Kumpulan dari Khotbah, Seminar dan hal lain yang berhubungan dengan Gereja Rehobot Ministry
Minggu, 31 Maret 2019
Truth Daily Enlightenment 31 Maret 2019 MEWARISI LANGIT BARU DAN BUMI BARU
Untuk menjadi seorang yang mewarisi langit baru dan bumi yang baru, orang percaya harus belajar melepaskan diri dari segala ikatan. Ikatan yang paling dominan dan bisa menjadi dosa permanen yang tidak bisa dilepaskan sampai selamanya adalah percintaan dunia. Inilah yang dikatakan sebagai “beban” yang merintangi perlombaan yang diwajibkan bagi orang percaya (Ibr. 12:1). Ikatan dengan dunia adalah ikatan yang sudah mendarah daging, yaitu terbangun sejak kecil di lingkungan tradisi orang tua yang menekankan “sukses hidup dalam dunia” atau paling tidak hidup dalam kewajaran seperti manusia lain.
Orang percaya hendaknya tidak menganggap remeh belenggu ini. Kalau tidak ditanggulangi dengan serius, seseorang akan tetap dalam belenggu tersebut. Banyak orang merasa bahwa hal ini bukan bahaya besar. Mereka tidak pernah berjuang dengan sungguh-sungguh melepaskan diri dari ikatan percintaan dunia, maka mereka tidak pernah menjadi pemenang. Sampai tua kebanggaannya adalah harta. Memang hal itu tidak terucap di mulutnya, tetapi terpatri dalam jiwa. Kalau seseorang mengganggap hal melepaskan diri dari ikatan dunia sebagai hal yang mudah ditanggulangi, itu berarti ia tidak pernah berjuang. Mereka pasti sedang dalam tawanan. Banyak rohaniwan yang merasa telah terbebas dari belenggu ini, padahal jabatan sebagai rohaniwannya tidak membuat ia bebas dari belenggu ini. Karena merasa sudah terbebas dari ikatan dunia, maka ia merasa diri sudah rohani padahal masih duniawi. Rohani yang dimaksud di sini adalah tidak lagi menilai materi atau kekayaan sebagai nilai tertinggi kehidupan.
Sejatinya, orang percaya harus memiliki kehidupan yang memiliki perbedaan mencolok dengan mereka yang tidak dipanggil sebagai umat pilihan warga Kerajaan Surga. Orang percaya yang benar akan menjadikan langit baru dan bumi yang baru sebagai tujuan utama kehidupan dan kerinduan yang terbesar. Yang mana hal ini tidak dimiliki oleh anak-anak dunia. Kita harus mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan. Persiapan ini menyangkut kehidupan pribadi kita agar kita diperkenan bertemu dengan Tuhan di awan-awan permai (Kis. 1:11). Ini berarti kita harus mengutamakan perkara-perkara rohani atau yang memiliki nilai kekal. Hal ini dapat dilakukan dengan kesetiaan terus menerus belajar mengenal Allah dan kebenaran-Nya serta melakukan kehendak-Nya.
Betapa bahagianya hidup seseorang yang benar-benar ditujukan kepada Tuhan, sebab hanya dengan berbuat demikian ia mengisi hidup ini secara benar. Inilah keberuntungan di atas segala keberuntungan. Dengan demikian seseorang memiliki arah hidup yang jelas. Memiliki fokus hidup yang benar atau orientasi hidup yang benar (Luk. 4:8). Bila kita memiliki warna atau keadaan hidup seperti ini, maka hidup kita jauh lebih berarti dari seorang tokoh politik, bintang film terkenal manapun. Sebenarnya inilah kehidupan yang didamba oleh semua makhluk hidup. Oleh karena ini hendaknya kita tidak menunda untuk melangkah dan bergerak bersama dengan Tuhan. Ini adalah suatu pola kehidupan yang tidak terlalu sukar dilakukan. Dengan kesungguhan kita dapat memiliki hidup seperti ini. Semua kita dipanggil untuk memiliki jenis kehidupan seperti ini. Bila warna hidup kita tidak seperti ini, berarti kita telah gagal dalam hidup ini. Dan Tuhan tidak menghendaki kegagalan seperti ini.
Dalam kecerdasannya yang melampaui pikiran manusia, Iblis menawarkan segala “kesenangan-kesenangan sesaat.” Dunia ini dipenuhi dengan berbagai kesenangan-kesenangan yang sangat memikat. Kesenangan-kesenangan sesaat tersebut bisa berupa hobi, hasrat memiliki sesuatu benda (jam tangan, mobil, rumah, dan lain sebagainya), fasilitas hiburan, dan lain sebagainya. Kalau hal tersebut benar-benar hanya sesaat dan tidak mengikat, dampaknya akan kecil (tetapi tetap berdampak). Kalau kesenangan-kesenangan sesaat menjadi ikatan, artinya selalu ingin mengulangi terus menerus sehingga menyita waktu, pikiran, perasaan, dan waktu, maka kesenangan sesaat tidak lagi menjadi “kesenangan sesaat,” tetapi kesenangan permanen. Suatu kesenangan yang menjadi permanen dan mengikat adalah berhala.
Pada umumnya orang-orang tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang berbahaya atau mengganggu keselamatan serta hubungannya dengan Tuhan. Tetapi sejatinya, hal itu merupakan cara Iblis memperlemah gairah untuk mencari Tuhan secara proporsional. Memang pada mulanya orang-orang yang terbujuk menikmati kesenangan sesaat tersebut tidak bermaksud hendak mengkhianati Tuhan. Tetapi seiring dengan perjalanan waktu, ia akan terbelenggu oleh kesenangan-kesenangan tersebut sampai tidak bisa lepas dari jeratnya. Oleh sebab itu, dengan hati yang tulus dan jujur kita memeriksa diri, “Apakah ada kesenangan-kesenangan dalam hidup kita yang mulai menjadi kesenangan permanen sehingga menggeser fokus kita kepada perkara-perkara surgawi?” Jika ternyata memang ada gejala tersebut, kita harus segera melarikan diri dari padanya. Karena bila kita jujur, maka hal inilah yang merusak jiwa kemusafiran kita.
https://overcast.fm/+IqODhx-hU
Orang percaya hendaknya tidak menganggap remeh belenggu ini. Kalau tidak ditanggulangi dengan serius, seseorang akan tetap dalam belenggu tersebut. Banyak orang merasa bahwa hal ini bukan bahaya besar. Mereka tidak pernah berjuang dengan sungguh-sungguh melepaskan diri dari ikatan percintaan dunia, maka mereka tidak pernah menjadi pemenang. Sampai tua kebanggaannya adalah harta. Memang hal itu tidak terucap di mulutnya, tetapi terpatri dalam jiwa. Kalau seseorang mengganggap hal melepaskan diri dari ikatan dunia sebagai hal yang mudah ditanggulangi, itu berarti ia tidak pernah berjuang. Mereka pasti sedang dalam tawanan. Banyak rohaniwan yang merasa telah terbebas dari belenggu ini, padahal jabatan sebagai rohaniwannya tidak membuat ia bebas dari belenggu ini. Karena merasa sudah terbebas dari ikatan dunia, maka ia merasa diri sudah rohani padahal masih duniawi. Rohani yang dimaksud di sini adalah tidak lagi menilai materi atau kekayaan sebagai nilai tertinggi kehidupan.
Sejatinya, orang percaya harus memiliki kehidupan yang memiliki perbedaan mencolok dengan mereka yang tidak dipanggil sebagai umat pilihan warga Kerajaan Surga. Orang percaya yang benar akan menjadikan langit baru dan bumi yang baru sebagai tujuan utama kehidupan dan kerinduan yang terbesar. Yang mana hal ini tidak dimiliki oleh anak-anak dunia. Kita harus mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan. Persiapan ini menyangkut kehidupan pribadi kita agar kita diperkenan bertemu dengan Tuhan di awan-awan permai (Kis. 1:11). Ini berarti kita harus mengutamakan perkara-perkara rohani atau yang memiliki nilai kekal. Hal ini dapat dilakukan dengan kesetiaan terus menerus belajar mengenal Allah dan kebenaran-Nya serta melakukan kehendak-Nya.
Betapa bahagianya hidup seseorang yang benar-benar ditujukan kepada Tuhan, sebab hanya dengan berbuat demikian ia mengisi hidup ini secara benar. Inilah keberuntungan di atas segala keberuntungan. Dengan demikian seseorang memiliki arah hidup yang jelas. Memiliki fokus hidup yang benar atau orientasi hidup yang benar (Luk. 4:8). Bila kita memiliki warna atau keadaan hidup seperti ini, maka hidup kita jauh lebih berarti dari seorang tokoh politik, bintang film terkenal manapun. Sebenarnya inilah kehidupan yang didamba oleh semua makhluk hidup. Oleh karena ini hendaknya kita tidak menunda untuk melangkah dan bergerak bersama dengan Tuhan. Ini adalah suatu pola kehidupan yang tidak terlalu sukar dilakukan. Dengan kesungguhan kita dapat memiliki hidup seperti ini. Semua kita dipanggil untuk memiliki jenis kehidupan seperti ini. Bila warna hidup kita tidak seperti ini, berarti kita telah gagal dalam hidup ini. Dan Tuhan tidak menghendaki kegagalan seperti ini.
Dalam kecerdasannya yang melampaui pikiran manusia, Iblis menawarkan segala “kesenangan-kesenangan sesaat.” Dunia ini dipenuhi dengan berbagai kesenangan-kesenangan yang sangat memikat. Kesenangan-kesenangan sesaat tersebut bisa berupa hobi, hasrat memiliki sesuatu benda (jam tangan, mobil, rumah, dan lain sebagainya), fasilitas hiburan, dan lain sebagainya. Kalau hal tersebut benar-benar hanya sesaat dan tidak mengikat, dampaknya akan kecil (tetapi tetap berdampak). Kalau kesenangan-kesenangan sesaat menjadi ikatan, artinya selalu ingin mengulangi terus menerus sehingga menyita waktu, pikiran, perasaan, dan waktu, maka kesenangan sesaat tidak lagi menjadi “kesenangan sesaat,” tetapi kesenangan permanen. Suatu kesenangan yang menjadi permanen dan mengikat adalah berhala.
Pada umumnya orang-orang tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang berbahaya atau mengganggu keselamatan serta hubungannya dengan Tuhan. Tetapi sejatinya, hal itu merupakan cara Iblis memperlemah gairah untuk mencari Tuhan secara proporsional. Memang pada mulanya orang-orang yang terbujuk menikmati kesenangan sesaat tersebut tidak bermaksud hendak mengkhianati Tuhan. Tetapi seiring dengan perjalanan waktu, ia akan terbelenggu oleh kesenangan-kesenangan tersebut sampai tidak bisa lepas dari jeratnya. Oleh sebab itu, dengan hati yang tulus dan jujur kita memeriksa diri, “Apakah ada kesenangan-kesenangan dalam hidup kita yang mulai menjadi kesenangan permanen sehingga menggeser fokus kita kepada perkara-perkara surgawi?” Jika ternyata memang ada gejala tersebut, kita harus segera melarikan diri dari padanya. Karena bila kita jujur, maka hal inilah yang merusak jiwa kemusafiran kita.
https://overcast.fm/+IqODhx-hU
Sabtu, 30 Maret 2019
Quote Maret 2019 #5
Today's Quote:
Jangan gairah untuk menyenangkan hati Bapa diperlemah oleh keinginan-keinginan pribadi.
Dr. Erastus Sabdono,
25 Maret 2019
Today's Quote:
Tuhan yang agung hanya bisa diimbangi oleh orang yang rela meninggalkan segala sesuatu.
Dr. Erastus Sabdono,
26 Maret 2019
Today's Quote:
Ketika kita memperlakukan sesama dengan benar, dasarnya adalah karena kita menjaga perasaan Tuhan; tetapi jika karena kita ingin menyenangkan hati seseorang, berarti kita memberhalakan dia.
Dr. Erastus Sabdono,
27 Maret 2019
Today's Quote:
Haus dan lapar akan kebenaran bukan hanya berarti rindu mendengar kebenaran, tetapi bagaimana kebenaran tersebut diaplikasikan dalam kehidupan kita setiap hari.
Dr. Erastus Sabdono,
28 Maret 2019
Today's Quote:
Miskinnya seseorang adalah ketika ia merasa bernilai karena materi.
Dr. Erastus Sabdono,
29 Maret 2019
Today's Quote:
Jadikan hidup kita sebagai kendaraan yang memiliki kapasitas yang memadai untuk menyampaikan Injil yang murni.
Dr. Erastus Sabdono,
30 Maret 2019
Jangan gairah untuk menyenangkan hati Bapa diperlemah oleh keinginan-keinginan pribadi.
Dr. Erastus Sabdono,
25 Maret 2019
Today's Quote:
Tuhan yang agung hanya bisa diimbangi oleh orang yang rela meninggalkan segala sesuatu.
Dr. Erastus Sabdono,
26 Maret 2019
Today's Quote:
Ketika kita memperlakukan sesama dengan benar, dasarnya adalah karena kita menjaga perasaan Tuhan; tetapi jika karena kita ingin menyenangkan hati seseorang, berarti kita memberhalakan dia.
Dr. Erastus Sabdono,
27 Maret 2019
Today's Quote:
Haus dan lapar akan kebenaran bukan hanya berarti rindu mendengar kebenaran, tetapi bagaimana kebenaran tersebut diaplikasikan dalam kehidupan kita setiap hari.
Dr. Erastus Sabdono,
28 Maret 2019
Today's Quote:
Miskinnya seseorang adalah ketika ia merasa bernilai karena materi.
Dr. Erastus Sabdono,
29 Maret 2019
Today's Quote:
Jadikan hidup kita sebagai kendaraan yang memiliki kapasitas yang memadai untuk menyampaikan Injil yang murni.
Dr. Erastus Sabdono,
30 Maret 2019
Truth Daily Enlightenment 30 Maret 2019 BUKAN DARI DUNIA INI
Karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka bumi makin rusak dan tidak lagi menjadi tempat yang nyaman untuk dihuni. Tuhan Yesus menyatakan bahwa dunia ini bukan rumah kita. Rasul-rasul menyatakan bahwa kita adalah pendatang di bumi ini. Tuhan menyatakan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, sama seperti Dia bukan berasal dari dunia ini (Yoh. 17:16). Firdaus pertama telah rusak dan harus ditinggalkan. Tuhan menyediakan Firdaus yang baru. Banyak orang Kristen yang sebenarnya belum mengerti maksud Tuhan Yesus bahwa orang percaya berasal dari atas, bukan dari dunia ini. Mengapa Tuhan menyatakan bahwa orang percaya bukan berasal dari dunia ini seperti Dia juga yang bukan berasal dari dunia ini (Yoh. 17:15-16)? Pernyataan Tuhan Yesus ini hendak menunjukkan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan sepenanggungan dengan Dia adalah orang-orang yang terhisap sebagai warga Kerajaan Surga. Mereka hidup di bumi ini hanya sebagai persiapan untuk menetap di sana. Ini berarti orang percaya bukan milik dunia dan kuasa kegelapan lagi, tetapi dipersiapkan untuk menjadi milik Tuhan.
Sementara orang percaya masih tinggal di dunia ini, Tuhan Yesus mohon kepada Bapa agar Bapa melindungi dari yang jahat (Yoh. 17:9-15). Melindungi dari yang jahat maksudnya agar orang percaya terhindar dari cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa, tetapi bergaya hidup sebagai warga Kerajaan Surga. Tentu saja permohonan tersebut dikabulkan oleh Bapa. Ini berarti orang percaya dimungkinkan untuk memiliki keadaan diri yang berbeda dengan orang yang bukan warga Kerajaan Surga. Orang percaya bisa menjadi “manusia lain.” Perlindungan itu akan membuat orang percaya mampu hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah secara mutlak dan dalam kedaulatan-Nya secara absolut, asalkan mau belajar atau dimuridkan.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya bukan berasal dari dunia ini seperti Dia juga bukan berasal dari dunia ini (Yoh. 17:15-16), juga menunjuk bahwa orang percaya bukan bagian dari dunia ini. Dunia ini akan dihancurkan sesuai dengan apa yang dikatakan Petrus dalam suratnya bahwa langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya (2Ptr. 3:1-13). Orang percaya akan diungsikan Tuhan, dibawa ke tempat di mana tidak ada kejahatan. Firman Tuhan menyatakan bahwa orang percaya yang hidup -yang masih tinggal- akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah orang percaya akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan (1Tes. 4:17).
Orang percaya adalah orang-orang yang akan dibawa keluar dari dunia ini ke kota yang memiliki dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Itulah kota yang dirindukan oleh Abraham (Ibr. 11:10). Kerinduannya terhadap kota itu mendorong Abraham meninggalkan Ur-Kasdim dan tidak pernah berniat kembali ke negerinya, walaupun sampai akhir hidupnya Abraham meninggal dan tidak menemukan negeri itu. Ia hanya melihat dari jauh dan melambai-lambaikan tangannya. Hal ini menunjukkan kerinduannya yang sangat kuat untuk sampai ke negeri itu (Ibr. 11:13-16).
Ini suatu hal yang mengagumkan, yaitu walaupun Abraham hidup di zaman Perjanjian Lama, tetapi ia sudah menghayati betapa tidak bernilainya hidup di bumi ini kalau hanya menikmati kesenangan fana. Itulah sebabnya ia merindukan tempat lain. Abraham tidak menghargai dunia ini lebih dari Tuhan. Ia rela meninggalkan negerinya dan tidak menikmati kehidupan seperti orang lain. Ia juga berani mempersembahkan anaknya Ishak tanpa ragu-ragu demi Tuhan yang dihormati dan dihargainya lebih dari segala hal. Jiwa kemusafiran Abraham inilah yang menunjukkan imannya kepada Allah. Seharusnya kehidupan iman Abraham seperti ini yang harus juga orang percaya teladani sepenuhnya. Harus diingat bahwa orang-orang yang dinyatakan beriman sebagai anak-anak Abraham mestinya memiliki kehidupan seperti Abraham.
Oleh sebab itu, kalau mau menjadi seorang yang berasal dari atas, kita harus meninggalkan percintaan dengan dunia ini. Percintaan dunia artinya hasrat menikmati hidup di bumi sama seperti orang-orang pada umumnya. Harus diingat bahwa orang percaya tidak berkewajiban memiliki segala sarana yang ada di dunia ini. Sesungguhnya yang penting adalah melayani Tuhan dengan segala sesuatu yang Tuhan percayakan kepada orang percaya. Jadi kalau orang percaya studi, berkarir, bekerja, berumah tangga, dan melakukan segala kegiatan, semua itu diperuntukkan bagi kepentingan persiapan memasuki Kerajaan Surga, bukan untuk membangun surga di bumi ini.
https://overcast.fm/+IqOBnVUW4
Sementara orang percaya masih tinggal di dunia ini, Tuhan Yesus mohon kepada Bapa agar Bapa melindungi dari yang jahat (Yoh. 17:9-15). Melindungi dari yang jahat maksudnya agar orang percaya terhindar dari cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa, tetapi bergaya hidup sebagai warga Kerajaan Surga. Tentu saja permohonan tersebut dikabulkan oleh Bapa. Ini berarti orang percaya dimungkinkan untuk memiliki keadaan diri yang berbeda dengan orang yang bukan warga Kerajaan Surga. Orang percaya bisa menjadi “manusia lain.” Perlindungan itu akan membuat orang percaya mampu hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah secara mutlak dan dalam kedaulatan-Nya secara absolut, asalkan mau belajar atau dimuridkan.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya bukan berasal dari dunia ini seperti Dia juga bukan berasal dari dunia ini (Yoh. 17:15-16), juga menunjuk bahwa orang percaya bukan bagian dari dunia ini. Dunia ini akan dihancurkan sesuai dengan apa yang dikatakan Petrus dalam suratnya bahwa langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya (2Ptr. 3:1-13). Orang percaya akan diungsikan Tuhan, dibawa ke tempat di mana tidak ada kejahatan. Firman Tuhan menyatakan bahwa orang percaya yang hidup -yang masih tinggal- akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah orang percaya akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan (1Tes. 4:17).
Orang percaya adalah orang-orang yang akan dibawa keluar dari dunia ini ke kota yang memiliki dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Itulah kota yang dirindukan oleh Abraham (Ibr. 11:10). Kerinduannya terhadap kota itu mendorong Abraham meninggalkan Ur-Kasdim dan tidak pernah berniat kembali ke negerinya, walaupun sampai akhir hidupnya Abraham meninggal dan tidak menemukan negeri itu. Ia hanya melihat dari jauh dan melambai-lambaikan tangannya. Hal ini menunjukkan kerinduannya yang sangat kuat untuk sampai ke negeri itu (Ibr. 11:13-16).
Ini suatu hal yang mengagumkan, yaitu walaupun Abraham hidup di zaman Perjanjian Lama, tetapi ia sudah menghayati betapa tidak bernilainya hidup di bumi ini kalau hanya menikmati kesenangan fana. Itulah sebabnya ia merindukan tempat lain. Abraham tidak menghargai dunia ini lebih dari Tuhan. Ia rela meninggalkan negerinya dan tidak menikmati kehidupan seperti orang lain. Ia juga berani mempersembahkan anaknya Ishak tanpa ragu-ragu demi Tuhan yang dihormati dan dihargainya lebih dari segala hal. Jiwa kemusafiran Abraham inilah yang menunjukkan imannya kepada Allah. Seharusnya kehidupan iman Abraham seperti ini yang harus juga orang percaya teladani sepenuhnya. Harus diingat bahwa orang-orang yang dinyatakan beriman sebagai anak-anak Abraham mestinya memiliki kehidupan seperti Abraham.
Oleh sebab itu, kalau mau menjadi seorang yang berasal dari atas, kita harus meninggalkan percintaan dengan dunia ini. Percintaan dunia artinya hasrat menikmati hidup di bumi sama seperti orang-orang pada umumnya. Harus diingat bahwa orang percaya tidak berkewajiban memiliki segala sarana yang ada di dunia ini. Sesungguhnya yang penting adalah melayani Tuhan dengan segala sesuatu yang Tuhan percayakan kepada orang percaya. Jadi kalau orang percaya studi, berkarir, bekerja, berumah tangga, dan melakukan segala kegiatan, semua itu diperuntukkan bagi kepentingan persiapan memasuki Kerajaan Surga, bukan untuk membangun surga di bumi ini.
https://overcast.fm/+IqOBnVUW4
Truth Daily Enlightenment 29 Maret 2019 MEMPERBARUI POLA PIKIR
Biasanya pelayanan gereja dimulai dari kerinduan agar orang-orang jahat menjadi baik. Keluarga-keluarga yang bermasalah dipulihkan, sehingga dapat membangun keluarga yang bahagia. Jemaat diberkati secara finansial, anak-anak sukses dalam studi dan karirnya serta memperoleh jodoh sesuai dengan kehendak Allah dan hidup bahagia. Mereka yang sakit dapat memperoleh kesembuhan, sehingga hidup dalam tubuh yang sehat dan bahagia. Orang-orang yang belum atau tidak ke gereja bisa dibawa ke gereja menjadi orang Kristen yang rajin datang ke kebaktian.
Banyak pendeta sudah merasa puas kalau gerejanya memiliki aktivitas yang menarik dan membuat jemaat senang bergereja. Gereja menjadi maju dengan jumlah jemaat yang bertambah, gedung gereja bisa dibangun besar dan megah, bila mungkin bisa memiliki radio Kristen, klinik Kristen, rumah yatim piatu, panti jompo, dan berbagai kegiatan misi penginjilan. Inilah kegiatan pelayanan yang dipandang sebagai menyukakan hati Tuhan. Biasanya kegiatan-kegiatan tersebut juga didorong oleh semangat membela denominasinya. Sampai hari ini dan pada umumnya (hampir semua) pelayanan gereja-gereja bernuansa kegiatan yang demikian.
Kalau seseorang bertumbuh dewasa secara benar, yaitu terbangunnya kodrat Ilahi (divine nature), maka pelayanan tidak akan terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan lahiriah semata-mata, tetapi pembangunan terhadap manusia batiniahnya, yaitu bagaimana menjadi manusia Allah (man of God). Menjadi manusia Allah artinya memiliki kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela, tidak tertarik sama sekali dengan dunia ini, sebab hatinya tidak bisa dibahagiakan oleh apa pun selain Tuhan dan Kerajaan-Nya dan kerinduannya adalah Rumah Bapa. Jika demikian, maka para rohaniwan (pendeta dan jajarannya) akan berusaha untuk lebih dahulu mencapai kesempurnaan supaya bisa menjadi teladan. Suatu kemutlakan bahwa gereja harus memiliki kebenaran yang mengubah mindset (cara berpikir), sebab pola (cara) berpikir akan pasti mengubah seluruh perilaku. Selain itu gereja harus memiliki role model yang dapat menjadi teladan bagi jemaat.
Dengan jiwa atau esensi pelayanan yang benar seperti itu, maka yang dirindukan dan diusahakan bukan saja agar orang jahat menjadi baik, tetapi orang berdosa menjadi sempurna, hidup tidak bercacat dan tidak bercela. Kita mengajar jemaat bukan hanya membangun rumah tangga yang bahagia di bumi tetapi bagaimana menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Semua sukses studi, karir, bisnis, dan semua kegiatan hidup hanya dipersembahkan bagi Tuhan sepenuhnya. Jemaat bukan hanya belajar memberi persepuluhan, tetapi segenap hidupnya didedikasikan untuk kepentingan Kerajaan Surga. Jemaat diajar untuk bertanggung jawab agar memiliki kesehatan secara berkesinambungan, bukan hanya mukjizat kesembuhan sesaat. Supaya dengan tubuh sehat dapat menjadi pelayan Tuhan yang efektif melalui segala bidang yang digelutinya.
Orang-orang yang belum atau tidak ke gereja bukan hanya dibawa ke gereja menjadi orang Kristen yang rajin datang ke kebaktian, tetapi diubah pola berpikirnya sehingga layak menjadi warga Kerajaan Surga. Gereja bukan hanya memiliki aktivitas yang menarik dan membuat jemaat senang bergereja, tetapi mereka menjadi orang-orang yang haus dan lapar akan kebenaran, yaitu merindukan Firman Tuhan dan menjadi sempurna. Jumlah jemaat tidak lagi menjadi tujuan utama, tetapi yang terutama adalah kualitas individu untuk serupa dengan Yesus. Semua kegiatan lain -seperti radio, televisi, klinik, panti asuhan, panti jompo, misi penginjilan, dan lain sebagainya- hanya sarana untuk membangun manusia Allah, manusia yang layak menjadi anak Allah guna menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Isi pelayanan yang benar menutup pintu terhadap praktik manipulasi.
Pelayanan yang benar memiliki isi pelayanan tiga hal, yaitu:
Pertama, menggiring umat menjadi anak-anak Allah yang tidak bercacat dan tidak bercela. Ini berarti menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.
Kedua, mengarahkan jemaat hanya terfokus ke langit baru dan bumi yang baru. Ini berarti jemaat semakin dapat menghayati bahwa dunia ini bukan rumahnya, sehingga merindukan pulang ke Rumah Bapa. Orang Kristen seperti ini tidak lagi dapat dibahagiakan oleh sesuatu di bumi ini, selain Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Ketiga, memaksimalkan semua potensi dengan bertanggung jawab dan kerja keras; dari masalah kesehatan sampai nafkah, dan semua hanya demi kepentingan Kerajaan Allah. Jadi, semua jemaat hidup hanya untuk melayani Tuhan sebagai hamba-Nya.
Truth Daily Enlightenment 28 Maret 2019 MENJADI FULL TIMER TUHAN
Bagi sebagian orang Kristen, mereka merasa telah memiliki penyerahan kepada Tuhan lebih sempurna -dalam pengertian yang utuh dan lengkap (menurut konsep umum)- kalau mereka berani menyerahkan diri sebagai full timer gereja atau pejabat gereja yang disahkan oleh sinode. Menurut mereka, ukuran full timer adalah tidak memiliki kesibukan di luar lingkungan gereja. Seakan-akan dengan berbuat demikian mereka sudah melayani Tuhan sepenuh waktu. Dalam hal ini sepenuh waktu (full time) diukur dengan kesibukan dalam lingkungan gereja. Padahal pelayanan sepenuh waktu bukan hanya menyangkut waktu dan kesibukan dalam lingkungan gereja, tapi juga sikap batin atau hati.
Bisa dibayangkan kalau seorang anak merasa telah bersekolah dengan baik hanya karena tidak pernah absen di kelas. Betapa bodohnya hal ini. Mereka sudah merasa memenuhi tugas belajar dengan baik hanya karena ada di ruangan kelas. Tentu memang sekolah tidak boleh absen. Namun sekolah itu sendiri harus dipahami sebagai belajar, sehingga ada peningkatan. Sekolah untuk belajar, supaya dari bodoh menjadi pandai, dari tidak cakap menjadi cakap. Pada intinya sekolah adalah tempat untuk belajar. Kalau tidak belajar, percuma sekolah. Hal ini sama dengan seorang pegawai yang masuk ke kantor atau tempat kerja, merasa sudah bekerja dan merasa pantas menerima gaji karena ada di ruangan kerja. Padahal yang penting bukan masuk kantor atau tempat kerja atau ada di ruangan kerja, tetapi bekerja dengan hasil yang baik sehingga benar-benar produktif.
Hal di atas sama dengan kalau seseorang mengaku sebagai full timer, tetapi tidak memiliki sikap hati yang benar sebagai pelayan, yaitu hidup tidak berkepentingan atas apa pun selain melakukan kehendak Bapa bagi jemaat-Nya. Orang-orang full timer seperti itu pasti tidak berdaya guna untuk pekerjaan Tuhan. Mereka bisa masuk kerja ke gereja setiap hari, datang ke setiap kebaktian, dan sibuk dengan berbagai pekerjaan gerejani, tetapi hidupnya tidak berdampak bagi orang lain. Apa artinya hari-hari hidup kita ini kalau tidak berdampak bagi orang lain? Banyak para full timer yang secara teknis melakukan pekerjaan gereja, seperti melawat orang sakit, memberi konseling kepada orang bermasalah, dan mendoakan orang yang membutuhkan doa, tetapi hidupnya tidak berdaya guna mengubah orang lain untuk layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Tidak sedikit full timer dan gereja yang berkeadaan seperti hal tersebut. Pada hakikatnya kegiatan pelayanan seperti itu hanya membuang waktu sia-sia.
Terkait dengan hal ini, kita sebagai full timer dan pendeta harus berhati-hati. Kuasa kegelapan tidak menginginkan kita efektif bagi Kerajaan Surga. Iblis tidak terlalu menghalangi seseorang menjadi full timer, tetapi Iblis sangat menghalangi dan selalu berusaha menjatuhkan kalau seorang full timer menjadi efektif dalam menggiring orang ke dalam Kerajaan Surga. Itulah sebabnya terdapat fakta di mana ada orang-orang yang pertobatannya luar biasa, kesaksian panggilannya sebagai pendeta juga luar biasa, tetapi setelah sekian lama menjadi pendeta ternyata ia membangun kerajaannya sendiri. Mereka sudah merasa menyerahkan hidupnya untuk pelayanan, tetapi sebenarnya mereka mencari hidup dan kelangsungannya untuk dirinya sendiri dan keluarga. Mereka tidak sungguh-sungguh menunjukkan adanya “dunia lain” (Yerusalem Baru) yang menjadi tujuan kehidupan ini.
Seperti Esau yang tidak lagi memiliki kesempatan untuk memperoleh warisan sebagai Anak Perjanjian, sebab ia telah menjual hak kesulungannya demi semangkuk makanan, di sini jelas terlihat bahwa Esau benar-benar kehilangan haknya sebagai Anak Perjanjian. Kesempatan bukan hanya menunjuk waktu, tetapi juga kapasitas diri dimana seseorang berpotensi untuk bisa berubah atau tidak. Kata “kesempatan” dalam teks aslinya adalah topon (τόπον), yang artinya tempat berpijak atau pangkalan atau landasan. Hal ini menjadi peringatan bagi kita yang sudah lama tidak mengalami pertumbuhan secara normal di dalam Tuhan. Hendaknya kita tidak kehilangan kesempatan untuk berubah.
Tulisan ini tidak bermaksud menghakimi atau mencela siapa pun. Tetapi kiranya menjadi cermin bagi para pelayan Tuhan agar kita kembali kepada panggilan pelayanan yang murni, jika sekiranya telah menyimpang. Selain itu, hal ini harus menjadi keprihatinan kita semua, yaitu kalau para pelayan Tuhan tidak berjalan dalam kebenaran, bagaimana bisa mereka menuntun umat agar siap menghadap Bapa? Bagi jemaat Tuhan, melalui kebenaran ini, agar dicelikkan bahwa ternyata banyak musang berbulu domba. Oleh sebab itu hendaklah kita berhati-hatilah terhadap siapa yang harus didengar dan dipercayai.
https://overcast.fm/+IqOCUs560
Bisa dibayangkan kalau seorang anak merasa telah bersekolah dengan baik hanya karena tidak pernah absen di kelas. Betapa bodohnya hal ini. Mereka sudah merasa memenuhi tugas belajar dengan baik hanya karena ada di ruangan kelas. Tentu memang sekolah tidak boleh absen. Namun sekolah itu sendiri harus dipahami sebagai belajar, sehingga ada peningkatan. Sekolah untuk belajar, supaya dari bodoh menjadi pandai, dari tidak cakap menjadi cakap. Pada intinya sekolah adalah tempat untuk belajar. Kalau tidak belajar, percuma sekolah. Hal ini sama dengan seorang pegawai yang masuk ke kantor atau tempat kerja, merasa sudah bekerja dan merasa pantas menerima gaji karena ada di ruangan kerja. Padahal yang penting bukan masuk kantor atau tempat kerja atau ada di ruangan kerja, tetapi bekerja dengan hasil yang baik sehingga benar-benar produktif.
Hal di atas sama dengan kalau seseorang mengaku sebagai full timer, tetapi tidak memiliki sikap hati yang benar sebagai pelayan, yaitu hidup tidak berkepentingan atas apa pun selain melakukan kehendak Bapa bagi jemaat-Nya. Orang-orang full timer seperti itu pasti tidak berdaya guna untuk pekerjaan Tuhan. Mereka bisa masuk kerja ke gereja setiap hari, datang ke setiap kebaktian, dan sibuk dengan berbagai pekerjaan gerejani, tetapi hidupnya tidak berdampak bagi orang lain. Apa artinya hari-hari hidup kita ini kalau tidak berdampak bagi orang lain? Banyak para full timer yang secara teknis melakukan pekerjaan gereja, seperti melawat orang sakit, memberi konseling kepada orang bermasalah, dan mendoakan orang yang membutuhkan doa, tetapi hidupnya tidak berdaya guna mengubah orang lain untuk layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Tidak sedikit full timer dan gereja yang berkeadaan seperti hal tersebut. Pada hakikatnya kegiatan pelayanan seperti itu hanya membuang waktu sia-sia.
Terkait dengan hal ini, kita sebagai full timer dan pendeta harus berhati-hati. Kuasa kegelapan tidak menginginkan kita efektif bagi Kerajaan Surga. Iblis tidak terlalu menghalangi seseorang menjadi full timer, tetapi Iblis sangat menghalangi dan selalu berusaha menjatuhkan kalau seorang full timer menjadi efektif dalam menggiring orang ke dalam Kerajaan Surga. Itulah sebabnya terdapat fakta di mana ada orang-orang yang pertobatannya luar biasa, kesaksian panggilannya sebagai pendeta juga luar biasa, tetapi setelah sekian lama menjadi pendeta ternyata ia membangun kerajaannya sendiri. Mereka sudah merasa menyerahkan hidupnya untuk pelayanan, tetapi sebenarnya mereka mencari hidup dan kelangsungannya untuk dirinya sendiri dan keluarga. Mereka tidak sungguh-sungguh menunjukkan adanya “dunia lain” (Yerusalem Baru) yang menjadi tujuan kehidupan ini.
Seperti Esau yang tidak lagi memiliki kesempatan untuk memperoleh warisan sebagai Anak Perjanjian, sebab ia telah menjual hak kesulungannya demi semangkuk makanan, di sini jelas terlihat bahwa Esau benar-benar kehilangan haknya sebagai Anak Perjanjian. Kesempatan bukan hanya menunjuk waktu, tetapi juga kapasitas diri dimana seseorang berpotensi untuk bisa berubah atau tidak. Kata “kesempatan” dalam teks aslinya adalah topon (τόπον), yang artinya tempat berpijak atau pangkalan atau landasan. Hal ini menjadi peringatan bagi kita yang sudah lama tidak mengalami pertumbuhan secara normal di dalam Tuhan. Hendaknya kita tidak kehilangan kesempatan untuk berubah.
Tulisan ini tidak bermaksud menghakimi atau mencela siapa pun. Tetapi kiranya menjadi cermin bagi para pelayan Tuhan agar kita kembali kepada panggilan pelayanan yang murni, jika sekiranya telah menyimpang. Selain itu, hal ini harus menjadi keprihatinan kita semua, yaitu kalau para pelayan Tuhan tidak berjalan dalam kebenaran, bagaimana bisa mereka menuntun umat agar siap menghadap Bapa? Bagi jemaat Tuhan, melalui kebenaran ini, agar dicelikkan bahwa ternyata banyak musang berbulu domba. Oleh sebab itu hendaklah kita berhati-hatilah terhadap siapa yang harus didengar dan dipercayai.
https://overcast.fm/+IqOCUs560
Rabu, 27 Maret 2019
Truth Daily Enlightenment 27 Maret 2019 MENEMUKAN KEMULIAAN ALLAH
Sebenarnya banyak orang yang telah tercengkeram oleh kuku-kuku kuat kuasa kegelapan, sehingga kehidupannya dikuasai oleh kuasa jahat. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang dalam kekuasaan kuasa kegelapan. Apalagi kalau mereka rajin ke gereja, ikut mengambil bagian dalam pelayanan, bahkan diangkat sebagai aktivis gereja, maka mereka mudah sekali tertipu oleh dirinya sendiri. Banyak di antara mereka yang telah yakin dan merasa sebagai hamba Tuhan yang benar, padahal belum tentu telah diakui sebagai hamba-Nya. Pengakuan sebagai hamba Tuhan harus berangkat dari Allah, bukan dari manusia yang dalam hal ini diwakili oleh sinode. Seseorang bisa disahkan sebagai pendeta atau pejabat sinode dan dengan lantang mengakui dirinya sebagai hamba Allah, tetapi bagaimana pengakuan dari Allah? Dalam hal ini setiap pendeta harus sungguh-sungguh memperkarakannya.
Banyak pendeta yang bisa mengusir setan dan mengadakan mukjizat, merasa dirinya sudah dapat bebas dari cengkeraman kuasa kegelapan. Mereka bisa mengusir setan yang secara fisik atau secara kasat mata menguasai seseorang, tetapi mereka tidak menyadari adanya belenggu dalam jiwanya sendiri. Biasanya belenggu itu menyangkut masalah uang, kekuatan libido, dan kehormatan dalam gereja. Tidak heran jika ada pendeta-pendeta hebat di mata manusia ternyata masih dalam ikatan dosa yang memalukan. Barangkali secara moral umum mereka tidak terlibat dalam perzinaan, penggelapan uang, dan pertikaian fisik dengan pendeta lain, tetapi sebenarnya mereka mengingini perkara-perkara tersebut (harta dan takhta). Dengan sangat halus, cerdik, dan terselubung mereka mengingininya, sebagai sesuatu yang dirasakan dapat membahagiakan dan menjadi kebanggaan. Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang nantinya akan ditolak oleh Tuhan Yesus.
Banyak hamba Tuhan dan orang Kristen tidak sadar bahwa ia telah menjual dirinya kepada kuasa kegelapan. Bilamana hal ini bisa terjadi? Hal ini dapat terjadi ketika seseorang mengingini segala sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki untuk diingini. Barangkali yang diingini bukan sesuatu yang salah di mata manusia dan tidak melanggar moral umum. Tetapi kalau hal itu tidak dikehendaki oleh Tuhan untuk diingini, maka hal tersebut juga berarti sebuah pelanggaran. Harus diingat, ketika kita menerima penebusan oleh Tuhan Yesus, berarti segenap hidup kita -termasuk pikiran, perasaan, dan kehendak- telah dimiliki oleh Tuhan. Kita tidak berhak mengingini sesuatu yang tidak dikehendaki atau tidak diingini oleh Tuhan.
Dengan mengingini sesuatu, maka jiwa dan hati seseorang terarah kepada apa yang diingini tersebut. Bila yang diinginkan tidak sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan, maka berarti ia menolak melayani Tuhan. Menolak melayani Tuhan artinya tidak melayani keinginan-Nya atau selera Tuhan. Ini adalah sikap pemberontakan kepada Tuhan. Orang yang memberontak kepada Tuhan berarti menghamba kepada Iblis. Jadi, apa yang diingini seseorang itulah yang memberi arah kepada siapa seseorang memberi diri untuk dikuasai atau dibelenggu.
Manusia harus diciptakan sepenuhnya untuk mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan dimulai dari pemurnian hasrat atau keinginan. Kegiatan gereja seharusnya merupakan pembinaan atau arahan agar jemaat tidak menjual diri kepada Iblis, tetapi menyerahkan diri kepada Tuhan sebagai Pencipta dan pemilik kehidupan ini. Dengan cara bagaimanakah seseorang tidak menjual diri kepada Iblis, tetapi menyerahkan diri kepada Tuhan? Yaitu bila seseorang berusaha mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Jemaat Tuhan harus belajar untuk tidak mengingini apa yang Tuhan kehendaki untuk tidak diingini umat-Nya.
Perjalanan hidup ini adalah sebuah perjalanan hidup untuk mengingini apa yang Tuhan ingini dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan. Perjalanan hidup seperti ini adalah perjalanan hidup seseorang yang telah mati bagi dirinya sendiri, tetapi hidup untuk kemuliaan Tuhan (2Kor. 5:14-15). Dari hal ini seseorang menemukan kemuliaan Allah yang hilang. Oleh sebab itu kesempatan untuk menemukan kemuliaan yang hilang hendaknya tidak disia-siakan. Barangkali ini adalah kesempatan terakhir (the last chance) kita.
https://overcast.fm/+IqOAdZGWo
Banyak pendeta yang bisa mengusir setan dan mengadakan mukjizat, merasa dirinya sudah dapat bebas dari cengkeraman kuasa kegelapan. Mereka bisa mengusir setan yang secara fisik atau secara kasat mata menguasai seseorang, tetapi mereka tidak menyadari adanya belenggu dalam jiwanya sendiri. Biasanya belenggu itu menyangkut masalah uang, kekuatan libido, dan kehormatan dalam gereja. Tidak heran jika ada pendeta-pendeta hebat di mata manusia ternyata masih dalam ikatan dosa yang memalukan. Barangkali secara moral umum mereka tidak terlibat dalam perzinaan, penggelapan uang, dan pertikaian fisik dengan pendeta lain, tetapi sebenarnya mereka mengingini perkara-perkara tersebut (harta dan takhta). Dengan sangat halus, cerdik, dan terselubung mereka mengingininya, sebagai sesuatu yang dirasakan dapat membahagiakan dan menjadi kebanggaan. Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang nantinya akan ditolak oleh Tuhan Yesus.
Banyak hamba Tuhan dan orang Kristen tidak sadar bahwa ia telah menjual dirinya kepada kuasa kegelapan. Bilamana hal ini bisa terjadi? Hal ini dapat terjadi ketika seseorang mengingini segala sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki untuk diingini. Barangkali yang diingini bukan sesuatu yang salah di mata manusia dan tidak melanggar moral umum. Tetapi kalau hal itu tidak dikehendaki oleh Tuhan untuk diingini, maka hal tersebut juga berarti sebuah pelanggaran. Harus diingat, ketika kita menerima penebusan oleh Tuhan Yesus, berarti segenap hidup kita -termasuk pikiran, perasaan, dan kehendak- telah dimiliki oleh Tuhan. Kita tidak berhak mengingini sesuatu yang tidak dikehendaki atau tidak diingini oleh Tuhan.
Dengan mengingini sesuatu, maka jiwa dan hati seseorang terarah kepada apa yang diingini tersebut. Bila yang diinginkan tidak sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan, maka berarti ia menolak melayani Tuhan. Menolak melayani Tuhan artinya tidak melayani keinginan-Nya atau selera Tuhan. Ini adalah sikap pemberontakan kepada Tuhan. Orang yang memberontak kepada Tuhan berarti menghamba kepada Iblis. Jadi, apa yang diingini seseorang itulah yang memberi arah kepada siapa seseorang memberi diri untuk dikuasai atau dibelenggu.
Manusia harus diciptakan sepenuhnya untuk mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan dimulai dari pemurnian hasrat atau keinginan. Kegiatan gereja seharusnya merupakan pembinaan atau arahan agar jemaat tidak menjual diri kepada Iblis, tetapi menyerahkan diri kepada Tuhan sebagai Pencipta dan pemilik kehidupan ini. Dengan cara bagaimanakah seseorang tidak menjual diri kepada Iblis, tetapi menyerahkan diri kepada Tuhan? Yaitu bila seseorang berusaha mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Jemaat Tuhan harus belajar untuk tidak mengingini apa yang Tuhan kehendaki untuk tidak diingini umat-Nya.
Perjalanan hidup ini adalah sebuah perjalanan hidup untuk mengingini apa yang Tuhan ingini dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan. Perjalanan hidup seperti ini adalah perjalanan hidup seseorang yang telah mati bagi dirinya sendiri, tetapi hidup untuk kemuliaan Tuhan (2Kor. 5:14-15). Dari hal ini seseorang menemukan kemuliaan Allah yang hilang. Oleh sebab itu kesempatan untuk menemukan kemuliaan yang hilang hendaknya tidak disia-siakan. Barangkali ini adalah kesempatan terakhir (the last chance) kita.
https://overcast.fm/+IqOAdZGWo
Senin, 25 Maret 2019
Truth Daily Enlightenment 26 Maret 2019 DALAM KEKUDUSAN ALLAH
Kekudusan Allah adalah kesempurnaan kebenaran dalam seluruh hakikat-Nya yang tidak terbatas. Dalam kekudusan-Nya, hendak diperkenalkan kepada manusia bahwa Ia tidak menolerir pelanggaran terhadap hukum dan kehendak-Nya. Dalam kekudusan-Nya, Ia menuntut hukuman setiap orang yang bersalah (Nah. 1:2-4). Itulah sebabnya maka kekudusan Allah tidak dapat dipisahkan dari keadilan-Nya. Ia tidak akan menolerir dosa yang terjadi di tengah-tengah umat-Nya. Allah menolak tegas mereka yang tidak hidup dalam kesucian-Nya. Sekarang ini terkesan Allah tidak atau kurang tegas. Gereja juga sering kurang menunjukkan ketegasan Allah, lebih banyak berbicara mengenai kasih, kebaikan, dan kesabaran-Nya. Padahal suatu hari Allah akan bertindak tegas. Ia akan mengusir orang Kristen -bahkan orang yang mengaku hamba Tuhan atau pendeta- dari hadirat-Nya, yaitu mereka yang tidak melakukan kehendak Bapa.
Bila Alkitab menyatakan mengenai kekudusan Allah, itu bukan hanya bermaksud hendak menunjukkan bahwa Allah tidak bercela dalam seluruh tindakan-Nya, tetapi juga panggilan agar umat memiliki kesucian seperti Dia, agar umat tidak tertolak di hadapan-Nya. Umat dipanggil untuk memiliki kesucian seperti kesucian Allah. Dalam 1 Petrus 1:16, Firman Tuhan jelas mengatakan: “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” Tuhan menghubungkan kekudusan-Nya dengan kekudusan umat, sebab Allah tidak bisa bersama dengan umat yang tidak kudus. Firman Tuhan mengatakan: “Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa” (2Kor. 6:17-18).
Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia tidak berkeadaan seperti Allah, Bapanya. Alkitab menyatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Kata “berdosa” dalam teks aslinya adalah hamartano (ἁμαρτάνω), yang memiliki beberapa pengertian; di antaranya yang paling menonjol adalah tidak mengenai sasaran atau meleset. Inilah yang dimaksud bahwa manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Manusia tidak memenuhi atau mencapai standar sebagai anak-anak Allah. Kualitas kehidupan yang dimiliki manusia bukanlah kualitas anak Allah. Itulah sebabnya Allah Bapa mengutus Putra-Nya, agar melalui-Nya manusia diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Kalau manusia tidak dikembalikan ke rancangan semula, yaitu berkeadaan seperti Bapa, maka mereka tidak layak masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga, yang sama dengan tidak diperkenan masuk Rumah Bapa.
Kesucian hidup adalah hal mutlak yang harus dimiliki orang percaya. Mengerti hukum-hukum dan peraturan bukanlah jalan untuk mencapai kesucian yang Tuhan kehendaki, tetapi memahami pikiran dan perasaan Tuhan serta melakukan segala sesuatu selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah adalah jalan untuk terhindar dari penjara abadi; kebinasaan. Di tengah-tengah kemungkinan untuk berbuat dosa, orang percaya harus belajar untuk hidup di dalam ketaatan kepada Bapa, bukan penurutan kepada keinginannya sendiri. Dari hal ini maka terbangunlah kesucian yang sejati dalam hidup ini.
Dengan demikian kesucian bukan hanya melakukan hukum-hukum moral dan segala hal yang dipandang baik di mata manusia (demikianlah konsep agama-agama pada umumnya). Kesucian adalah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Bapa di surga, dalam segala hal. Ini berarti orang percaya harus berangkat dari mengerti mengenai apa pun yang Bapa kehendaki dan dengan sukacita, serta rela bersungguh-sungguh berusaha melakukannya (Mat. 7:21-23). Kesucian hidup adalah kehidupan yang melakukan kehendak Bapa dengan sempurna. Kehidupan Tuhan Yesus adalah contoh kehidupan dalam kesucian yang dikehendaki oleh Bapa.
Kebiasaan hidup melakukan apa yang Bapa kehendaki akan membuat seseorang semakin memiliki kesucian seperti Bapa. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus menjadi sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48). Dengan demikian, kesucian hidup seseorang akan nampak bukan pada cara hidupnya yang kelihatan secara lahiriah -yaitu patuh atau tunduk kepada hukum- tetapi pada seluruh sikap hidupnya yang agung. Dalam hal ini, bagaimanapun kesucian hidup seseorang akan terpancar dari seluruh sikap hidupnya; seluruh gerak tubuh dan perkataannya. Sampai pada taraf ini, seseorang barulah dapat menjadi saksi Tuhan Yesus yang efektif. Menunjukkan keagungan Pribadi Yesus melalui hidup kita. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan memuliakan Tuhan. Dengan hal ini “kota yang terletak di atas bukit,” Kerajaan Surga, dapat dilihat oleh orang di sekitar kita.
https://overcast.fm/+IqOBuWcrI
Bila Alkitab menyatakan mengenai kekudusan Allah, itu bukan hanya bermaksud hendak menunjukkan bahwa Allah tidak bercela dalam seluruh tindakan-Nya, tetapi juga panggilan agar umat memiliki kesucian seperti Dia, agar umat tidak tertolak di hadapan-Nya. Umat dipanggil untuk memiliki kesucian seperti kesucian Allah. Dalam 1 Petrus 1:16, Firman Tuhan jelas mengatakan: “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” Tuhan menghubungkan kekudusan-Nya dengan kekudusan umat, sebab Allah tidak bisa bersama dengan umat yang tidak kudus. Firman Tuhan mengatakan: “Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa” (2Kor. 6:17-18).
Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia tidak berkeadaan seperti Allah, Bapanya. Alkitab menyatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Kata “berdosa” dalam teks aslinya adalah hamartano (ἁμαρτάνω), yang memiliki beberapa pengertian; di antaranya yang paling menonjol adalah tidak mengenai sasaran atau meleset. Inilah yang dimaksud bahwa manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Manusia tidak memenuhi atau mencapai standar sebagai anak-anak Allah. Kualitas kehidupan yang dimiliki manusia bukanlah kualitas anak Allah. Itulah sebabnya Allah Bapa mengutus Putra-Nya, agar melalui-Nya manusia diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Kalau manusia tidak dikembalikan ke rancangan semula, yaitu berkeadaan seperti Bapa, maka mereka tidak layak masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga, yang sama dengan tidak diperkenan masuk Rumah Bapa.
Kesucian hidup adalah hal mutlak yang harus dimiliki orang percaya. Mengerti hukum-hukum dan peraturan bukanlah jalan untuk mencapai kesucian yang Tuhan kehendaki, tetapi memahami pikiran dan perasaan Tuhan serta melakukan segala sesuatu selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah adalah jalan untuk terhindar dari penjara abadi; kebinasaan. Di tengah-tengah kemungkinan untuk berbuat dosa, orang percaya harus belajar untuk hidup di dalam ketaatan kepada Bapa, bukan penurutan kepada keinginannya sendiri. Dari hal ini maka terbangunlah kesucian yang sejati dalam hidup ini.
Dengan demikian kesucian bukan hanya melakukan hukum-hukum moral dan segala hal yang dipandang baik di mata manusia (demikianlah konsep agama-agama pada umumnya). Kesucian adalah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Bapa di surga, dalam segala hal. Ini berarti orang percaya harus berangkat dari mengerti mengenai apa pun yang Bapa kehendaki dan dengan sukacita, serta rela bersungguh-sungguh berusaha melakukannya (Mat. 7:21-23). Kesucian hidup adalah kehidupan yang melakukan kehendak Bapa dengan sempurna. Kehidupan Tuhan Yesus adalah contoh kehidupan dalam kesucian yang dikehendaki oleh Bapa.
Kebiasaan hidup melakukan apa yang Bapa kehendaki akan membuat seseorang semakin memiliki kesucian seperti Bapa. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus menjadi sempurna seperti Bapa (Mat. 5:48). Dengan demikian, kesucian hidup seseorang akan nampak bukan pada cara hidupnya yang kelihatan secara lahiriah -yaitu patuh atau tunduk kepada hukum- tetapi pada seluruh sikap hidupnya yang agung. Dalam hal ini, bagaimanapun kesucian hidup seseorang akan terpancar dari seluruh sikap hidupnya; seluruh gerak tubuh dan perkataannya. Sampai pada taraf ini, seseorang barulah dapat menjadi saksi Tuhan Yesus yang efektif. Menunjukkan keagungan Pribadi Yesus melalui hidup kita. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan memuliakan Tuhan. Dengan hal ini “kota yang terletak di atas bukit,” Kerajaan Surga, dapat dilihat oleh orang di sekitar kita.
https://overcast.fm/+IqOBuWcrI
Truth Daily Enlightenment 25 Maret 2019 MEMAHAMI PERASAAN ALLAH BAPA
Ketika kita meminta pengampunan atas suatu dosa atau kesalahan kepada Allah, seharusnya fokusnya bukan lagi pada kesalahan itu sendiri, tetapi juga pada perasaan Allah Bapa dan Tuhan Yesus yang kita lukai. Dalam hal ini ketika kita mempersoalkan dan menangani masalah dosa, hal itu bukan hanya masalah yang ada di pihak kita, yaitu dosa yang kita lakukan, tetapi juga pihak Allah (Bapa dan Anak), yaitu perasaan-Nya yang terlukai. Mengapa demikian? Sebab kita telah diangkat sebagai anak bagi Bapa di surga. Setiap perbuatan kita membangkitkan reaksi dari Bapa. Itulah sebabnya Petrus mengatakan “Kalau kita memanggil Allah sebagai Bapa, hendaknya kita hidup dalam ketakutan selama menumpang di dunia.”
Lebih mudah bagi seseorang untuk menyadari suatu kesalahan yang sudah diperbuatnya, kalau kesalahan tersebut menggunakan ukuran hukum yang tertulis seperti hukum Taurat atau seperti banyak hukum dan syariat yang ada pada banyak agama. Tetapi sangatlah sulit disadari kalau dosa tersebut menyangkut sikap hati, sikap batin, dan cara berpikir seseorang. Tidak mudah memeriksa setiap gerak pikiran dan perasaan. Sangat jarang orang yang benar-benar serius memeriksa setiap gerak pikiran dan perasaannya, padahal Tuhan selalu menguji batin (Why. 2:23). Dosa itu juga menyangkut setiap kata yang kita ucapkan. Banyak perkataan yang kita ucapkan yang secara hukum bukan merupakan pelanggaran, tetapi ditinjau dari perasaan dan pikiran Bapa dapat melukai-Nya. Dalam hal ini orang percaya harus belajar untuk memiliki kecerdasan roh. Dengan kecerdasan tersebut seseorang dapat peka terhadap perasaan Bapa.
Tanpa sadar, sering orang berpikir bahwa yang dibenci Tuhan hanya dosa dalam arti perbuatan, sehingga setiap kali berbuat dosa, maka seseorang datang kepada Tuhan untuk menyelesaikan dosanya dengan mohon pengampunan. Dengan permohonan ampun, maka dirinya dapat menerima pengampunan dan penghapusan dosa dengan darah-Nya. Setelah melakukan hal tersebut kemudian percaya bahwa Tuhan sudah mengampuni, maka hal itu sudah dianggap selesai dan hati Bapa pun disukakan. Padahal berbicara mengenai penyelesaian masalah dosa, sesungguhnya semua dosa sudah diselesaikan di kayu salib, yang belum selesai adalah potensi dosa di dalam diri seseorang yang harus digarap secara terus menerus. Potensi dosa itulah juga yang disebut sebagai kodrat dosa di dalam diri seseorang. Penggarapan tersebut dimaksudkan untuk mengubah kodrat dosa dalam diri seseorang menjadi kodrat Ilahi.
Jadi, kalau kita meminta ampun atas kesalahan kita, maka kita bukan hanya minta ampun atas kesalahan yang telah kita lakukan tapi kita juga mempersoalkan keadaan diri kita ini yang belum seperti yang Bapa inginkan. Hal ini akan memacu diri kita untuk memperkarakan kodrat dosa yang masih berkuasa atas diri kita dan berusaha untuk mencapai level yang Bapa tetapkan menjadi target kita. Jadi ketika kita berdoa, “Bapa, ampuni salahku” itu juga mestinya berarti sama dengan doa: “Bapa, ampuni keberadaanku yang belum seperti yang Engkau ingini.” Mempersoalkan keberadaan diri berarti juga kesediaan untuk diubah secara total. Dalam hal ini yang diselesaikan bukan saja akibat perbuatan suatu kesalahan, tetapi juga keberadaan potensi dosa yang ada di dalam diri kita. Keberadaan potensi dosa adalah keberadaan di mana seseorang meleset dari melakukan apa yang tepat seperti yang dikehendaki oleh Bapa.
Jadi, kalau seseorang berbuat dosa, sesungguhnya yang menjadi persoalan bukan saja perbuatan dosa itu sendiri, tetapi adanya potensi dosa di dalam dirinya. Potensi dosa itulah yang mendukakan hati Bapa. Sama seperti seorang anak yang tidak naik kelas, masalahnya bukan saja pada keadaan tidak naik kelas tersebut, tetapi mengapa potensi anak tersebut rendah sehingga tidak naik kelas. Bagaimana dengan kehidupan anak itu di hari esok? Demikian pula dengan perbuatan dosa yang dilakukan seseorang, masalahnya bukan saja perbuatan itu sendiri tetapi keberadaan kodrat dosa yang berkuasa atas diri seseorang. Kalau hal itu tidak diselesaikan, maka seseorang tidak akan layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.
Suatu hari nanti, orang-orang yang masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga adalah mereka yang memiliki natur Ilahi, sehingga tanpa ada hukum atau peraturan pun tidak akan pernah terjadi pelanggaran. Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa di surga nanti tidak akan pernah terjadi pemberontakan seperti yang pernah terjadi pada zaman ada Lusifer di surga. Dengan demikian, sangatlah benar bahwa hidup di bumi hari ini hanya persiapan untuk masuk dalam dunia yang akan datang. Tanpa dipersiapkan dan diubah, seseorang tidak akan mendapat bagian dalam dunia yang akan datang. Untuk ini seseorang harus memilih, apakah mau menjadi manusia hari ini atau mau menjadi manusia hari esok atau manusia masa depan.
https://overcast.fm/+IqODdBMSg
Lebih mudah bagi seseorang untuk menyadari suatu kesalahan yang sudah diperbuatnya, kalau kesalahan tersebut menggunakan ukuran hukum yang tertulis seperti hukum Taurat atau seperti banyak hukum dan syariat yang ada pada banyak agama. Tetapi sangatlah sulit disadari kalau dosa tersebut menyangkut sikap hati, sikap batin, dan cara berpikir seseorang. Tidak mudah memeriksa setiap gerak pikiran dan perasaan. Sangat jarang orang yang benar-benar serius memeriksa setiap gerak pikiran dan perasaannya, padahal Tuhan selalu menguji batin (Why. 2:23). Dosa itu juga menyangkut setiap kata yang kita ucapkan. Banyak perkataan yang kita ucapkan yang secara hukum bukan merupakan pelanggaran, tetapi ditinjau dari perasaan dan pikiran Bapa dapat melukai-Nya. Dalam hal ini orang percaya harus belajar untuk memiliki kecerdasan roh. Dengan kecerdasan tersebut seseorang dapat peka terhadap perasaan Bapa.
Tanpa sadar, sering orang berpikir bahwa yang dibenci Tuhan hanya dosa dalam arti perbuatan, sehingga setiap kali berbuat dosa, maka seseorang datang kepada Tuhan untuk menyelesaikan dosanya dengan mohon pengampunan. Dengan permohonan ampun, maka dirinya dapat menerima pengampunan dan penghapusan dosa dengan darah-Nya. Setelah melakukan hal tersebut kemudian percaya bahwa Tuhan sudah mengampuni, maka hal itu sudah dianggap selesai dan hati Bapa pun disukakan. Padahal berbicara mengenai penyelesaian masalah dosa, sesungguhnya semua dosa sudah diselesaikan di kayu salib, yang belum selesai adalah potensi dosa di dalam diri seseorang yang harus digarap secara terus menerus. Potensi dosa itulah juga yang disebut sebagai kodrat dosa di dalam diri seseorang. Penggarapan tersebut dimaksudkan untuk mengubah kodrat dosa dalam diri seseorang menjadi kodrat Ilahi.
Jadi, kalau kita meminta ampun atas kesalahan kita, maka kita bukan hanya minta ampun atas kesalahan yang telah kita lakukan tapi kita juga mempersoalkan keadaan diri kita ini yang belum seperti yang Bapa inginkan. Hal ini akan memacu diri kita untuk memperkarakan kodrat dosa yang masih berkuasa atas diri kita dan berusaha untuk mencapai level yang Bapa tetapkan menjadi target kita. Jadi ketika kita berdoa, “Bapa, ampuni salahku” itu juga mestinya berarti sama dengan doa: “Bapa, ampuni keberadaanku yang belum seperti yang Engkau ingini.” Mempersoalkan keberadaan diri berarti juga kesediaan untuk diubah secara total. Dalam hal ini yang diselesaikan bukan saja akibat perbuatan suatu kesalahan, tetapi juga keberadaan potensi dosa yang ada di dalam diri kita. Keberadaan potensi dosa adalah keberadaan di mana seseorang meleset dari melakukan apa yang tepat seperti yang dikehendaki oleh Bapa.
Jadi, kalau seseorang berbuat dosa, sesungguhnya yang menjadi persoalan bukan saja perbuatan dosa itu sendiri, tetapi adanya potensi dosa di dalam dirinya. Potensi dosa itulah yang mendukakan hati Bapa. Sama seperti seorang anak yang tidak naik kelas, masalahnya bukan saja pada keadaan tidak naik kelas tersebut, tetapi mengapa potensi anak tersebut rendah sehingga tidak naik kelas. Bagaimana dengan kehidupan anak itu di hari esok? Demikian pula dengan perbuatan dosa yang dilakukan seseorang, masalahnya bukan saja perbuatan itu sendiri tetapi keberadaan kodrat dosa yang berkuasa atas diri seseorang. Kalau hal itu tidak diselesaikan, maka seseorang tidak akan layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.
Suatu hari nanti, orang-orang yang masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga adalah mereka yang memiliki natur Ilahi, sehingga tanpa ada hukum atau peraturan pun tidak akan pernah terjadi pelanggaran. Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa di surga nanti tidak akan pernah terjadi pemberontakan seperti yang pernah terjadi pada zaman ada Lusifer di surga. Dengan demikian, sangatlah benar bahwa hidup di bumi hari ini hanya persiapan untuk masuk dalam dunia yang akan datang. Tanpa dipersiapkan dan diubah, seseorang tidak akan mendapat bagian dalam dunia yang akan datang. Untuk ini seseorang harus memilih, apakah mau menjadi manusia hari ini atau mau menjadi manusia hari esok atau manusia masa depan.
https://overcast.fm/+IqODdBMSg
Minggu, 24 Maret 2019
Live streaming SBT 25 maret 2019
https://www.youtube.com/watch?v=PdwoyIAUQOA
link streaming aktif hanya sekitar 2 hari, semoga memberkati
Quote Maret 2019 #4
Today's Quote: Bahagia yang sejati adalah ketika kita tidak menginingi apa pun selain Tuhan dan Kerajaan-Nya dan ketika kita dapat menikmati sesuatu tanpa mengingininya. Dr. Erastus Sabdono, 18 Maret 2019
Today's Quote:
Bagi orang percaya yang benar, ia pasti tidak memiliki waktu untuk kesenangannya sendiri.
Dr. Erastus Sabdono,
19 Maret 2019
Today's Quote:
Kualitas Kekristenan seseorang nampak dari bagaimana cara ia menggelar hidup.
Dr. Erastus Sabdono,
20 Maret 2019
Today's Quote:
Allah hanya bisa disukakan ketika kita menyalibkan daging.
Dr. Erastus Sabdono,
21 Maret 2019
Today's Quote:
Gairah hidup kita menentukan arah hidup; maka sejatinya gairah hidup kita hanyalah menyenangkan hati Bapa.
Dr. Erastus Sabdono,
22 Maret 2019
Today's Quote:
Carilah perkenanan Tuhan, lebih dari mencari apa pun.
Dr. Erastus Sabdono,
23 Maret 2019
Today's Quote:
Salah satu pelajaran yang dapat diperoleh melalui kehidupan bangsa Israel adalah bahwa perasaan Tuhan direpotkan atau disusahkan oleh umat yang tidak mengerti rencana-Nya.
Dr. Erastus Sabdono,
24 Maret 2019
Today's Quote:
Bagi orang percaya yang benar, ia pasti tidak memiliki waktu untuk kesenangannya sendiri.
Dr. Erastus Sabdono,
19 Maret 2019
Today's Quote:
Kualitas Kekristenan seseorang nampak dari bagaimana cara ia menggelar hidup.
Dr. Erastus Sabdono,
20 Maret 2019
Today's Quote:
Allah hanya bisa disukakan ketika kita menyalibkan daging.
Dr. Erastus Sabdono,
21 Maret 2019
Today's Quote:
Gairah hidup kita menentukan arah hidup; maka sejatinya gairah hidup kita hanyalah menyenangkan hati Bapa.
Dr. Erastus Sabdono,
22 Maret 2019
Today's Quote:
Carilah perkenanan Tuhan, lebih dari mencari apa pun.
Dr. Erastus Sabdono,
23 Maret 2019
Today's Quote:
Salah satu pelajaran yang dapat diperoleh melalui kehidupan bangsa Israel adalah bahwa perasaan Tuhan direpotkan atau disusahkan oleh umat yang tidak mengerti rencana-Nya.
Dr. Erastus Sabdono,
24 Maret 2019
Truth Daily Enlightenment 24 Maret 2019 MEMENTO MORI
Jarang ada orang yang tidak menekuni apa yang dianggap penting dalam hidupnya. Kalau seseorang menganggap uang itu penting, maka ia bersungguh-sungguh bekerja atau mencari nafkah. Juga dengan pendidikan, jodoh, kesehatan, dan lain sebagainya. Bagaimana dengan Kerajaan Surga? Apakah kita menganggap hal ini penting? Bila kita menganggap hal ini penting, pasti kita bersungguh-sungguh mencarinya, dan memang Tuhan menghendaki kita bersungguh-sungguh mencarinya (Mat. 6:33). Gereja harus menstimulasi, mendorong, dan merangsang jemaat untuk mengutamakan dan mengedepankan hal ini. Masalah-masalah hidup ini memang banyak dan berat, tetapi hal tersebut bukanlah masalah utama hidup ini. Kecuali kalau memang kehidupan ini atau kesadaran manusia hanya sampai batas kubur saja.
Ternyata setiap suku bangsa memiliki kesadaran akan adanya kehidupan di balik kubur atau setelah kematian. Seseorang yang menerima atau menolak hal ini, bagaimanapun akan tertumbuk pada kenyataan bahwa yang paling dibutuhkan adalah Tuhan. Dalam suratnya, Paulus berpesan kepada Timotius untuk menasihati orang kaya untuk tidak berharap kepada sesuatu yang tidak tentu seperti kekayaan (1Tim. 6:17). Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan mamon yang tidak jujur, sebab ketika mamon tersebut tidak dapat menolong lagi, seseorang diterima oleh Tuhan di Kerajaan-Nya” (Luk. 16:9). Daud seorang yang bergaul dengan Tuhan, setelah mengarungi kehidupan panjang, akhirnya ia berkata: “Siapa ada padaku selain, Engkau, selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi” (Mzm. 73:25). Menyadari hal ini, kita seharusnya melepaskan diri dari segala milik seperti yang Tuhan ajarkan (Luk. 14:33). Maksudnya adalah tidak terikat dengan dunia ini, yang membuat kita tidak siap memasuki kehidupan abadi. Ikatan dunia ini menyesatkan dan membinasakan, seperti yang dialami orang kaya dalam Markus 10:21-27. Ikatan dunia membuat seseorang tidak memilih Tuhan. Padahal akhirnya semua kekayaan dunia harus dilepaskan. Hanya Tuhan yang dibutuhkan.
Melepaskan segala sesuatu memang bukan hal yang mudah -bahkan nyaris dikatakan mustahil- tetapi sesuai dengan Firman-Nya, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Kalau kita mau belajar, Tuhan akan mengajarkan kepada kita bagaimana kita terlepas dari ikatan dunia ini. Dan kita pun harus bersedia melepaskan ikatan itu. Hal ini bukan anugerah, tetapi langkah dari keputusan sadar kita. Jadi kalau hari ini kita mencari Tuhan, hal tersebut bukan karena sakit penyakit, mengalami problem ekonomi, keluarga, jodoh, dan lain sebagainya, tetapi sebagai persiapan untuk menyongsong hari esok di kekekalan.
Beratnya hidup ini pada akhirnya bukan pada masalah-masalah yang dihadapi oleh orang -seperti problem sakit penyakit, rumah tangga, ekonomi, jodoh, dan lain sebagainya- tetapi bagaimana kita harus memikul salib. Yaitu perjuangan untuk turut serta menggenapi rencana Tuhan dalam hidup ini. Untuk ini kita harus terlebih dahulu mengerti kebenaran Tuhan. Kebaktian harus menjadi saat penting di mana kita diajar untuk mengenal kebenaran Tuhan, mengenal diri sendiri, dan kehidupan ini. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat menjalaninya sesuai dengan kehendak Allah dan memiliki Tuhan sebagai sekutu kita.
Seluruh gerak hidup di bumi ini bagaimanapun ada akhirnya, ibarat film pasti ada ending-nya. Sejatinya, ini benar-benar tragis. Anak-anak tidak lagi memandang wajah orang tua, mama papa, opa oma. Orang tua harus kehilangan anak-anak mereka, kita kehilangan sahabat yang bisa diajak berbagi rasa melalui tahun-tahun yang panjang. Suasana indah dan yang dirasa harmonis berakhir pada ujung yang disebut kematian. Pada umumnya orang tidak mau memikirkan hal ini. Sebab ini adalah sebuah pengalaman yang diidentifikasi sebagai “malapetaka”, musibah, atau apa pun namanya; yang pada intinya adalah “sesuatu yang menakutkan” yang sebisa mungkin dapat dijauhi. Tetapi ini adalah realitas yang pasti dialami, cepat atau lambat. Siap atau tidak siap. Merenungkan hal ini dan menyikapi realitas tersebut, apa yang harus kita lakukan? Ini penting. Setiap kita harus dipersiapkan.
Untuk itu mari kita perhatikan ucapan Tuhan Yesus dalam Yohanes 14:1-3, di dalam ucapan tersebut ada pengharapan indah mengenai kehidupan yang akan datang yang harus menjadi kerinduan kita. Bahwa kebersamaan kita bukan hanya ada di dunia hari ini, yang penuh dengan cacat. Kehidupan yang diwarnai dengan sakit penyakit, kemiskinan, perang, pertikaian, pengkhianatan, dan berbagai penderitaan. Tetapi Tuhan akan membawa kita semua, seluruh keluarga, dan orang-orang yang kita kasihi ke tempat-Nya, di Rumah Bapa.
https://overcast.fm/+IqODOZTUQ
Ternyata setiap suku bangsa memiliki kesadaran akan adanya kehidupan di balik kubur atau setelah kematian. Seseorang yang menerima atau menolak hal ini, bagaimanapun akan tertumbuk pada kenyataan bahwa yang paling dibutuhkan adalah Tuhan. Dalam suratnya, Paulus berpesan kepada Timotius untuk menasihati orang kaya untuk tidak berharap kepada sesuatu yang tidak tentu seperti kekayaan (1Tim. 6:17). Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan mamon yang tidak jujur, sebab ketika mamon tersebut tidak dapat menolong lagi, seseorang diterima oleh Tuhan di Kerajaan-Nya” (Luk. 16:9). Daud seorang yang bergaul dengan Tuhan, setelah mengarungi kehidupan panjang, akhirnya ia berkata: “Siapa ada padaku selain, Engkau, selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi” (Mzm. 73:25). Menyadari hal ini, kita seharusnya melepaskan diri dari segala milik seperti yang Tuhan ajarkan (Luk. 14:33). Maksudnya adalah tidak terikat dengan dunia ini, yang membuat kita tidak siap memasuki kehidupan abadi. Ikatan dunia ini menyesatkan dan membinasakan, seperti yang dialami orang kaya dalam Markus 10:21-27. Ikatan dunia membuat seseorang tidak memilih Tuhan. Padahal akhirnya semua kekayaan dunia harus dilepaskan. Hanya Tuhan yang dibutuhkan.
Melepaskan segala sesuatu memang bukan hal yang mudah -bahkan nyaris dikatakan mustahil- tetapi sesuai dengan Firman-Nya, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Kalau kita mau belajar, Tuhan akan mengajarkan kepada kita bagaimana kita terlepas dari ikatan dunia ini. Dan kita pun harus bersedia melepaskan ikatan itu. Hal ini bukan anugerah, tetapi langkah dari keputusan sadar kita. Jadi kalau hari ini kita mencari Tuhan, hal tersebut bukan karena sakit penyakit, mengalami problem ekonomi, keluarga, jodoh, dan lain sebagainya, tetapi sebagai persiapan untuk menyongsong hari esok di kekekalan.
Beratnya hidup ini pada akhirnya bukan pada masalah-masalah yang dihadapi oleh orang -seperti problem sakit penyakit, rumah tangga, ekonomi, jodoh, dan lain sebagainya- tetapi bagaimana kita harus memikul salib. Yaitu perjuangan untuk turut serta menggenapi rencana Tuhan dalam hidup ini. Untuk ini kita harus terlebih dahulu mengerti kebenaran Tuhan. Kebaktian harus menjadi saat penting di mana kita diajar untuk mengenal kebenaran Tuhan, mengenal diri sendiri, dan kehidupan ini. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat menjalaninya sesuai dengan kehendak Allah dan memiliki Tuhan sebagai sekutu kita.
Seluruh gerak hidup di bumi ini bagaimanapun ada akhirnya, ibarat film pasti ada ending-nya. Sejatinya, ini benar-benar tragis. Anak-anak tidak lagi memandang wajah orang tua, mama papa, opa oma. Orang tua harus kehilangan anak-anak mereka, kita kehilangan sahabat yang bisa diajak berbagi rasa melalui tahun-tahun yang panjang. Suasana indah dan yang dirasa harmonis berakhir pada ujung yang disebut kematian. Pada umumnya orang tidak mau memikirkan hal ini. Sebab ini adalah sebuah pengalaman yang diidentifikasi sebagai “malapetaka”, musibah, atau apa pun namanya; yang pada intinya adalah “sesuatu yang menakutkan” yang sebisa mungkin dapat dijauhi. Tetapi ini adalah realitas yang pasti dialami, cepat atau lambat. Siap atau tidak siap. Merenungkan hal ini dan menyikapi realitas tersebut, apa yang harus kita lakukan? Ini penting. Setiap kita harus dipersiapkan.
Untuk itu mari kita perhatikan ucapan Tuhan Yesus dalam Yohanes 14:1-3, di dalam ucapan tersebut ada pengharapan indah mengenai kehidupan yang akan datang yang harus menjadi kerinduan kita. Bahwa kebersamaan kita bukan hanya ada di dunia hari ini, yang penuh dengan cacat. Kehidupan yang diwarnai dengan sakit penyakit, kemiskinan, perang, pertikaian, pengkhianatan, dan berbagai penderitaan. Tetapi Tuhan akan membawa kita semua, seluruh keluarga, dan orang-orang yang kita kasihi ke tempat-Nya, di Rumah Bapa.
https://overcast.fm/+IqODOZTUQ
Truth Daily Enlightenment 23 Maret 2019 BERANI MENGHADAPI KEMATIAN
Orang percaya harus memahami dan menerima bahwa dunia tidak lagi dapat memberi kebahagiaan yang dibutuhkan oleh manusia. Kebahagiaan dari dunia menggiring manusia kepada kebinasaan. Tuhan dan Kerajaan-Nyalah yang menjadi kebahagiaan satu-satunya. Dengan demikian kerinduannya adalah langit baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kehidupan yang ideal yang disediakan Allah bagi ciptaan-Nya. Orang percaya yang dewasa rohani sudah pasti berani dalam sukacita menghadapi kematian, karena ia belajar terus dengan sungguh-sungguh bertumbuh dalam kedewasaan rohani yang benar.
Harus diingat bahwa setiap kita pasti mati, hari ini atau esok lusa. Kita harus memastikan bahwa kita aman dan diterima di Rumah Bapa; jika tidak, maka kita harus bertobat dan berdamai dengan Allah, serta terus menerus membenahi diri agar menjadi manusia yang berkenan kepada-Nya. Kita harus mengubah pola hidup dari anak dunia menjadi anak Allah yang mengikuti jejak Yesus. Selama Tuhan masih memberi kesempatan untuk membenahi diri untuk layak menjadi anggota keluarga Kerajaan, maka kita harus memanfaatkan kesempatan ini. Kita tidak boleh menunda satu hari pun untuk membenahi diri, karena kita tidak tahu kapan saatnya kita masing-masing menerima panggilan. Jika hari ini Tuhan memberi peringatan dan teguran-Nya, kita harus merelakan diri bertobat dan berubah.
Banyak orang Kristen yang sebenarnya sesat, tetapi mereka tidak menyadarinya sama sekali. Mereka merasa dan percaya bahwa kedatangan Yesus yang mati di kayu salib otomatis menyelesaikan masalah dosa, sehingga mereka semua merasa sudah selamat. Padahal setiap orang percaya harus memberi diri untuk diubahkan terus menerus demi mencapai kehidupan rohani yang sesuai dengan standar kesucian Allah. Semuanya ini adalah sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan yang sesungguhnya di langit baru dan bumi baru nanti. Faktanya, banyak orang berpikir seakan-akan kesempatan memiliki hidup hanya satu kali di bumi ini. Selain kehidupan di bumi ini, mereka berpikir tidak ada kehidupan lagi. Padahal justru kehidupan yang Tuhan persiapkan adalah kehidupan di belakang kubur kita.
Sangat menyedihkan dan malang, kalau ternyata banyak orang Kristen yang tidak memikirkan masa depannya di dunia yang akan datang. Mereka tidak peduli sama sekali adanya Kerajaan Tuhan Yesus yang akan ditegakkan. Mereka hanya hidup untuk kesenangan hari ini, seakan-akan tidak ada dunia atau kehidupan lain yang akan mereka jalani dan nikmati selain dunia hari ini. Mereka berpikir bahwa Tuhan dan segala berkat-Nya diadakan hanya untuk kehidupan hari ini. Melalui para pembicara Kristen yang tidak mengenal kebenaran, kuasa kegelapan berusaha menyuntikkan ajaran yang tidak sesuai dengan Injil. Mereka berurusan dengan Tuhan hanya untuk memanfaatkan Tuhan agar dapat meraih dunia bagi kesenangan daging mereka.
Bagi orang percaya, berurusan dengan Tuhan dengan maksud agar dikembalikan ke rancangan semula, yaitu menjadi anak-anak Allah yang berkodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Dengan cara demikian seseorang dipersiapkan untuk dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Anggota keluarga Kerajaan Surga adalah orang-orang yang bukan saja baik secara moral umum, tetapi juga memiliki kesucian yang sempurna seperti Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Itulah sebabnya ukuran kebenaran atau kesalehan kita bukan saja baik secara moral umum, tidak melanggar hukum yang dikenal manusia pada umumnya, tetapi kehidupan yang tidak bercela menyangkut semua yang kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan.
Hidup di bumi sesungguhnya hanya untuk persiapan masuk ke dalam Rumah Bapa. Persiapan tersebut adalah memiliki batiniah yang baik, yaitu mengenakan kodrat Ilahi. Sebab hanya orang yang mengenakan kodrat Ilahi yang diperkenan masuk ke dalam keluarga Kerajaan Surga. Oleh sebab itu segala kepentingan harus disingkirkan demi untuk menggumuli pertumbuhan atau penyempurnaan sikap hati atau nurani agar menjadi memiliki nurani Ilahi. Dalam hal ini, jika seseorang berurusan dengan Roh Kudus, seharusnya yang menjadi pokok persoalan adalah bagaimana memiliki batin atau nurani yang benar seperti nurani yang dimiliki oleh Tuhan Yesus sendiri. Harus diwaspadai adalah ketika seseorang berurusan dengan Roh Kudus hanya karena mau mengalami karunia-karunia Roh yang mistis dan spektakuler atau mukjizat-mukjizat-Nya, maka terjadi penyimpangan yang membahayakan. Ajaran seperti itu kelihatannya benar, tetapi sebenarnya meleset.
https://overcast.fm/+IqOCtYRuU
Harus diingat bahwa setiap kita pasti mati, hari ini atau esok lusa. Kita harus memastikan bahwa kita aman dan diterima di Rumah Bapa; jika tidak, maka kita harus bertobat dan berdamai dengan Allah, serta terus menerus membenahi diri agar menjadi manusia yang berkenan kepada-Nya. Kita harus mengubah pola hidup dari anak dunia menjadi anak Allah yang mengikuti jejak Yesus. Selama Tuhan masih memberi kesempatan untuk membenahi diri untuk layak menjadi anggota keluarga Kerajaan, maka kita harus memanfaatkan kesempatan ini. Kita tidak boleh menunda satu hari pun untuk membenahi diri, karena kita tidak tahu kapan saatnya kita masing-masing menerima panggilan. Jika hari ini Tuhan memberi peringatan dan teguran-Nya, kita harus merelakan diri bertobat dan berubah.
Banyak orang Kristen yang sebenarnya sesat, tetapi mereka tidak menyadarinya sama sekali. Mereka merasa dan percaya bahwa kedatangan Yesus yang mati di kayu salib otomatis menyelesaikan masalah dosa, sehingga mereka semua merasa sudah selamat. Padahal setiap orang percaya harus memberi diri untuk diubahkan terus menerus demi mencapai kehidupan rohani yang sesuai dengan standar kesucian Allah. Semuanya ini adalah sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan yang sesungguhnya di langit baru dan bumi baru nanti. Faktanya, banyak orang berpikir seakan-akan kesempatan memiliki hidup hanya satu kali di bumi ini. Selain kehidupan di bumi ini, mereka berpikir tidak ada kehidupan lagi. Padahal justru kehidupan yang Tuhan persiapkan adalah kehidupan di belakang kubur kita.
Sangat menyedihkan dan malang, kalau ternyata banyak orang Kristen yang tidak memikirkan masa depannya di dunia yang akan datang. Mereka tidak peduli sama sekali adanya Kerajaan Tuhan Yesus yang akan ditegakkan. Mereka hanya hidup untuk kesenangan hari ini, seakan-akan tidak ada dunia atau kehidupan lain yang akan mereka jalani dan nikmati selain dunia hari ini. Mereka berpikir bahwa Tuhan dan segala berkat-Nya diadakan hanya untuk kehidupan hari ini. Melalui para pembicara Kristen yang tidak mengenal kebenaran, kuasa kegelapan berusaha menyuntikkan ajaran yang tidak sesuai dengan Injil. Mereka berurusan dengan Tuhan hanya untuk memanfaatkan Tuhan agar dapat meraih dunia bagi kesenangan daging mereka.
Bagi orang percaya, berurusan dengan Tuhan dengan maksud agar dikembalikan ke rancangan semula, yaitu menjadi anak-anak Allah yang berkodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Dengan cara demikian seseorang dipersiapkan untuk dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Anggota keluarga Kerajaan Surga adalah orang-orang yang bukan saja baik secara moral umum, tetapi juga memiliki kesucian yang sempurna seperti Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Itulah sebabnya ukuran kebenaran atau kesalehan kita bukan saja baik secara moral umum, tidak melanggar hukum yang dikenal manusia pada umumnya, tetapi kehidupan yang tidak bercela menyangkut semua yang kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan.
Hidup di bumi sesungguhnya hanya untuk persiapan masuk ke dalam Rumah Bapa. Persiapan tersebut adalah memiliki batiniah yang baik, yaitu mengenakan kodrat Ilahi. Sebab hanya orang yang mengenakan kodrat Ilahi yang diperkenan masuk ke dalam keluarga Kerajaan Surga. Oleh sebab itu segala kepentingan harus disingkirkan demi untuk menggumuli pertumbuhan atau penyempurnaan sikap hati atau nurani agar menjadi memiliki nurani Ilahi. Dalam hal ini, jika seseorang berurusan dengan Roh Kudus, seharusnya yang menjadi pokok persoalan adalah bagaimana memiliki batin atau nurani yang benar seperti nurani yang dimiliki oleh Tuhan Yesus sendiri. Harus diwaspadai adalah ketika seseorang berurusan dengan Roh Kudus hanya karena mau mengalami karunia-karunia Roh yang mistis dan spektakuler atau mukjizat-mukjizat-Nya, maka terjadi penyimpangan yang membahayakan. Ajaran seperti itu kelihatannya benar, tetapi sebenarnya meleset.
https://overcast.fm/+IqOCtYRuU
Jumat, 22 Maret 2019
Truth Daily Enlightenment 22 Maret 2019 MEMILIH KESELAMATAN KEKAL
Kuasa kegelapan berusaha membuat manusia melupakan realitas kematian ini. Berbagai filosofi hidup yang salah disuntikkan ke dalam pikiran melalui berbagai media, agar manusia tidak memedulikan realitas kematian tersebut. Demikian kenyataannya, bahwa banyak orang yang menggulirkan hari hidupnya tanpa kesadaran sama sekali, bahwa hari hidupnya tersebut bisa berhenti setiap saat. Mereka bersikap seakan-akan memiliki kehidupan yang tidak ada ujungnya. Seakan-akan perjalanan hidup ini akan berlangsung tiada akhir. Seakan-akan kematian bukan bagian hidup mereka. Betapa malangnya. Kenyataan yang bisa dilihat dengan jelas adalah begitu banyak orang yang hanyut dan tenggelam dengan berbagai kegiatan, kesibukan, keinginan, masalah, dan lain sebagainya. Mereka sedang dibawa ke pembantaian abadi atau dipersiapkan menjadi sampah kekal. Menyadari hal ini, maka setiap kita seharusnya sungguh-sungguh mempersiapkan diri menghadapi realitas kematian yang sudah pasti akan kita hadapi atau kita jalani.
Karena kematian adalah realitas yang tidak pernah bisa diprediksi kapan terjadi, maka persiapannya harus mulai sekarang. Dari sekarang! Untuk ini pertobatan harus dilakukan sekarang, setiap hari dan setiap saat ketika kita menyadari perbuatan kita yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Sebenarnya inilah yang dimaksud dengan berjaga-jaga dan berdoa tiada berkeputusan. Suatu relasi yang terus dibangun dengan Tuhan. Tidak ada saat di mana kita tidak memiliki hubungan yang baik atau harmoni dengan Tuhan. Hubungan yang harmoni dengan Tuhan adalah kebutuhan yang lebih penting dari makan dan minum atau kebutuhan apa pun dalam hidup ini. Demi hubungan yang harmoni dengan Tuhan ini orang percaya harus bersedia mengorbankan apa pun. Orang percaya harus berani memilih demi keselamatan kekalnya dan ia juga harus rela kehilangan segala sesuatu.
Orang yang mengabaikan fakta ini adalah orang bodoh yang tidak berakal. Sesungguhnya, sejak hidup di dunia ini sudah nampak gejala seseorang akan beroleh kemuliaan kekal atau kehinaan kekal. Dari keputusan, pilihan, dan tindakan hidup seseorang nampak apakah ia menunjukkan dirinya akan pergi ke surga atau ke neraka (penjara abadi). Keabadian, baik di surga maupun neraka, menunjukkan realitas kehidupan dan kesadaran manusia yang tidak bertepi. Hidup tidak bertepi sama artinya hidup tidak terbatas. Hal ini mengandung rahasia kehidupan yang penting untuk dimengerti dan direnungkan, sekaligus sangat dahsyat. Mengapa penting? Sebab berangkat dari pemahaman ini, seseorang dapat menyelenggarakan hidupnya dengan lebih berhati-hati atau tidak ceroboh. Banyak orang tidak mengerti atau tidak mau mengerti rahasia kehidupan ini. Jika seseorang tidak mengerti akan realitas keabadian, ini berarti bahwa ia berjalan atau hidup dalam kegelapan. Ujungnya sangat mengerikan.
Dalam hidup manusia hari ini, manusia berdosa diberi kesempatan bertobat dan berbalik kepada Tuhan kemudian mengalami perbaikan dan penyempurnaan yang tidak terbatas; atau sebaliknya, kalau manusia menolak bertobat maka ia menjadi rusak tidak terbatas. Bagi yang mau bertobat dan dimuridkan, mereka diproses kepada kebaikan yang tidak terbatas sebagaimana Kristus dalam kesempurnaan-Nya yang tidak terbatas. Sebaliknya, kalau seseorang menolak bertobat dan tidak mengalami proses pendewasaan maka ia dirusak oleh Iblis dalam kerusakan yang tidak terbatas pula, sebagaimana Iblis dengan kejahatannya yang tidak terbatas pula. Oleh sebab itu sebagai orang percaya kita harus berjuang untuk tidak memberi kesempatan atau celah bagi Iblis merusak hidup kita.
Pelayanan gereja harus hanya berorientasi pada kehidupan yang akan datang. Tanpa memperdebatkan pandangan teologi yang bisa ditarik ke sana kemari seperti karet yang elastis. Pengajaran Firman Tuhan harus membuka pikiran untuk dapat mengerti bagaimana menjalani hidup seperti yang Allah kehendaki. Selain itu, gereja harus memiliki contoh dari kehidupan seseorang yang benar-benar percaya kepada Tuhan Yesus. Dalam hal ini harus ada model-modelnya yang dapat dilihat dan diteladani di dalam gereja dan kehidupan setiap hari. Model-model tersebut dari pria dan wanita berusia lanjut, yang berusia menengah, pemuda dan remaja, serta anak-anak. Model-model inilah yang mengambil bagian dalam pelayanan gereja. Mereka dapat menjadi pola dengan mana jemaat membangun dirinya. Semua ini dilakukan agar tidak ada jemaat yang masuk ke dalam penjara abadi yang sangat mengerikan (neraka). Kalau sudah masuk penjara abadi, tidak ada yang dapat mengeluarkannya. Oleh sebab itu selagi masih ada kesempatan, kita harus bekerja keras untuk menyelamatkan sebanyak mungkin orang untuk masuk ke dalam anggota keluarga Kerajaan Surga.
https://overcast.fm/+IqOBkKn6A
Karena kematian adalah realitas yang tidak pernah bisa diprediksi kapan terjadi, maka persiapannya harus mulai sekarang. Dari sekarang! Untuk ini pertobatan harus dilakukan sekarang, setiap hari dan setiap saat ketika kita menyadari perbuatan kita yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Sebenarnya inilah yang dimaksud dengan berjaga-jaga dan berdoa tiada berkeputusan. Suatu relasi yang terus dibangun dengan Tuhan. Tidak ada saat di mana kita tidak memiliki hubungan yang baik atau harmoni dengan Tuhan. Hubungan yang harmoni dengan Tuhan adalah kebutuhan yang lebih penting dari makan dan minum atau kebutuhan apa pun dalam hidup ini. Demi hubungan yang harmoni dengan Tuhan ini orang percaya harus bersedia mengorbankan apa pun. Orang percaya harus berani memilih demi keselamatan kekalnya dan ia juga harus rela kehilangan segala sesuatu.
