Rabu, 07 Agustus 2019

Renungan Harian 04 Agustus 2019 KEHENDAK BEBAS

     Salah satu tatanan rohani yang tidak bisa tidak harus dikenakan atau dijalani dalam kehidupan umat manusia adalah kehendak bebas. Penting sekali untuk memahami tatanan ini. Kegagalan memahami tatanan ini menjadi kegagalan memahami keselamatan pula. Ada pandangan teologi mengenai keselamatan yang tidak tepat, karena tidak tepat dalam memahami hal kehendak bebas. Pemahaman yang salah mengenai kehendak bebas yang berdampak terhadap pemahaman mengenai keselamatan, berdampak pula pada perilaku orang percaya. Pemahaman yang salah mengenai kehendak bebas dan keselamatan menyebabkan pengajaran tersebut hanya seputar atau lebih menekankan pada format logika tetapi kurang dalam implikasi, implementasi, dan aplikasi konkretnya.

     Harus dipahami bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Elohim. Elohim adalah Pribadi yang memiliki kehendak bebas. Elohim Pribadi yang bebas, artinya tidak ada sesuatu yang mengatur Dia. Elohim mengatur diri-Nya sendiri. Di dalam diri Elohim terdapat tatanan yaitu kehendak bebas, demikian juga manusia yang adalah gambar-Nya adalah pribadi bebas. Sebagaimana Elohim adalah Pribadi yang memiliki kehendak bebas, maka manusia juga memiliki keberadaan yang sama. Manusia juga harus mengatur dirinya sendiri. Inilah yang dimaksud dengan kehendak bebas. Manusia adalah makhluk yang independen. Independen di sini maksudnya adalah bahwa manusia tanpa dikontrol dan dikendalikan pihak di luar dirinya menentukan keadaannya sendiri. Karena fakta ini, maka manusia harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Setiap individu tidak dapat mengelak jika dimintai pertanggungjawaban.

     Dalam istilah Bahasa Latin, kehendak bebas disebut liberum arbitrium. Liber artinya bebas, sedangkan arbitrium artinya kehendak. Inilah kehendak bebas atau free will yang Sang Khalik menaruhnya di dalam diri manusia. Kata lain dari kehendak adalah kemauan, hasrat, dan keinginan. Kehendak ini lahir dari pikiran dan perasaan yang Allah taruh dalam diri manusia. Dalam tulisan ini lebih banyak menggunakan kata kehendak. Manusia diciptakan dengan kehendak dan kehendaknya bersifat bebas. Jika tidak demikian, maka manusia tidak memiliki nilai yang tinggi. Dengan menaruh dan menetapkan kehendak bebas dalam diri manusia, Sang Khalik sendiri, yaitu Pencipta semesta alam, Sesembahan mulia yang menghargai manusia sebagai ciptaan-Nya, artinya Allah tidak bersikap sewenang-wenang atas manusia. Manusia diberi kebebasan dalam memperlakukan dirinya.

     Kehendak bebas artinya manusia dapat memilih taat kepada Allah atau memberontak kepada-Nya. Dengan demikian kehendak bebas berarti manusia menentukan nasib dan keadaan dirinya sendiri. Dalam hal ini manusia bisa mengasihi Allah dengan segenap hati (secara proporsional) atau tidak mengasihi Allah secara proporsional atau tidak mengasihi Allah secara pantas. Dalam kehendak bebas tersebut manusia dengan pilihannya dapat membenci Allah dan tidak menghormati-Nya atau mengasihi Allah dan menghormati-Nya. Bila berbicara mengenai mengasihi atau menghormati, ini adalah bagian terdalam dari diri manusia, yaitu di dalam hati dan perasaannya. Tentu saja ini adalah bagian atau wilayah manusia yang tidak diintervensi oleh siapa pun, bahkan Allah sendiri. Kalau Allah berintervensi di dalamnya, maka manusia secara total atau mutlak menjadi boneka yang kehilangan integritas dan personalitinya (kepribadian), sebab memang tidak membutuhkan integritas dan personaliti lagi. Jadi, integritas dan personalitinya bukan muncul dari dirinya sendiri dan tidak dikendalikan oleh dirinya sendiri. Ini pandangan yang keliru.

     Sebenarnya, kehendak bebas bisa didefinisikan sebagai konsep yang menyatakan bahwa keadaan perilaku manusia tidak mutlak ditentukan oleh kausalitas di luar dirinya, tetapi merupakan akibat atau hasil dari keputusan dan pilihan yang dibuat melalui sebuah aksi dan reaksi dari diri sendiri. Keputusan dan pilihan tersebut ditentukan oleh komponen dalam diri manusia, yaitu pikiran dan perasaannya. Allah memberi manusia komponen untuk dapat membuat pilihan yang pasti akan menentukan atau paling tidak memengaruhi keadaan dirinya. Komponen itu adalah pikiran dan perasaan. Dari pikiran dan perasaan ini seseorang memiliki kemampuan mempertimbangkan sesuatu. Dari hasil pertimbangannya tersebut seseorang dapat mengambil keputusan atau memilih. Inilah kehendak bebas. Jika manusia tidak memiliki pikiran dan perasaan maka manusia tidak memerlukan kehendak bebas. Justru karena ada pikiran dan perasaan tersebut manusia dapat memiliki atau harus memiliki kehendak bebas. Dalam hal ini Allah menghendaki kita memiliki pikiran dan perasaan seperti yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.


https://overcast.fm/+IqOA1dxmA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar