Selasa, 05 Maret 2019

RH Truth Daily Enlightenment 04 Maret 2019 MOMENTUM YANG BERHARGA

Di dalam Doa Bapa Kami, terdapat kalimat “tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” Kata “jahat” dalam teks ini adalah phoneros. Phoneros menunjuk kejahatan dalam pikiran, yaitu hasrat yang tidak sesuai dengan keinginan Tuhan. Hal ini sama dengan kemelesetan. Dalam hal ini pengertian kejahatan atau kemelesetan bagi orang percaya bukan saja bentuk-bentuk pelanggaran secara moral umum yang dianggap bejad -seperti melawan orang tua, membunuh, berzina, mencuri, dan lain sebagainya- tetapi segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan Tuhan adalah kejahatan atau kemelesetan. Hal ini menunjuk betapa tingginya standar kesucian yang harus dikenakan untuk orang percaya.

     Mengapa standar kesucian bagi orang percaya begitu tinggi? Sebab manusia hidup memang hanya untuk melakukan keinginan Penciptanya. Keinginan Pencipta bukan hanya menjadikan makhluk yang disebut manusia itu untuk hidup seturut dengan hukum, tetapi juga untuk seturut dengan pikiran dan perasaan-Nya. Sehingga segala sesuatu yang dilakukan manusia selalu sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan hal ini manusia dapat melayani Tuhan dan benar-benar menyukakan hati-Nya. Kehidupan pun menjadi berkualitas bila manusia itu melakukan kehendak-Nya. Hampir semua orang tidak mau mengerti hal ini, sebab pada umumnya orang hidup hanya untuk memuaskan keinginannya sendiri. Hal ini sudah menjadi irama hidup permanen. Betapa mengerikan, sebab hal ini membawa seseorang kepada kebinasaan, yaitu terpisahnya seseorang dari hadirat Allah selama-lamanya.

     Perjalanan waktu mengisyaratkan adanya batas waktu yang disediakan untuk suatu tugas tertentu untuk setiap individu. Harus dipahami bahwa Sabat telah diciptakan Tuhan sebelum manusia jatuh dalam dosa. Ini berarti Adam dan Hawa harus tertib dan ketat memperhatikan perjalanan hari, sebab hari ketujuh mereka harus berhenti bekerja atau beristirahat. Tuhan bergaul dengan manusia dengan masuk dalam perjalanan waktu yang bergulir sesuai tatanan-Nya. Hal ini dikemukakan oleh Pengkhotbah dengan kalimat “segala sesuatu ada masanya.” Manusia diberi kesempatan dalam perjalanan waktu mencapai yang yang dikehendaki oleh Elohim Yahweh, yaitu menjadi segambar dan serupa dengan Dia. Bagi orang percaya, harus sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, yang sama dengan mengenakan kodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah Bapa.

     Salah satu yang membuat seseorang tidak merasa bahwa dirinya meremehkan perjalanan waktu adalah karena ia merasa tidak berniat untuk mengkhianati Tuhan. Ia berpikir bahwa nanti selalu ada waktu untuk mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan selalu ada waktu untuk menemukan Tuhan. Seharusnya ia berpikir bahwa nanti tidak akan ada waktu lagi untuk mencari dan menemukan Tuhan. Dengan pikiran seperti ini, mereka merasa aman dan damai. Padahal semua perasaan aman dan damai itu semu. Mereka seperti domba kelu dibawa ke pembantaian. Banyak orang Kristen berkeadaan seperti ini. Kalau seseorang sudah tidak bersungguh-sungguh mulai sekarang atau sejak dini, maka ia tidak akan pernah bisa bersungguh-sungguh mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Ini berarti mereka masuk perangkap sehingga tergiring kepada kebinasaan.

     Kuasa gelap menggiring seseorang berpikir bahwa selalu ada waktu untuk mencari dan menemukan Tuhan, sehingga hidup hari ini diisi dengan segala kegiatan tanpa mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Sementara hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Iblis mewarnai hidupnya dengan segala warna kehidupan yang membuat kebenaran Tuhan tidak memiliki tempat dalam hidupnya. Seseorang merasa telah memberi tempat bagi Tuhan, sebab tidak merasa berencana mengkhianati Tuhan. Padahal tanpa mengisi jiwanya dengan kebenaran Tuhan dan pengalaman pribadi yang konkret dengan Tuhan, seseorang berarti tidak memberi tempat bagi Tuhan.

     Momentum-momentum yang berharga yang Tuhan sediakan untuk mempersiapkan diri menyongsong kematian berlalu dengan sia-sia. Momentum-momentum itu bisa berupa pengajaran-pengajaran Firman Tuhan yang dapat menjadi kunci pembuka pengertian dalam pengalaman hidup untuk menemukan Tuhan. Karena kuncinya tidak dimiliki, maka pengalaman hidup yang di dalamnya memuat pembentukan Tuhan untuk menyempurnakan hidup, tidak akan berdampak sama sekali dalam hidupnya. Momentum-momentum ini adalah anugerah bertahap yang harus diterima secara berkesinambungan. Seperti tali yang harus terus bersambung dan dijaga agar tidak putus. Sayangnya banyak alasan yang dibuat untuk membenarkan tindakan tidak setia belajar kebenaran Tuhan. Banyak hal yang dianggap lebih menarik dari pada Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Dengan sikap ini mereka melecehkan Tuhan dan Kerajaan-Nya.

https://overcast.fm/+IqOAlicCY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar