Begitu seringnya kita mendengar kalimat “berjaga-jagalah”, tetapi berapa banyak orang yang sungguh-sungguh menyambut peringatan Tuhan ini? Kenyataan yang kita temukan, banyak orang yang tidak menyambut peringatan ini dengan serius. Ini menunjukkan bahwa banyak di antara orang Kristen yang keras kepala. Sikap berjaga-jaga ditunjukkan dengan kehidupan yang berdamai dengan Tuhan. Banyak orang tidak berpikir bahwa kematian bisa menjemputnya setiap saat. Ia bisa menerima kenyataan kematian orang lain -khususnya orang yang tidak bersangkut-paut dengan dirinya- tetapi ia tidak akan menerima kenyataan kematiannya sendiri sekalipun usianya adalah usia senja, dimana kematian bisa menjemputnya setiap saat. Ini sangat berbahaya. Tentunya, kalau kita berdamai dengan Tuhan bukan hanya karena kita bisa mati setiap saat -menghadap Tuhan- tetapi memang tidak ada kehidupan yang indah di luar Tuhan.
Waktu hidup seseorang menjadi sia-sia tanpa persekutuan yang benar dengan Tuhan. Alkitab berkata bahwa seseorang harus mengikatkan diri dalam persahabatan dengan Tuhan, menggunakan mammon yang tidak jujur (Luk. 16:9). Proyek gereja Tuhan dan seluruh pekerjaan pelayan-pelayan Tuhan adalah usaha untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Kebenaran ini ditujukan untuk semua jemaat, bahwa kehadiran jemaat di gereja adalah untuk berdamai dengan Tuhan. Tuhan tidak bisa disuap dengan nyanyian atau penyembahan dalam liturgi. Ini bukan berarti liturgi tidak perlu diselenggarakan. Penyembahan dan nyanyian rohani dalam liturgi barulah diterima kalau umat Tuhan sudah berdamai dengan Tuhan. Kata “berdamai” hendaknya tidak dimengerti secara dangkal dan miskin.
Hendaknya kita tidak beranggapan bahwa kalau seseorang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka itu dianggap cukup. Hal tersebut sudah dianggap memenuhi syarat untuk diselamatkan. Sesungguhnya langkah tersebut barulah awal dari perdamaian seseorang dengan Tuhan. Perdamaian dengan Tuhan merupakan garis panjang, bukan seperti sebuah titik. Langkah seseorang pergi ke gereja adalah langkah untuk membangun pendamaian yang terus menerus dengan Tuhan. Pendamaian dengan Tuhan bisa menunjuk kepada langkah untuk masuk dalam persekutuan yang makin dalam, hubungan yang makin intim. Itulah sebabnya dalam 2 Korintus 5:19-20, Paulus berkata: “Seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami.” Jadi nasihat-nasihat Paulus melalui surat-suratnya -yang kemudian diteruskan oleh hamba-hambaNya lewat mimbar gereja- adalah upaya untuk berdamai dengan Tuhan.
Dalam hal tersebut di atas, dapat ditemukan bahwa hamba-hamba Tuhan melalui mimbar harus menasihati umat supaya berdamai dengan Tuhan. Hendaknya mimbar tidak digunakan untuk hal lain selain menasihati jemaat untuk menjadi sempurna. Selanjutnya, jemaat harus memperhatikan benar nasihat-nasihat Tuhan melalui hamba-hamba-Nya. Sebab melalui nasihat-nasihat tersebut kita dituntun untuk berdamai dengan Tuhan. Oleh sebab itu gereja tidak boleh hanya diisi dengan suasana khusyuk berliturgi atau euphoria perayaan sukacita jiwani yang tidak mengandung nasihat untuk kehidupan umat agar dapat berdamai dengan Tuhan.
Nasihat-nasihat melalui pemberitaan Firman Tuhan atau kebenaran yang diajarkan menjadi sarana jemaat berdamai dengan Tuhan. Ini sejajar dengan kenyataan bahwa kita disucikan bukan hanya oleh darah Yesus, tetapi juga oleh kebenaran Tuhan (Yoh. 17:17). Kebenaran Tuhan adalah Firman Tuhan yang memperbaharui cara berpikir, mengubah seluruh gaya hidup. Seseorang tidak dapat berjalan seiring dengan Tuhan kalau tidak memiliki gaya hidup yang selaras dengan Tuhan, yaitu mengerti kehendak-Nya untuk dilakukan. Mengerti kehendak Tuhan adalah berkat yang melebihi segala berkat jasmani yang bisa orang percaya terima.
Mengerti kehendak Tuhan adalah kunci untuk memperoleh kelimpahan di dalam Tuhan. Dari mengerti kehendak Tuhan dan berjalan di dalamnya, kita dapat berdamai dengan Tuhan. Kalau kita sudah berdamai dengan Tuhan, maka kita ada di pihak Tuhan. Kalau kita sudah ada di pihak Tuhan, maka tidak ada yang dapat menghancurkan hidup kita. Hidup berdamai dengan Tuhan adalah puncak dan tujuan kehidupan. Hal inilah yang harus kita capai. Kekristenan kita harus sampai kepada tingkat ini. Oleh sebab itu perlu kita mengoreksi diri kita terus menerus. Hari ini kita memeriksa hidup kita apakah kita sudah sungguh-sunguh memiliki kehidupan yang berdamai dengan Tuhan atau belum. Persembahan emosi belumlah cukup, yaitu kesadaran akan kebenaran dan persetujuan kita akan kebenaran tersebut, tetapi yang dibutuhkan adalah kemauan yang membuahkan tindakan dan keputusan konkret yang selalu sesuai dengan kehendak Tuhan.
https://overcast.fm/+IqOBPFus4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar