Banyak orang tidak menyadari dan menghargai perjalanan waktu, sehingga tidak mengisi hidup ini guna mencari dan menemukan Tuhan secara benar. Hal ini terjadi khususnya atas mereka yang merasa bahwa dirinya sudah bijaksana, cukup umur, dan memiliki banyak pengalaman dan prestasi kehidupan. Ditambah lagi kalau kaya secara materi, mereka akan semakin buta terhadap kebenaran yang murni. Padahal dalam perkara-perkara rohani atau kedewasaan iman, mereka miskin. Inilah kebodohan “orang-orang bijaksana,” bagi orang-orang seperti itu Tuhan menyembunyikan hikmat-Nya (Mat. 11:25). Tuhan Yesus menuntut mereka agar melepaskan segala sesuatu dan mengikut Dia (Mat. 19:21; Luk. 14:33). Kalau mereka tidak merendahkan diri, maka mereka akan binasa dalam keangkuhan yang seringkali terselubung. Nilai diri yang mereka miliki akan menjebak mereka menjadi orang-orang yang tidak bertumbuh dalam Tuhan dan dalam kedewasaan iman yang Tuhan kehendaki. Mereka tidak akan bertumbuh dalam karakter Kristus yang seharusnya makin melekat dan muncul dalam kehidupan mereka.
Hal tersebut ternyata juga bisa terjadi atas rohaniwan-rohaniwan gereja, majelis, dan aktivis yang merasa sudah memiliki standar kerohanian yang baik. Kedudukan dan jabatan gerejani yang melekat dalam diri mereka bisa membutakan mata mereka terhadap hal ini. Ironisnya, tidak sedikit jemaat yang dengan kehausan mencari Tuhan dengan giat dan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan perkenanan Tuhan. Sementara itu tidak sedikit kelompok rohaniwan yang merasa sudah menjalankan roda hidup Kekristenannya secara benar, padahal malah belum atau bahkan tidak. Roda Kekristenan tersebut adalah kehidupan yang semakin sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.
Orang-orang yang merasa sudah puas diri dengan kehidupan imannya ini melihat standar keberagamaannya dan sudah merasa cukup menjadi orang Kristen yang tidak tercela. Ibarat orang naik kendaraan, ia merasa bahwa kecepatannya sudah standar, ia tidak merasa perlu mempercepat laju kendaraannya. Baginya, mempercepat laju kendaraan berarti menyusahkan dan perjalanan jadi kurang menyenangkan. Dengan kecepatan yang menurutnya normal dan standar itu, banyak kesenangan lain yang dapat dinikmati. Ia tidak menyadari bahwa perjalanan bisa terhenti setiap saat. Di pihak lain, ia tidak menyadari bahwa ia memiliki sasaran dan target yang yang harus dicapai. Bila menyadari hal ini, maka seseorang akan berkata seperti tulisan Paulus: “Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul” (1Kor. 9:26).
Kecepatan perjalanan waktu ini tetap 24 jam setiap hari, setiap jam masih 60 menit, dan setiap menit masih 60 detik. Kalau kita hendak mempercepat kehidupan ini guna persiapan kekekalan, sejatinya yang dipercepat bukanlah waktu -sebab kita tidak bisa mempercepat waktu- tetapi mengisi waktu dengan lebih banyak hal yang berguna untuk persiapan memasuki kekekalan. Kuncinya adalah bagaimana menghargai setiap detik dan menit waktu yang Tuhan sediakan. Tentu untuk ini kita tidak harus mengurangi waktu untuk studi, karir, bekerja mencari nafkah, dan berbagai tanggung jawab lain yang harus dipenuhi; tetapi harus ada waktu yang juga dialokasikan untuk belajar kebenaran. Selanjutnya, selalu memperhatikan perjalanan hidup setiap hari, sebab setiap hari Tuhan menyediakan berkat-berkat rohani yang tidak terbeli oleh apa pun. Itulah momentum-momentum yang sangat berharga, langka, dan bisa tidak terulang lagi. Untuk ini, dibutuhkan kesungguhan dari setiap individu. Ingat, waktu bisa menghidupkan tetapi juga bisa membinasakan (Ef. 5:14-17).
Ukuran bersungguh-sungguh memang relatif, banyak orang sudah merasa bersungguh-sungguh telah menekuni imannya, padahal belum atau tidak sama sekali. Juga terdapat orang-orang Kristen yang merasa belum serius mengembangkan imannya, tetapi tidak merasa ada di zona berbahaya. Ia merasa bahwa keadaan kerohaniannya belum dalam taraf membahayakan. Itulah sebabnya ia bertahan dalam kondisi seperti itu, padahal sementara ia bersikap pasif, Iblis terus menggarap secara intensif agar dirinya terjerat dalam kebodohan sehingga tidak pernah bisa bangkit untuk selamanya. Langkah yang harus dilakukan adalah:
• Menyadari bahwa kita hidup dalam perjalanan waktu yang ketat.
• Menghargai setiap detik yang Tuhan percayakan kepada kita.
• Waktu hidup harus diprogram dengan benar.
• Singkirkan dan abaikan hal-hal yang tidak akan mendatangkan keselamatan abadi.
• Jangan tidak menyediakan waktu untuk mendengar Suara Kebenaran dan berdoa. Mendengar Suara Kebenaran bisa melalui berbagai media yang tersedia (buku, elektronik).
• Selalu mengembangkan kehausan akan Tuhan dalam diri kita.
• Berani tidak mencintai dunia.
• Supaya bisa lebih terbantu, kita harus bergaul dengan orang-orang yang takut akan Tuhan.
• Lebih lengkap lagi kalau kita turut mengambil bagian dalam pelayanan orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan benar-benar mengusahakan keselamatan jiwa orang lain.
https://overcast.fm/+IqODzwRZg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar