Keterikatan seseorang dengan materi membuat seseorang tidak dapat memenuhi Firman bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24). Harus diingat kalau kita menjadi anak tebusan Tuhan berarti segenap hidup kita diambil alih oleh Tuhan. Kalau seseorang tidak bersedia, Tuhan tidak akan memaksa! Semua terserah kepada dirinya. Hal tersebut juga tidak akan memberi pengaruh kepada orang lain, tetapi akan menjadi masalah besar bagi hidupnya. Kalau dalam Perjanjian Lama berhala mereka adalah dewa-dewa yang mereka sembah, maka dalam Perjanjian Baru berhalanya adalah materi. Terkait dengan hal ini Yohanes mengingatkan bahwa keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup bukan berasal dari Bapa (Yoh. 2:15-17). Lebih tegas Yakobus mengatakan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yak. 4:4).
Tentu akan menjadi pertanyaan bagi banyak orang, “Apa salahnya kalau seseorang memiliki barang ini, barang itu?” Jawabannya tentu bukan soal benar atau salah, bahkan bisa dikatakan tidak salah. Tetapi pertanyaannya adalah apakah kita memiliki benda-benda tersebut untuk kepuasan diri, prestige, dan kebanggaan atau untuk kemuliaan Allah? Banyak orang telah terikat oleh dunia karena cara hidup yang diwarisi dari nenek moyang. Anak-anak meneruskan bisnis orang tua dan segala cara hidupnya. Banyak orang Kristen yang tidak mengerti hal ini. Mereka merasa nyaman di tempat-tempat di mana diajarkan tidak perlu meninggalkan dunia ini. Mereka diajar untuk hidup dalam kewajaran seperti manusia lain. Itulah sebabnya mereka tetap melestarikan cara hidup yang mereka warisi dari nenek moyang. Jadi kalau kita membeli barang atau memakai barang dunia ini, kita memakainya untuk kepentingan hidup yang sedang kita jalani dalam pelayanan kepada Tuhan. Dan uang yang kita cari pun semata-mata untuk kepentingan pekerjaan Tuhan. Hal ini tidak berarti semua kita berikan ke gereja. Tetapi untuk kehidupan keluarga kita yang setiap anggota mempersiapkan diri bagi pekerjaan Tuhan, menjadi saksi di tengah-tengah masyarakat dan mengawal pekerjaan Tuhan di gereja yang benar.
Semua orang yang mengikut Yesus harus meninggalkan dunia ini. Meninggalkan dunia ini bukan berarti tidak lagi ada di dunia, tetap berada di dunia, tetapi dengan cara hidup yang baru. Kalimat lain meninggalkan dunia adalah: Melepaskan segala sesuatu, mengosongkan diri, biarlah orang mati menguburkan orang mati, tidak menoleh ke belakang, bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, dan banyak lagi.
Orang yang meninggalkan dunia adalah orang yang tidak lagi mengharapkan kebahagiaan dunia ini. Hal ini dimaksudkan agar orang percaya tidak terikat dengan dunia ini. Dalam hal ini yang kita lawan dua hal: Pertama, pengaruh dunia yang sudah mengikat jiwa dan kedua, keinginan dosa dalam daging kita. Kalau masih terikat dengan dosa-dosa dalam daging berarti kita masih memiliki diri kita sendiri. Hal ini sama dengan tidak dapat dimiliki oleh Tuhan. Kalau orang masih terikat dengan barang-barang dunia berarti masih dimiliki dunia ini. Bisa dipahami mengapa mengingini dunia berarti menyembah Iblis.
Meninggalkan dunia bukan berarti menyingkir ke tempat-tempat sepi, di tengah hutan di mana tidak ada manusia, di gua-gua tersembunyi, atau hidup di dalam biara. Meninggalkan dunia berarti melepaskan semua nafsu, hasrat, ambisi, dan segala keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan di dalam diri kita. Mengapa demikian? Sebab dunia telah mencetak atau mewarnai diri kita. Diri kita ini adalah gambaran wajah dunia. Itulah sebabnya orang percaya harus menyangkal diri, artinya membunuh semua naluriah kemanusiaan yang salah. Di sini dibutuhkan perubahan dari kodrat dosa ke kodrat Ilahi.
Kehidupan seperti di atas ini adalah kehidupan orang yang terbelenggu oleh Tuhan. Tetapi sebenarnya justru inilah kemerdekaan itu. Banyak orang merasa dirinya merdeka ketika ia boleh berbuat apa saja yang diingini. Justru itulah perhambaan. Ketika seseorang diperhamba atau dibelenggu oleh Tuhan, ia memperoleh kemerdekaan. Tetapi semakin mau bebas sendiri, hidup dalam kesenangan dirinya sendiri, justru ia ada dalam perhambaan.
Dalam hal tersebut, seseorang harus mengalami perubahan jiwa. Perubahan itu bisa terjadi hanya oleh karena Firman. Dalam level tertentu, seseorang yang tekun belajar Firman dan mengenakannya akan merasakan selera baru dalam jiwanya. Keterikatan dengan Tuhan bukan suatu belenggu, tetapi kesukaan. Kapan itu terjadi? Kalau seseorang dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Kalau seseorang jatuh cinta, maka ia rela diperhamba oleh orang yang dicintai. Keadaannya sangat dipengaruhi oleh hubungan dengan orang yang dicintai tersebut. Demikian pula hubungan dengan Tuhan.
https://overcast.fm/+IqODF1YgY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar