam pesawat ruang angkasa dengan gemuruh dan api.
Bisa dibawa tetapi Allah dengan kekuasaanNya juga bisa memindahkan tanpa alat itu.

Tetapi alat itu sudah memberi kesan kepada kita bahwa Surga itu sebuah alam fisik.
Dan yang dilihat Yohanes itu alam fisik, sebab di situ ada tua - tua Israel.
Siapa tua - tua itu ?

Pada zaman Ayub ketika
anak - anak Allah di situ malaikat menghadap.
Lalu di situ hadir juga satu sosok iblis, setan, sintetnun.

Tetapi penglihatan yang dilihat Yohanes itu bukan malaikat.
24 tua - tua yang bicara dengan Yohanes pakai bahasa yang Yohanes tahu.
Berarti pasti pakai bahasa mereka.

Siapa tua - tua ini ?
Ketika Yesus bangkit dari kubur, maka orang - orang saleh juga bangkit bersama - sama Dia.
Masuk kota suci artinya : masuk kota Yerusalem.
Dan Penduduk Yerusalem
Kata Alkitab melihat fisik,
tentu tidak bisa ditemukan bagaimana Tuhan memindahkan kloter ini.
Tetapi dalam kitab Efesus mengatakan Dia turun ke kerajaan maut membawa tawanan - tawanan ke tempat tinggi.

Jadi penglihatan Yohanes ini ada 24 tua - tua.
Siapa mereka ?
Tidak bisa tidak ada jawaban kecuali
orang-orang saleh di Perjanjian Lama.
Bukan tidak mungkin ada Daniel, ada Samuel di situ,
24 tua - tua di situ.

Zaman Ayub tidak ada tua - tua itu, yang menghadap Allah itu malaikat.
Sekarang ada tua - tua.
Tua - tua ini juga bicara dalam bahasa yang Yohanes tahu, luar biasa.

Tua - tua ini berkata : "Jangan sedih ada Singa dari Yehuda yang bisa membuka meterai. "
Itu dimunculkan dalam
Kitab Wahyu untuk memberi pesan kepada kita ada dialog antara Yohanes dengan mereka.

Kalau Paulus hebat sekali diangkat ke langit ketiga.
Di tempat ini dia mendengar orang berbicara yang tidak bisa
dikenali.
Tetapi kalau ini dia tahu.
Waktu itu Paulus datang.

Jadi Surga itu so real.
Dengan belajar Kitab Wahyu, pengharapan kita terhadap Surga begitu hidup begitu nyata.

Dia melihat takhta itu, betul - betul ada takhta di dalam alam fisik di jagad raya ini.
Jadi Surga itu sudah dipastikan satu planet.

Jadi di Surga itu di oranos, heaven, sky, Samayim itu ada takhta yang nanti kita lihat.
Yang ada di situ Allah BapaπŸ’— yang tidak kelihatan.
Artinya : Kemuliaan Allah Bapa yang besar.

Di takhta itu hendak ditunjukkan kepada kita kehadiran Allah.
Allah Bapa πŸ’— tidak pernah kelihatan.
Dia misteri di atas segala adala misteri.
Dia memenuhi jagad raya.

7 Roh Allah.
Dulu Tuhan Yesus menjadi  manusia.
Setelah jadi manusia jadi Anak domba Allah.
Nanti di takhta di tengah - tengahnya berdiri Anak Domba Allah.
Dulu belum jadi Anak Domba.
Tapi jadi sosok.
Sosok pribadi yang agung
yang juga disuruh - suruh Bapa di Surga.

Ayo kita turun bersama - sama ciptakan dunia 🌏
Kamu tidak bisa ciptakan.
Aku yang punya kuasa.
Kemuliaan bukan Tuhan Yesus yang punya.
Tuhan Yesus diberi kemuliaan oleh Bapa.
Lalu disuruh turun bertemu Abraham  sebagai Melkisedek.

Pada mulanya, ini waktu jadi Melkisedek bertemu dengan Abraham, itu kan manusia sudah jatuh dalam dosa.

Sebelum itu di dalam Kerajaan Bapa, Allah Bapa tidak kelihatan.
Lusifer itu ternyata ditaruh di taman Tuhan, dekat Krube.
Ia sangat mungkin untuk mendampingi Sang Putera.
Tetapi rupanya dia tidak suka, dia ingin
lebih, dia mau jadi orang terkemuka juga.

Yang melawan dia bukan Yesus, bukan Anak Bapa.
Yang melawan dia malaikat - malaikat perang.
Jadi seperti sebuah film, hebat.
Jadi dia memerintah, entah mau membunuh Anak Bapa ini, entah bagimana dia mau berdiri sendiri, perang terjadi.

Kematian Tuhan Yesus πŸ’— adalah : kemenangan.
Iblis tidak mendapat tempat lagi di Surga, dibuang.
Baru 7 roh Allah itu di tempatkan di tengahnya ada Anak Domba.
Kalau dulu di planet itu lusifer mau memberontak,
Ia berani karena Bapa tidak kelihatan.

Yang muncul itu Anak Bapa ini yang kemudian kita kenal Yesus.
Dan malaikat - malaikat yang menjadi hulubalang - hulubalang.
Lusifer memberontak, dia hasut 1/3 bagian dari malaikat ikut memberontak.

Kita harus hayati Kitab Wahyu, sehingga Surga tampak nyata.
Jadi selama Tuhan Yesus πŸ’— belum mati di kayu salib, lusifer masih bisa memberontak.
Tapi Kemenangan Yesus, membuat lusifer tidak mendapat tempat itu, dia turun.
Dan orang - orang saleh naik.
Itu yang dilihat oleh Yohanes.
Alam fisik itu alam yang agung.

Seandainya manusia tidak jatuh dalam dosa, bumi ini eksis, ini Surga bagi manusia.
Jadi tidak butuh Surga lain.
Di Alkitab πŸ“š tertulis tubuh kebangkitan, seperti ini.
Keindahan alam, musik, budaya, sama.

Tetapi ada istana yang diduduki oleh Tuhan kita Yesus Kristus πŸ’—
Bapa di Surga tidak kelihatan.
Dulu lusifer punya peluang untuk memberontak.



🌷Sesi 2 :
7 Roh Allah
Kata muten itu berubah bentuk.
1. Perempuan itu menggambarkan Bapa, lalu melahirkan anak, yaitu  Yesus lalu perempuan itu dilarikan untuk gereja tapi bukan diangkat di Surga.
Di padang gurun selalu bicara penggiringan , tapi dengan penggiringan itu justru iman Kristen terpelihara.

Kenyamanan membuat Orang Kristen πŸ‘₯ menjadi rusak.
Apalagi gereja yang baru, yang baru muncul, gereja bayi, gereja masih anak - anak.
Maka Tuhan mengijinkan penganiayaan untuk memurnikan mereka.
Lalu perempuan yang berketurunan ini benih ilahi.
Dua - duanya umat pilihan benih ilahi.

Apa yang dilihat oleh Yohanes di Pulau Patmos itu bertalian dengan isi surat.
Ini luas, misalnya kamu mau akan menderita, lalu  mengejar orang percaya.
Tapi satu kali kamu akan menang duduk bersama Tuhan πŸ’— dalam kemuliaan

Jadi isi surat Tuhan Yesus kepada 7 jemaat tersebut
sebagian besar termuat dalam penglihatan - penglihatan itu, jadi nyambung.
Isi surat Tuhan Yesus πŸ’— kepada 7 jemaat memiliki kaitan isi penglihatan itu, yang biasa, cuma tidak bisa dijelaskan dalam satu kali pertemuan.

Bahwa kitab Wahyu itu memuat sejarah kehidupan,
- dari sebelum dunia 🌏 diciptakan,
- waktu dunia diciptakan zaman sebelum kitab Wahyu diberikan yaitu peristiwa - peristiwa di bumi ini.
- lalu peristiwa zaman Wahyu ditulis dan peristiwa yang akan datang sampai Surga.

Jadi konsep kitab Wahyu itu bukan nanti.
Padahal Kitab Wahyu menulis apa yang sudah.
Jadi membeberkan fakta dari kehidupan.
Maka di dalam Kitab Wahyu memuat prinsip - prinsip Teologis, prinsip - prinsip  kebenaran yang bisa dikenakan.

7 Roh Allah itu maksudnya,
Maka kita pahami dulu kata Elohim.
Kata Elohim akan lebih tepat digunakan dari pada kata Allah.
Elohim ini berarti : jamak, ada Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Roh Kudus adalah : Rohnya  Bapa, atau Roh Allah.
Jangan berpikir Roh Kudus bukan Roh tersendiri, ini bikin rusak.

Anak ini keluar dari Bapa. Dilahirkan dari Bapa πŸ’—
Kalau ditanya kapan ?
Kita tidak berhak bertanya, karena itu ada di dalam keadaan sebelum ada perjalanan waktu.
Ini anak kesayangan.

Pada mulanya adalah : Logos ( firman )
Logos itu bersama - sama dengan Hoteos ( Allah )
Dan logos itu adalah Teos.
Teos itu ilahi.
Kalau Hologos itu Bapa.
Hologos dengan Teos itu beda.

Dan Logos itu juga bukan
Hologos.
Kalau Hologos dan Hoteos itu beda.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia.

Jadi langit dan bumi 🌏 ini ada karena Dia.
Karena Dia bukan berarti Dia yang menciptakan.
Allah Bapa yang punya kuasa, kemuliaan, kerajaan yang menciptakan.
Tanpa Dia tidak ada sesuatu yang terjadi.

Bapa ini di Surga.
Surga itu adalah
Universe, Samayim.
Samayim tidak terbatas.
Itu sebenarnya di manapun di jagad raya ini.

Bapa kami di Surga artinya : bisa menunjuk di mana - mana.
Bapa πŸ’— di Surga di mana - mana oleh Roh-Nya.
Tetapi di mana Bapa itu misteri.
Tidak bisa diketahui, misteri.

Keunikan, kedasyatan dari Allah Bapa adalah Dia ada di mana - mana.
Beda dengan kita.
Saya ada di sini, di tempat lain saya tidak ada, terikat ruang dan waktu.
Sedangkan Bapa tidak.
Bapa πŸ’— ada di mana - mana tidak terikat ruang dan waktu.

Kalau Bapa tidak kelihatan.
Kalau 7 Roh berbicara mengenai kehadiran penuh bukan 7 dalam arti jumlah tetapi kelengkapan atau kesempurnaan dan di tengah - tengah itu ada Anak Domba Allah menurut kitab Wahyu, dan Tuhan Yesus ada di situ,
tidak kelihatan.

Dia yang duduk di takhta itu, inilah Wahyu Yesus Kristus yang dikaruniakan Allah kepadaNya supaya ditunjukkan kepada hamba hambanya yang diutus, apa yang segera terjadi

Dan Yohanes melihat takhta dan digambarkan begini.
Dan Dia yang duduk di takhta itu bagaikan nampak permata Yasbis.
Wahyu 1 - 3 Surat - surat kepada jemaat πŸ‘₯

Wahyu 4
Ingat, Kitab Wahyu bukan kitab nubuat saja, tetapi kitab Wahyu juga berbicara mengenai sejarah kehidupan dan prinsip - prinsip kehidupan.

Jadi tidak ditunjukkan ada sosok yang kelihatan.
Jadi jangan berkata itu takhtanya Bapa.
Bisa takhtanya Bapa, tetapi yang menduduki Tuhan Yesus karena Bapa πŸ’— menyerahkan kepercayaan dan kuasa untuk mengelola jagad raya.

Jadi Tuhan Yesus sebelum atang menjadi manusia menjadi utusan - utusan, setelah lusifer jatuh.
Lusifer jatuh sebelum zaman Adam, terjadi peperangan.
Lalu Adam diciptakan oleh Bapa bersama Yesus.

Di sini Yesus mulai menjadi utusan Allah berkali - kali sebelum salib.
Yang dilihat Yohanes ini setelah Yesus menang.
Yang duduk di takhta tersebut Anak domba berarti Dia sudah tersembelih.

Bapa πŸ’— ini akan menyerahkan kerajaan ini kepada Tuhan Yesus
Di dalam kitab Daniel, Bapa menyerahkan kekuasaan kepada Anak manusia.

Jadi Tuhan Yesuslah nanti yang menjadi raja dan
Tua - tua menjadi sahabat-Nya.
Dan kita adalah hulubalang - hubalang yang ikut pemerintahan di Kerajaan  bersama Tuhan Yesus.
Dan Tuhan Yesus menjadi Raja.

Pada waktu itu, Bapa tidak muncul.
Bapa tetap di dalam misteri di atas segala misteri.
Roh Allah tetap menata
hukum - hukum kehidupan di planet itu, di langit baru bumi baru itu juga planet.
Surga itu Samayim jagad raya.

Surga itu planet.
Di mana secara fisik Yesus memerintah di situ, yang dilihat Yohanes ini.
Ada takhta, tua - tua.
Surga itu fisikly.
Dan Alkitab πŸ“š tidak  menunjukkan bahwa itu nampak.
Nampaknya bagaikan homokiosorasei.

Jadi Bapa tidak kelihatan
hanya menunjukkan kehadiran penuh di dalam kerajaan itu, tetapi
 Yesus yang kelihatan.
.
Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan ( homokiosorasei )
permata Yasbis, permata Sardis, dan suatu pelangi melingkupi takhta itu gilang gemilang.

Hendak menunjukkan bahwa sebenarnya takhta itu milik Bapa.
Engkaulah  yang empunya kerajaan, kuasa, kemuliaan.
Bukan milik Tuhan Yesus, tetapi milik Bapa πŸ’— yang diberikan kepada Tuhan Yesus.

Jadi kalau kita memahani Allah Bapa dan Yesus itu sejajar, jadi kacau semua.
Doktrin Tritunggal jadi kacau balau, gara - gara itu.

Lagi pula implikasinya  kalau Allah Bapa πŸ’— disejajarkan Tuhan Yesus,
Kita tidak bisa mencontoh Yesus.
Dia tidak bisa disejajarkan dengan Bapa.
Dia Anak, sebelum jadi manusia disuruh - suruh.
Itupun tidak menggunakan kekuatan fisik.
Jadi yang menggunakan kekuatan fisik itu malaikat.

Nanti Kalau kita baca lagi di dalam kitab Sodom dan Gomora, jadi sementara malaikat bercakap - cakap, maka api dari Elohim turun.
Di sini ada Yahwe, di sana ada Elohim.
Itu mestinya Bapa πŸ’— yang menyuruhnya.
Tentu Bapa menggunakan kekuatan fasilitas malaikat - malaikat.
Kalau kita teliti membaca ada Yahwe, ada Elohim, adanya Yesus bersama Bapa.
Itu rahasia baru tersingkap.

Anak Bapa ini mau menjawab doa Daniel, kalau kita membaca di kitab Daniel.
Ciri - ciri yang terdapat di Wahyu pasal 1 yang akhirnya seperti tembaga, suara gemuruh, itu juga muncul siapa kalau bukan Anak Bapa ?

Dia mau menjawab Doa Daniel dicegat 21 hari oleh penguasa Persia, tidak berdaya.
Michael yang datang untuk membantu, maka baru bisa terbuka Dia menjawab doa Daniel.
Lho Koq tidak tahu akan dicegat oleh Michael ?
Faktanya memang  Anak itu tidak sejajar dengan Bapa.

Ini tidak membuat kita tidak kurang hormat, kita tetap hormat plus lagi lebih takut kepada Bapa πŸ’— di Surga.
Jadi selama yang diajarkan ini salah.

Jadi takhta itu ada di satu planet, Tuhan Yesus ada di situ.
 24 tua - tua itu juga di sana.

24 tua - tua itu prosbuteos
24 tua -tua ini bukan makhluk surgawi.
Makhluk Surgawi entitasnya berbeda.
Kitab Wahyu sering menyebut makhluk - makhluk.
24 tua - tua itu adalah : manusia seperti kita.
Jadi ditakhta itu ada
24 tua - tua.

Ini seperti hulubalang - hulubalang atau pelayan - pelayan di sekitar Raja, atau komunitas di sekitar takhta Allah.
Kalau disebut tua - tua bukan berarti orang tua.

Prosbuteros itu seperti pedamping atau
penasehat dalam suatu organisasi.
Disebut tua - tua karena memang sudah tua, dan  sudah ada sebelum zaman Perjanjian Baru.

Apakah Allah  πŸ’— menciptakan manusia lain ? Tidak mungkin.
Karena Alkitab mengatakan hanya dari satu pasang manusia, semua manusia ada.

Allah tidak menciptakan manusia lain di luar Adam dan Hawa.
Ini tua - tua tadi berasal dari bumi keturunan Adam dan Hawa.

Kalau kita membaca Aliktab Perjanjian Lama kita menemukan orang -orang yang bergaul dengan Allah πŸ’— dan berjalan dengan Dia.
Tentu mereka orang yang sangat dekat dengan Allah pada zamannya.

Orang - orang itu seperti Henokh, Abraham, Ayub, Yakub, Yusuf, Musa, Daniel, Samuel, Elisa, Yeremia.
Catatan menurut Alkitab Ayub itu ada pada zaman yang tidak jelas, kemungkinan itu zaman kuno.

Jadi memang Alkitab πŸ“š itu cerdas sekali.
Tua - tua itu bukan orang lain, dia pasti manusia dan bisa berdialog dengan Yohanes.
Yohanes pasti tetap sebagai manusia yang sama dengan kita, bisa ada penglihatan, mimpi, dan tidak mungkin berbahasa lain.

Lagi pula ketika Paulus diangkat ke langit tiga dia mendengar perkataan yang dia tidak tahu dari seorang manusia.
Dan ini tahu, berarti bahasa manusia.

Abraham pernah mengatakan begini, aku senang.
Yesus pernah berkata begini, Abraham senang melihat hariKu.
Abraham itu menunggu Yesus.
Anak Allah yang mati, Anak Bapa yang mati, turun ke kerajaan membawa tawanan.

Jadi Abraham, Ishak, Yusuf, Musa, Samuel, Elia, pokoknya jumlahnya 24 tua - tua di Surga.
Ini sahabat - sahabat Allah di Perjanjian Lama.

Sebagian besar mereka selain Henokh, Musa, Elia
ada di dunia orang mati sebelum Yesus datang.
Semua orang mati di zaman ini semua turun ke hades, dunia orang mati.

Cuma 3 yang tidak, Henokh Musa, dan Elia diangkat hidup - hidup.
Cerdas sekali Alkitab πŸ“š, ini memberi pesan kepada kita bahwa Surga itu alam fisik.
jangan bandel lagi, harus mengerti, harus tahu.
Kalau kita tidak jelas kita hidup tanpa pengharapan.
Pergi ke tujuan yang tidak jelas.
Siapa yang mau ?

Hades ini harus diakui alam roh.
Makanya untuk ini bisa pindah ke sana Yesus turun membangkitkan.
Ini sebenarnya di Alkitab πŸ“š dikatakan kebangkitan pertama.
Orang - orang ini di kitab Efesus dibawa ke tempat ini kumpul sama Henokh, Musa, dan Elia.

Telah dilemparkannya para pendakwa saudara - saudara kita.
Iblis tidak bisa dakwa kita.
Kata si Lusifer, kenapa tiga ini ada di sini ? Tidak boleh.
Di hadapan Allah siang dan malam, kasihan.
Maka sebelum disalib Yesus, Musa, Elia turun.

Bumi 🌏 ini kita akan hancur,
kita akan dibawa ke langit baru bumi baru.
Semua ada indikasinya  mendorong kita menjadi orang Kristen yang sejati.
Semus orang nanti akan masuk hades kecuali Henokh, Musa, dan Elia.

Yesus Tuhan kitapun akan membangkitkan mereka,  orang - orang saleh,
Disebut di Alkitab, orang - orang suci yang bangkit.

Jadi semua yang lahir ini sebelum zaman Yesus masuk hades, kecuali 3.
Kenapa ditawan ?
Karena belum ada darah ditumpahkan.
Itu hanya darah domba.
Darah domba itu hanya voucher.

Begitu darah ditumpahkan baru menang, Tuhan πŸ’— mengangkat mereka.
Yang lain tidak, karena ini orang - orang yang dikhususin Tuhan.
Pasti Abraham termasuk ini.

Jadi Sebagian mereka itu
sudah mati dan masuk ke hades sebelum Tuhan Yesus bangkit.
Jadi kitab Wahyu bukan hanya soal ramalan.
Ini bukan ramalan saja, membuka rahasia kehidupan.

Itulah sebabnya, kata nas
Takala Tuhan Yesus πŸ’—naik ini membawa tawanan - tawanan, ia memberikan pemberian - pemberian kepada manusia, membawa ke tempat yang maha tinggi, siapa ?

Selain Henokh, Musa, dan Elia, orang - orang saleh di masa lalu.
Jadi tua - tua yang dimaksudkan di sekitar takhta itu baru ada sejak zaman Perjanjian Baru Yesus Anak Domba Allah menyelesaikan tugas penyelamatan.

Tuhan membebaskan tua - tua dari Hades.
Ayub tidak pernah ada di tua - tua itu, di Perjanjian Baru mulai ada.
24 tua - tua inilah adalah : orang-orang di Perjanjian Lama menantikan apa yang digenapi dalam Perjanjian Baru.

Maka Tuhan Yesus πŸ’— berkata, sesungguhnya banyak nabi dan orang benar tidak melihat apa yang ingin kamu lihat, tapi tidak melihatnya apa yang dengar dan akhirnya tidak mengerti.

Tua - tua itu punya nyanyian 🎹
"Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai - meterainya, karena Engkau telah disembelih dengan darahMu, Engkau telah membeli mereka, bagi Allah dari tiap suku - suku dan bahasa, dan kaum dan bangsa, Amin...."

Inilah orang - orang yang ingin mendengar apa yang kita dengar dan apa yang dilihat kita...Injil.
Ini bukan hanya nyanyian baru di bumi, tapi nyanyian baru di Surga.
Siapa bukan orang baru yang masuk ?

Jelas hal ini Kalau dihubungkan dengan
Ibrani 11:10, 39 - 40
Mereka itu menunggu, lalu Tuhan Yesus πŸ’— datang membawa mereka ke Surga.
Tetapi belum pelantikan
Tuhan Yesus sebagai Raja.
Kapan ? Nanti.
Yang ditunggu kita.
Karena masih menunggu 144000, jumlahnya belum genap.
144000 jumlah Corpus Delicti.

Tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.
Maksud kalimat ini adalah
Tanpa Umat Perjanjian Baru, tua - tua ini tidak melihat perwujudan kerajaan Tuhan Yesus di dunia 🌏 yang akan datang.

Dibebaskan dari Hades waktu Tuhan Yesus mati dan  bangkit, tetapi kerajaan yang ditunggu - tunggu ratusan tahun.

Jadi yang ditunggu :
1. Yesus
2. Kita
Raja sudah ada, hububalangnya belum lengkap, karena jumlahnya 144000.

Tua - tua itu menyanyikan lagi lagu ini 🎹
"Dan Engkau telah mendengar mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam - imam bagi Allah kita, dan mereka ( orang Kristen ) akan memerintah sebagai raja di bumi, Amin...."

Ini dihubungkan dengan tulisan surat kepada 7 jemaat.
Kamu bersama Aku memerintah.
Nyambung tidak ?
Isi surat dengan isi penglihatan Yohanes nyambung, Alkitab itu hebat.

Ini hebat apa yang dikatakan surat - surat itu nyambung dengan penglihatan Yohanes.
Orang percaya πŸ‘₯dinantikan sebagai Corpus Delicti bersama Tuhan Yesus
Jumlah mereka harus genap 144000 orang pilihan.

Untuk membuktikan bahwa orang - orang beriman atau orang - orang saleh, adanya percakapan Yohanes dengan tua - tua itu, dan lagu - lagu yang Yohanes bisa kenali.
Kalau Pauus tidak tahu lagu apa ?

Berarti yang memang dilihat Paulus bukan yang dilihat Yohanes.
Kalau Yohanes memanh benar - benar berhadapan langsung.

Yang menjadi persoalan yang diperdebatkan dan dipertanyakan untuk jawaban yang tepat.
Siapa sebenarnya orang-orang yang berjumlah 144000 itu ?

Wahyu 7: 4
Ini orang - orang yang menderita.
Wahyu 14 : 1-4
Ini orang yang punya hubungan istimewa dengan Tuhan πŸ’—

Nyanyian berbicara kesaksian hidup.
Kalau kita nyanyi belum tentu sesuai kesaksian hidup.

Di gereja πŸ’’ kita menyanyi belum tentu sesuai dengan hidup kita.
Tetapi orang-orang itu menyanyi sesuai dengan  hidupnya.

Bukan berarti tidak kawin, tetapi artinya tidak mencemarkan diri dengan percintaan dunia.
Itu pasti orang-orang itu yang sudah benar - benar  menderita bersama - sama dengan Tuhan.

Salah satu di aliran lingkungan Kristen ada yang mengklaim bahwa jumlah itu kelompok mereka.
Mengaku mereka  berpandangan bahwa mereka orang-orang πŸ‘₯yang termasuk kelompok ini
Itu tidak tepat.
Ini kelompok orang - orang yang mengikut Yesus dengan benar.

Wahyu 13 : 11 - 18
Ini orang-orang yang mendapat tanda di dahi mereka.
Jadi tanda di dahi itu
bukan tanda fisik.
Chip di dahi dan di tangan.

Kalau kita bandingkan dengan Wahyu 14 : 1-4 tadi, di dahi orang percaya ada tanda Bapa dan Anak.
Pasti bicara soal penyembahan, soal ibadah.
Kalau orang Kristen tidak ada tanda di dahi.
Ini berbicara tentang penyembahan sampai tertulis di dahinya.

Tapi antikris ada tanda di dahi.
Jadi Kitab Wahyu ini menunjuk bagaimana orang-orang pilihan akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
144000, apakah kita termasuk ini ?

Wahyu 7: 2 - 4
Jadi bumi ini tidak akan hancur sebelum  genap 144000.

Orang - orang ini tidak mencemarkan diri dengan perempuan - perempuan.

Wahyu 17 : 1 - 6
Supaya Kita jangan termasuk dalam kelompok orang - orang yang disesatkan.
Perempuan yang satu ini tidak sama dengan perempuan di Wahyu 12
Ini materialisme.

Jadi yang paling membahayakan di akhir zaman itu bukanlah antikris yang menaruh chip di kepala atau di tangan, tetapi yang membahayakan itu dosa materialisme.
Ini sudah akhir - akhir dari sejarah dunia.

Peringatan Tuhan πŸ’— kepada 7 jemaat.
Dikaitkan dengan hal ini.
Kamu merasa dirimu kaya, padahal Kamu ini miskin, kamu kembali mencintai dunia.
Ini adalah dosa yang paling merusak manusia di akhir zaman.

Tuhan Yesus πŸ’— berkata
Orang makan minum kawin dikawinkan, membangun, menjual, membeli sampai Tuhan Yesus datang mereka tidak menyadari keadaan tersebut.

Jadi dosa yang kuat itu materialisme.
Kalau bayangan kita itu antikris, antrikris macam apa yang kita harap atau kita pahami ?
Pernyataan Tuhan Yesus sendiri di lukas 17 sama.
Orang makan minum kawin dikawinkan, tidak menyadari tiba - tiba air bah, tiba - tiba dunia 🌏 berakhir atau kiamat.

Semua keadaan damai - damai Tuhan datang.
Seandainya ada antikris mau bertakhta di mana ?
Dilawan banyak agama.
Manusia hari ini sangat menjunjung tinggi hak - hak kemanusiaan.

Bagaimana mungkin ada satu sosok yang otoriter yang mengatur orang, dia kehilangan semua orang, tidak mungkin.
Justru itu gambaran yang salah.
Gambaran yang keliru.
Justru yang membahayakan bukan antikris seperti yang digambarkan banyak pendeta dan pembicara hari - hari ini.

Tapi yang  membahayakan justru ketika seseorang
terikat dengan percintaan dunia.
Bangsawan, pedagang, berzinah dengan perempuan.
inilah hari ini.
Pejabat, pedagang, bangsawan - bangsawan jatuh dalam dosa materialisme, dijerat dosa materialisme.
Inilah merusak orang - orang percaya juga.

Jadi gambaran orang selama ini tentang antrikris justru membuat orang Kristen πŸ‘₯ waspada.
Dia belum datang.
Misalnya :
- Orang - orang Ambon fanatik dengan Kristen, darah panas, suruh pindah agama ? Lebih baik dia berkelahi pakai parung.
Antikris apapun dilawan mati, tapi mabuk juga.
Itu cukup membinasakan dia.

- Orang - orang Kristen di Jakarta yang banyak duit, mungkin sampai mati tidak mau pindah agama, tetapi dia mencintai dunia 🌏, terikat dengan dunia.
Tidak bisa menjadi perawan suci di hadapan Tuhan.

Kalau diajarkan antikris yang salah orang tidak waspada, sementara dunia mencengkram dia, sementara itu dia merasa tidak berkhianat karena belum datang antikris, itu salah, itu keliru.

Bagaimana orang bisa menggambarkan antikris seorang yang akan menguasai dunia dengan menaruh chip - chip, tidak jelas, salah.

Tidak usah pakai chip, hari ini kamu punya kredit card, kamu belanja suka - suka itu juga sudah jadi setan.
Utang sana utang sini, makin terbelenggu.

Jadi setelah Tuhan YesusπŸ’— berhasil, kita sebagai pengikut Yesus harus mengakhiri sejarah dunia dengan ketaatan.
Sebagai perawan suci yang tidak bernoda.
Artinya : tidak terikat dunia sama sekali.

Alkitab πŸ“š mengatakan kita yang mempercepat kedatangan Tuhan.
Siapa ?
Wahyu 6 : 11
Orang yang tidak menyayangkan nyawa.

Wahyu 12 : 11
Iblis itu dikalahkan :
1. Dengan darah Yesus
2. Kesaksian orang yang tidak menyayangkan nyawa.
Orang yang menyayangkan nyawa adalah : orang yang terikat dunia 🌏 ini.

Wahyu 7 : 3 - 5, 12 : 11
Iblis dikalahkan dengan :
1. Darah Yesus yang membuat iblis turun dari Surga.
Tua - tua bisa naik.

2. Ini 144000 orang jumlahnya genap, orang yang tidak menyayangkan nyawanya.
Yang berdiri di Sion, bersama dengan Bapa dan Anak, di dahi mereka.

Ini yang mempercepat kedatangan Tuhan πŸ’—
Jadi jumlahnya 144000 orang, adalah jumlah yang ditentukan untuk menjadi Corpus Delicti tersebut.
Tetapi tidak berarti harus persis jumlah itu, ini hanya sebuah kiasan.

Tetapi yang jelas yang Tuhan Yesus maksudkan adalah jumlah yang genap.
Artinya : ada kegenapan jumlah tertentu.
Hanya Tuhan yang tahu.

Tetapi yang terpenting adalah ada jumlah tertentu
Yang tidak bercela, yang berkenan kepada Tuhan untuk menjadi bagian dari laskar Kristus.
Mereka adalah para Corpus Delicti.
Mereka juga orang - orang yang dipermuliakan bersama Tuhan Yesus.

Seperti Roma 8 : 17 mengatakan orang - orang yang menderita bersama - sama Yesus.

Wahyu 3 : 7 adanya jumlah 144000
Wahyu 7 : 9
Ini masyarakatnya,

Kalau Tuhan πŸ’— berkata kamu kan memerintah bersama Aku di dalam Wahyu 1, 2,3 surat kepada jemaat - jemaat itu.
Ini masyarakatnya, yang tidak dapat terhitung banyaknya.
Yang menjadi pahlawan
Tuhan Yesus.
144000 orang itu yang mendapat daun palem.
Ini anugrah kitab Wahyu baru terbuka, sehingga kita dapat mengerti.

Implikasinya aku harus menjadi seperti yang Tuhan kehendaki masuk dalam kelompok 144000, karena ada jumlah yang tak terhitungkan yaitu  kelompok masyarakat.

Ada Kitab kehidupan Anak domba, dan kitab kehidupan, yang orang - orangnya dihakimi menurut perbuatan berdasarkan kitabnya.

Jadi masyarakat A dihakimi menurut buku A
Masyarakat B dihakimi menurut buku B
Kalau kita dihakimi menurut kesucian Allah dan berkenan kepada Bapa
Ternyata semua nyambung, bukan disambung - sambungin.

Implikasinya jelas,
Kalau di sini kita termasuk
orang itu.
iblis dikalahkan oleh darah Anak Domba turun ke bumi karena Yesus menang.
Tua - tua naik ke sana.
Tapi di bumi masih ada iblis.
Kita yang mengalahkan.
Yesus mengusir iblis dengan darahNya.
Kita membunuh iblis di bumi dengan ketaatan dan kesucian kita.

Tidak menyayangkan nyawa, berarti : bersedia tidak punya kesenangan dunia.

Kalau sudah begini setan tidak bisa menjatuhkan kita.
Perempuan itu tidak bisa menjatuhkan kita yang duduk di atas air, kesuburan, kemakmuran,  kelimpahan materi.


🌷Sesi 3
Tidak semua yamg terselubung dapat disingkapkan, perlu waktu progresif.
Yang terpenting mengisi hidup bukan mengisi pikiran kita.

Wahyu 12 :1 - 2
Pasti ini Allah Bapa πŸ’—yang akan mengutus Putera tunggal-Nya, Bapa juga berperasaan betapa pedih Ia harus mengorbankan Putera tunggal-Nya.

Wahyu 12 : 3 - 12
Menunjuk adanya pemberontakan, ini naga pasti musuh Allah.
Ini bisa menunjuk malaikat - malaikat yang dihasutnya.
Inilah Lusifer itu.
Lalu siapakah anak yang dilahirkan ?

Prinsipnya ini adalah ada 2 kubu, 2 kubu di planet itu.
2 kubu di Surga itu.
Ada konflik di planet itu atau Surga.

Ada konflik 2 kubu tersebut.
Dan tidak bisa dikalahkan dengan mudah.
Pada waktu Yesus mati,
pada akhirnya jatuh,
Tuhan Yesus πŸ’— berkata seperti bintang jatuh dari langit.
Pada waktu Yesus melihat itu turun.
Apa waktu itu Yesus mati ?
Apa itu nubuat ?
Yang jelas iblis dilempar dari Surga.

Pendakwa saudara - saudara kita.
Siapa saudara - saudara kita ?
Bisa Kemungkinan orang - orang di Perjanjian Lama yang di hades.
Tetapi tidak mungkin
didakwa siang dan malam.
Kemungkinan Henokh, Musa dan Elia.

Wahyu 6 :11
Orang - orang yang tidak menyayangkan nyawanya. Inilah orang - orang yang disebut Corpus Delicti.
Orang - orang ini yang menunjuk 144000.
Wayhu 7 : 3 - 5

Para malaikat pasti dipimpin Michael.
Michael ini yang menjadi panglima para malaikat yang memperebutkan mayat Musa.
Yang diperebutkan tubuh.
Tubuh yang diperebutkan supaya tubuh ini dimatikan dibawa ke hades.

Ini termasuk orang - orang pilihan, sebelum ada kebangkitan orang - orang mati.
Sebelum Tuhan Yesus πŸ’— menyelesaikan tugas keselamatanNya.
Termasuk di sini Musa diambil Tuhan.

Tadi ekornya menyeret, berarti menarik.
Ayub 4 : 18 kata sesat.
Bahwa malaikat - malaikatnya bisa sesat,
tohola, artinya : error.
Ternyata malaikat dalam kondisi bisa error, bisa salah, dan bisa rusak.
Dan iblislah, lusifer ini sintetnun, syeitan, yang menarik ular.

Wahyu 12 : 10 - 11
Timbul peperangan di Surga.
Michael malaikat - malaikat berperang melawan naga itu dan menang.
Memangnya karena ketaatan Yesus.
Suara nyaring tersebut
Semua dimulai dengan sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa.

Kalimat ini hendak menunjuk bahwa sebelum Tuhan Yesus πŸ’—mengalahkan Lusifer dengan kebangkitanNya, oleh ketaatanNya
Belum ada atau tidak ada keselamatan bagi manusia.
Tidak ada kuasa yang bisa melepaskan dosa manusia.
Di bawah kolong langit ini tidak ada kuasa mana yang bisa selamatkan manusia.

Jika kuasa tidak di tangan Tuhan Yesus πŸ’—, tidak ada keselamatan.
Segala kuasa di Surga di bumi ada dalam tanganKu, maka Tuhan Yesus berkata," Pergilah jadikan semua bangsa muridKu."
Itulah keselamatan.

Jadi jangan berpikir keselamatan otomatis dimiliki oleh manusia πŸ‘₯
Keselamatan itu bisa
terjadi ketika Tuhan Yesus menang melawan lusifer.
Dia menerima segala kuasa di Surga di bumi.
Dia berhak membeli manusia, Dia berhak mengubah manusia.         
Itulah keselamatan.

Dengan demikian Tuhan Yesus πŸ’— menguduskan jemaat, bukan hanya dengan darahNya tetapi juga Firman.
Firman yang harus dikenali, dipahami, dikenakan, dan Tuhan Yesus adalah promodel atau teladan.
Dengan kemenangan Tuhan Yesus tersedia fasilitas untuk mencapai kesempurnaan.

Dan pelantikan Tuhan Yesus itu nanti, sekarang ini belum, nanti...
Dan Tuhan mengatakan semua musuh akan dibuat bertekuk lutut di bawah kaki Yesus, Bapa πŸ’— yang melakukan melalui orang percaya.
Semua musuh akan ditaklukkan.
Ketika kita menjadi orang - orang saleh, sebagai Corpus Delicti.

Kalau dikatakan para pendakwa saudara - saudara kita adalah Henokh, Musa, dan Elia.
Bisa juga pendakwa
orang - orang yang sudah mati, orang-orang saleh tidak punya keselamatan
Sebelum Yesus disembelih.
Tapi itu kecil kemungkinan karena didakwa siang dan malam.

Wahyu 12 : 6
Pengangkatan itu terjadi ketika Tuhan Yesus πŸ’—datang kedua kalinya.
Kebangkitan orang - orang saleh.
Orang mati dibangkitkan.
Kita yang masih hidup kita diubah sekejap
Dan kita akan diangkat selama - lamanya.
Di sinilah kebangkitan kedua.
Sedangkan Kebangkitan pertama waktu Yesus disalib.

Semua figuratif.
Memerintah bukan berarti duduk di takhta.
Antikris bertakhta di bait Allah bukan lalu ada takhta di bait Allah.
Ada sesuatu di atas bait Allah itu sudah takhta.

Kebangkitan pertama selama 1000 tahun, karena
1000 bahasa aslinya bukan seribu persis, tapi waktu yang panjang.
Jadi memerintah di sini Tuhan memberi kuasa dan kekuatan untuk melawan kuasa gelap.
Kalau dikatakan di akhir kerajaan 1000 th ini iblis dilepaskan maksudnya : Kejahatan di akhir zaman  ini bertambah - tambah luar biasa.

Tuhan berkata manusia hidup hanya 70 th.
Tuhan mengatakan kerajaanNya bukan di bumi 
Tidak pernah Tuhan mengajarkan kita tidak menderita.
Semua harus menderita.

Ketika kita diangkat dipindahkan itu selama - lamanya.
Tidak turun naik kayak bendera.
Kalau kita melihat dunia hari ini tidak pernah menjadi baik.

Mineral yang disedot terus, membuat bumi tidak stabil,  pergeseran lempengan karena banyak faktor, termasuk minyak, makanya global warming, lagi pula umur planet terbatas.
Tetap ada akhirnya.

Tuhan πŸ’— tidak pernah mengajarkan kita menikmati dunia.
Karena darah dan daging tidak punya bagian dalam Kerajaan Surga.
Darah daging di bumi.

🌷Pembukaan Meterai
Materai dibuka, itu maksudnya Tuhan melegalisir adanya berbagai bencana.

Tuhan πŸ’— berkata Aku datang bukan membawa damai di atas bumi, tetapi pedang.

Matius 10 : 34
Pedang : Makairan, itu berbeda dengan pedang yang dibawa kuda hijau, kuning ros.
Ada kuda yang membawa pedang, itu pedangmya orang timur tengah.
Kalau Makairan bukan.

Wahyu 5 : 9 - 10
Jadi di dalam penglihatan Yohanes, dia melihat  gulungan, tidak ada yang bisa membuka gulungan itu.
Ada salah satu tua - tua yang berkata bahwa, ada yang bisa buka Singa dari Yehuda.
Lalu dibukalah meterai itu,
muncullah kuda.

Kuda putih yang muncul pertama itu menunjukkan   Yesus atau Injil yang perang tanpa menggunakan kekerasan.
Ia membawa busur, Dia tidak membawa anak panah.
Dia hanya membawa busur tanpa anak panah.
Kalau anak panah pasti membunuh, tapi kalau busur tidak.
Dia hanya membawa busur.

Lalu Si penunggang kuda memakai stevanos mahkota yang dianyam dari bunga - bunga dan dedaunan, menunjukkan biasanya seorang pahlawan yang menang perang yang diberi seorang raja.
Diadema itu mahkota untuk raja.
Kalau ini stevanos, seorang yang menang dalam perjuangan.

Kuda - kuda itu menunjuk peristiwa - peristiwa yang akan  berlangsung, kejadian - kejadian yang akan mewarnai bumi 🌏
1. Bumi ini akan diwarnai oleh Kekristenan.
Selama 3,5 abad renta waktu ini terhitung dari sejak Yesus naik ke Surga sampai kepada kaisar Theodosius Agung mengkristenkan seluruh Roma.

Orang - orang Kristen πŸ‘₯ mengalami aniaya dari Kaisar Nero, Donitianus, Prayatnus, Denocreanus dll terhenti di th 280 secara total.

Banyak penterjemah, penafsir Alkitab πŸ“š mengartikan kuda putih berpenunggang itu antikris.
Itu bukan antikris.
Dialah seorang yang menang tanpa menyakiti, siapa ? Yesus.
Kristuslah penunggang kuda itu.

Kalau Tuhan Yesus berkata : "Aku datang bukan membawa damai tapi pedang, Aku bikin huru - hara ".
Di ayat - ayat lain mengatakan Aku datang melempar api.
Betapa senangnya kalau
api jadi melegalisir semua kejadian - kejadian ini.

Yang mewarnai :
1. Kuda putih
2. Kuda merah :
Kuros menunjuk darah.
Dunia akan diwarnai konflik horizontal, perang, perang  terus berlangsung.
Dunia tidak bertambah baik, tetapi bertambah buruk.

3. Kuda hitam, menunjuk kegelapan, kesuraman, hiposmelas menunjuk krisis ekonomi.
Orang yang menaiki kuda hitam membawa timbangan.
Kata timbangan di sini sugos.
Lalu ada suara secupak gandum, seharga sedinar ini menunjuk satu krisis yang terjadi secara ekonomi, singkatnya bahwa dunia 🌏 akan dibawa pada krisis - krisis ekonomi.
Tetapi namun demikian tetap ada kelompok - kelompok orang - orang yang masih bisa hidup dalam kemewahan.

Wahyu 6 : 7 - 9
Materai 4, kuda hijau kuning, dalam teks aslinya Kloros dapat diterjemahkan pucat.
Kuda hijau kuning ini menunjuk gerakan yang hebat, kuat, ini lebih dasyat dari maut dan kerajaan maut.

Dalam Wahyu 6 : 7 - 8
Binatang buas dalam teks aslinya bisa berarti : binatang beracun, berbisa seperti ular dan kalajengking.
Ini menggambarkan
gerakan ini kejam.
Jangan berpikir ini menunjuk pada satu agama.
Tetapi satu gerakan kelompok.

Tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan. Tetapi memang tidak menutup kemungkinan ada agama yang membuka peluang untuk melakukan kejahatan.
Kalau Kristen tidak ada.
Kristen jelas mengajarkan tampar pipi kanan, beri pipi kiri.
Tidak perlu membalas kejahatan.

Penunggang ini punya kuasa dan membunuh dengan pedang.
Pedang di sini tidak sama dengan pedang di atas ( makairan)
Sampai membawa maut.

Wahyu 13 : 7
Ada gerakan yang mengalahkan orang - orang suci.
Ada kekuatan yang luar biasa dengan pedang ini.
Besar sekali pengaruhnya di seluruh dunia 🌏 kuda hijau ini.

Bahkan orang suci menunjuk orang Kristen, ada masa dikalahkan. dibuat tidak berdaya.
Ini yang mewarnai dunia. Kita percaya Firman Tuhan  digenapi.

Wahyu 6 : 9
- 11
Materai 5
Dan Tuhan πŸ’— seakan - akan  tidak berdaya.
Kekristenan ditundukkan, ditindas, dikalahkan tidak berdaya.
Kalah dalam segala aspek, kecuali kesucian dan kebenaran hidup.
Sampai kapan ?
Sampai jumlah bilangan orang yang tidak menyayangkan nyawanya ( corpus delicti ) genap.
Jadi kita ditunggu untuk tidak menyayangkan nyawa.

Ikut Tuhan Yesus πŸ’— tidak boleh sayang nyawa lagi, harus berani
meninggalkan kesenangan dunia.
Betapa bahagianya kalau Kita bisa berkenan di hadapan Tuhan dan menjadi anak kesayanganNya.

Oleh sebab itu aniaya bisa menjadi nutrisi yang benar - benar sehat untuk iman.
Kenyamanan adalah kolestrol iman, tetapi aniaya adalah nutrisi  kehidupan iman, saat kita diperlakukan tidak adil kita bersyukur karena di mana saat kita disempurnakan.

Orang-orang  Kristen πŸ‘₯  pada abad mula - mula dianiaya oleh orang Yahudi.
Dan orang - orang Yahudi yang menganiaya merasa sedang membela Elohim Yahwe, Allah.
Menganiaya mendapat pahala.

Jadi jangan heran Paulus bisa pergi ke banyak kota
untuk membantai orang - orang Kristen πŸ‘₯
Karena bagi mereka itu tindakan membela Elohim Yahwe, membela Allah.

Dan orang Kristen tidak dibela oleh Tuhan.
Jadi kalau ada mukjizat beberapa kali Petrus dilepaskan dari penjara, selebihnya tidak terjadi lagi
Yakobus dipenggal kepalanya.
Stefanus dilempari batu sampai mati.
Padahal Stefanus melihat Anak Manusia berdiri dan tidak buat apa - apa.
Stefanus mengikuti gurunya, "Ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaku, ampunilah mereka".
Kalau tidak mengalami aniaya tidak bisa mengikuti gurunya.

Harus ada aniaya baru bisa masuk Surga.
Orang - orang yang melalui penderitaan akan masuk ke Surga
Jangan takut mengalami aniaya, bagi yang tidak terpisahkan dari iman Kristen.

Wahyu 6 : 12 - 13
Materai keenam
Langit bisa kusut
Alam semesta merobek dan menceraikan semua materi alam sampai ke atom - atom dan seperti dedaunan yang luruh dari pepohonan.
Ini satu kejadian yang akan terjadi menurut ilmuwan.

Di mana semua makhluk mati, dunia berakhir dan
semua bertabrakan.

Kejadian yang melampaui apa yang dipikirkan manusia.
Kalau kejadian langit menyusut, mau lari ke mana bayangkan.
Kalau dulu bumi terpelihara air bah, karena dipelihara untuk api.

Kalau api sudah turun mau ke mana ?
Tidak sedikit ilmuwan memprediksi keluarga matahari atau solar sistem mendekati masa kepunahannya atau eksistensi.

Tidak bisa dibantah  memang Setiap planet memiliki umur.
Bahkan matahari memiliki usia tertentu.
1 Petrus 3 : 9 - 14

Betapa indahnya hidup ini kalau kita bisa berkenan di hadapan Tuhan dan menjadi anak kesayanganNya.

Jadi Kalau kita memahami Allah Tritunggal yang benar dan memahami supremasi / keunggulan Bapa πŸ’— kita lebih gentar.

Bumi akan tergoncang hebat, kalau kita menjadi kekasih Tuhan, tidak ada yang kita takuti.
 Tidak ada yang bisa menolong kita pada saat kejadian kecuali Bapa di Surga.

Petrus bukan seorang ilmuwan tetapi dengan ilham Roh dia sudah melihat ribuan tahun sebelum kejadian itu terjadi.
Kita πŸ‘₯ harus percaya itu ilham Roh Kudus.

Kalau alam sekitar kita, alam di atas kita kalau bergoncang, maka tidak ada tempat lagi tempat berlindung.
Oleh sebab itu hanya Tuhan πŸ’— tempat kita berlindung.

Wahyu 8 : 7 - 13
Sekarang ini terjadi berurut.
- Kekristenan mewarnai Eropa.
- Perang
- Ekonomi
Ini kejadian akan berentet terus.
Sekarang gejalanya mulai kelihatan.

Musim dingin ekstrim.
Musim panas ekstrim
Bahkan di daerah tropik bisa hujan es.
Musim hujan menjadi
musim panas, musim panas musim hujan, bahkan di wilayah tertentu malah banjir.
Ke depan nanti tidak akan nyaman, tidak ada masa tenang.
Intinya dunia 🌏 akan rusak.

JBU 🌷