Orang yang mengabaikan fakta ini adalah orang bodoh yang tidak berakal. Sesungguhnya, sejak hidup di dunia ini sudah nampak gejala seseorang akan beroleh kemuliaan kekal atau kehinaan kekal. Dari keputusan, pilihan, dan tindakan hidup seseorang nampak apakah ia menunjukkan dirinya akan pergi ke surga atau ke neraka (penjara abadi). Keabadian, baik di surga maupun neraka, menunjukkan realitas kehidupan dan kesadaran manusia yang tidak bertepi. Hidup tidak bertepi sama artinya hidup tidak terbatas. Hal ini mengandung rahasia kehidupan yang penting untuk dimengerti dan direnungkan, sekaligus sangat dahsyat. Mengapa penting? Sebab berangkat dari pemahaman ini, seseorang dapat menyelenggarakan hidupnya dengan lebih berhati-hati atau tidak ceroboh. Banyak orang tidak mengerti atau tidak mau mengerti rahasia kehidupan ini. Jika seseorang tidak mengerti akan realitas keabadian, ini berarti bahwa ia berjalan atau hidup dalam kegelapan. Ujungnya sangat mengerikan.
Dalam hidup manusia hari ini, manusia berdosa diberi kesempatan bertobat dan berbalik kepada Tuhan kemudian mengalami perbaikan dan penyempurnaan yang tidak terbatas; atau sebaliknya, kalau manusia menolak bertobat maka ia menjadi rusak tidak terbatas. Bagi yang mau bertobat dan dimuridkan, mereka diproses kepada kebaikan yang tidak terbatas sebagaimana Kristus dalam kesempurnaan-Nya yang tidak terbatas. Sebaliknya, kalau seseorang menolak bertobat dan tidak mengalami proses pendewasaan maka ia dirusak oleh Iblis dalam kerusakan yang tidak terbatas pula, sebagaimana Iblis dengan kejahatannya yang tidak terbatas pula. Oleh sebab itu sebagai orang percaya kita harus berjuang untuk tidak memberi kesempatan atau celah bagi Iblis merusak hidup kita.
Pelayanan gereja harus hanya berorientasi pada kehidupan yang akan datang. Tanpa memperdebatkan pandangan teologi yang bisa ditarik ke sana kemari seperti karet yang elastis. Pengajaran Firman Tuhan harus membuka pikiran untuk dapat mengerti bagaimana menjalani hidup seperti yang Allah kehendaki. Selain itu, gereja harus memiliki contoh dari kehidupan seseorang yang benar-benar percaya kepada Tuhan Yesus. Dalam hal ini harus ada model-modelnya yang dapat dilihat dan diteladani di dalam gereja dan kehidupan setiap hari. Model-model tersebut dari pria dan wanita berusia lanjut, yang berusia menengah, pemuda dan remaja, serta anak-anak. Model-model inilah yang mengambil bagian dalam pelayanan gereja. Mereka dapat menjadi pola dengan mana jemaat membangun dirinya. Semua ini dilakukan agar tidak ada jemaat yang masuk ke dalam penjara abadi yang sangat mengerikan (neraka). Kalau sudah masuk penjara abadi, tidak ada yang dapat mengeluarkannya. Oleh sebab itu selagi masih ada kesempatan, kita harus bekerja keras untuk menyelamatkan sebanyak mungkin orang untuk masuk ke dalam anggota keluarga Kerajaan Surga.
https://overcast.fm/+IqOBkKn6A
Kamis, 21 Maret 2019
( Sunday Bible Teaching ) SBT, 17 Maret 2019 Pdt.DR. Erastus Sabdono
Betapa sulitnya menghubungkan kehidupan kita secara faktuil dan real dengan Allah yang tidak kelihatan.
Betapa sulitnya untuk bisa menghadirkan pemerintahan Allah dalam kehidupan kita yang real yang faktuil yang memang terbiasa tergulir tanpa dikendalikan oleh kekuatan dari tempat yang maha tinggi tanpa dikaitkan markas kita, yaitu Kerajaan Surga.
Orang menghayati Tuhan pada waktu di gereja 💒
Bagaimana hidup kita dicengkram, dikuasai oleh kehadiran Tuhan ?
Inilah inti Kekristenan.
Oleh sebab itu dalam doa Bapa Kami Tuhan Yesus berkata : " Datanglah kerajaanMu."
Faktanya sangat sedikit orang menyerahkan hidupnya kepada pemerintahan Allah.
Matius 6 : 24
Tuhan Yesus ", Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan."
Pemerintah Allah yang dihadirkan Allah harus menguasai seluruh hidup kita.
Tidak boleh ada wilayah / bagian hidup kita yang tidak kita serahkan.
Tidak boleh ada wilayah / bagian hidup kita yang tidak dikuasai Tuhan 💖
Kita masih ada wilayah hidup kita yang tidak rela dikuasai Tuhan.
Jadi kalau berurusan Tuhan bukan hanya karena berkat jasmani pemenuhan kebutuhan jasmani, berkat yang untuk menyenangkan hidup.
Kita harus mengerti apa yang Bapa kehendaki, dan rencana apa yang Bapa kehendak ?
Kita tidak melirik berkat jasmani, kuasa, dan mujizatNya.
Tetapi kita harus menundukkan diri pada posisi Bapa yang mulia.
Jangan kita menuntut kepada Tuhan, tetapi kita harus memberi diri dituntut Tuhan.
Kita harus sadar kita tidak berhak memiliki apa - apa.
Kita juga harus menempatkan diri sebagai hamba di hadapan Tuhan Yesus.
Kalau kita bersedia memberi diri, Allah akan memberi diri sepenuhnya.
Kita harus sepenanggung, dan bergerak merasakan perasaan Tuhan.
Tuhan sedang meratapi dunia ini.
Tuhan tidak menyebut kita hamba tetapi menyebut kita sahabat, sehinggalah genaplah apa yang dikatakan seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.
Jadilah orang yang diperhitungkan Tuhan.
Kepada Tuhan Yesus, kita berkata : " Ajari saya mencuri hati Bapa."
Tuhan menghendaki hati kita yang pecah.
"Bapa ...saya mau melakukan apapun yang Engkau kehendaki seperti PutraMu, Teladanku, Pokok keselamatanku"
Inilah Injil keselamatan, di mana Tuhan mau memulihkan gambar Allah yang dirancangNya di dalam hidup kita.
Kalau seseorang menghadirkan pemerintahan Allah, dia akan menemukan wajah Tuhan.
Apa agenda Tuhan untuk duniaku hari ini di awal abad 21, di masyarakat sekitarku, di gereja ini, terkait kehadiranku di gereja ini ?
Kita pasti punya kesempatan, kita bisa ambil kesempatan itu, atau membiarkan dan ikut terkubur bersama nisan, busuk, dan tidak tergambar.
Tidak terwujud lukisan itu karena terkubur bersama jasadmu menjadi tanah.
Wujudkan di dalam batinmu. Wujudkan di dalam lukisan.
Kalau dunia ini berlalu, kita pernah mengukir sejarah dengan ukiran yang indah,
jika ukiran itu terkait dengan rencana Allah.
Itu membangkitkan kesukaan hati Bapa, dan Bapa 💖 akan menyimpan lukisan itu di keabadian.
Kita bisa mengukir sejarah kerajaan Allah.
Kita anggota kerajaan Allah, jangan kita hidup suka - suka sendiri.
Jangan kita terhilang perasaan Bapa.
Kita dalam gereja, tetapi hati kita membatu tidak merasakan perasaan Bapa.
Kita harus mendandani
jiwa.
Seluruh teritorial hidup kita harus dikuasai Tuhan.
Kita harus membuka topeng kita di hadapan Tuhan.
Kalau kita hidup dalam pemerintahan Tuhan tidak boleh ada serong - serong.
Ketika kita memiliki tekad,
seperti matahari yang terbit tetapi pasti.
Kehadiran Tuhan makin nyata, keajaiban - keajaiban akan terjadi, tetapi kita jangan banyak bicara.
JBU 🌷
Betapa sulitnya untuk bisa menghadirkan pemerintahan Allah dalam kehidupan kita yang real yang faktuil yang memang terbiasa tergulir tanpa dikendalikan oleh kekuatan dari tempat yang maha tinggi tanpa dikaitkan markas kita, yaitu Kerajaan Surga.
Orang menghayati Tuhan pada waktu di gereja 💒
Bagaimana hidup kita dicengkram, dikuasai oleh kehadiran Tuhan ?
Inilah inti Kekristenan.
Oleh sebab itu dalam doa Bapa Kami Tuhan Yesus berkata : " Datanglah kerajaanMu."
Faktanya sangat sedikit orang menyerahkan hidupnya kepada pemerintahan Allah.
Matius 6 : 24
Tuhan Yesus ", Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan."
Pemerintah Allah yang dihadirkan Allah harus menguasai seluruh hidup kita.
Tidak boleh ada wilayah / bagian hidup kita yang tidak kita serahkan.
Tidak boleh ada wilayah / bagian hidup kita yang tidak dikuasai Tuhan 💖
Kita masih ada wilayah hidup kita yang tidak rela dikuasai Tuhan.
Jadi kalau berurusan Tuhan bukan hanya karena berkat jasmani pemenuhan kebutuhan jasmani, berkat yang untuk menyenangkan hidup.
Kita harus mengerti apa yang Bapa kehendaki, dan rencana apa yang Bapa kehendak ?
Kita tidak melirik berkat jasmani, kuasa, dan mujizatNya.
Tetapi kita harus menundukkan diri pada posisi Bapa yang mulia.
Jangan kita menuntut kepada Tuhan, tetapi kita harus memberi diri dituntut Tuhan.
Kita harus sadar kita tidak berhak memiliki apa - apa.
Kita juga harus menempatkan diri sebagai hamba di hadapan Tuhan Yesus.
Kalau kita bersedia memberi diri, Allah akan memberi diri sepenuhnya.
Kita harus sepenanggung, dan bergerak merasakan perasaan Tuhan.
Tuhan sedang meratapi dunia ini.
Tuhan tidak menyebut kita hamba tetapi menyebut kita sahabat, sehinggalah genaplah apa yang dikatakan seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.
Jadilah orang yang diperhitungkan Tuhan.
Kepada Tuhan Yesus, kita berkata : " Ajari saya mencuri hati Bapa."
Tuhan menghendaki hati kita yang pecah.
"Bapa ...saya mau melakukan apapun yang Engkau kehendaki seperti PutraMu, Teladanku, Pokok keselamatanku"
Inilah Injil keselamatan, di mana Tuhan mau memulihkan gambar Allah yang dirancangNya di dalam hidup kita.
Kalau seseorang menghadirkan pemerintahan Allah, dia akan menemukan wajah Tuhan.
Apa agenda Tuhan untuk duniaku hari ini di awal abad 21, di masyarakat sekitarku, di gereja ini, terkait kehadiranku di gereja ini ?
Kita pasti punya kesempatan, kita bisa ambil kesempatan itu, atau membiarkan dan ikut terkubur bersama nisan, busuk, dan tidak tergambar.
Tidak terwujud lukisan itu karena terkubur bersama jasadmu menjadi tanah.
Wujudkan di dalam batinmu. Wujudkan di dalam lukisan.
Kalau dunia ini berlalu, kita pernah mengukir sejarah dengan ukiran yang indah,
jika ukiran itu terkait dengan rencana Allah.
Itu membangkitkan kesukaan hati Bapa, dan Bapa 💖 akan menyimpan lukisan itu di keabadian.
Kita bisa mengukir sejarah kerajaan Allah.
Kita anggota kerajaan Allah, jangan kita hidup suka - suka sendiri.
Jangan kita terhilang perasaan Bapa.
Kita dalam gereja, tetapi hati kita membatu tidak merasakan perasaan Bapa.
Kita harus mendandani
jiwa.
Seluruh teritorial hidup kita harus dikuasai Tuhan.
Kita harus membuka topeng kita di hadapan Tuhan.
Kalau kita hidup dalam pemerintahan Tuhan tidak boleh ada serong - serong.
Ketika kita memiliki tekad,
seperti matahari yang terbit tetapi pasti.
Kehadiran Tuhan makin nyata, keajaiban - keajaiban akan terjadi, tetapi kita jangan banyak bicara.
JBU 🌷
Truth Daily Enlightenment 21 Maret 2019 APAKAH SUDAH SIAP
Sesungguhnya, satu hal yang paling mendesak dalam hidup kita sekarang ini adalah seandainya kita sekarang ini meninggal dunia, apakah kita sudah berkeadaan berkenan kepada Tuhan? Apakah kita pasti diterima masuk dalam anggota keluarga Kerajaan Surga atau tidak? Ini adalah masalah yang bukan saja sangat penting, tetapi sangat mendesak dan harus selalu dipandang sebagai hal yang sangat penting dan sangat mendesak. Kalau ada hal lain yang kita anggap penting dan mendesak, maka hal ini pasti akan kita sisihkan dan abaikan, sehingga kita tidak memperkarakannya dengan serius. Hal inilah yang tengah diupayakan oleh kuasa kegelapan, yaitu menghujani seseorang dengan berbagai kesenangan, kesibukan, cita-cita, dan obsesi. Selain itu juga terdapat pemikiran bahwa hal surga dan neraka hendaknya tidak perlu dipikirkan sekarang. Mereka berpikir selalu masih ada kesempatan, sehingga masih bisa ditunda.
Dengan tenang dan sejahtera mereka menunda untuk hidup sesuai dengan kehendak Bapa, sebab yang ada dalam pemikiran mereka bahwa mereka tidak bermaksud untuk berkhianat kepada Tuhan dan tidak mengingini neraka. Mereka berpikir bahwa Tuhan pasti akan memaklumi dan menolerir keadaan mereka yang belum berkenan kepada-Nya, sebab kehidupan di dunia memang berat dijalani untuk hidup dalam kesucian Allah. Yang penting mereka tidak menjadi orang jahat dan tetap menjadi Kristen serta pergi ke gereja. Mereka tidak mengerti atau tidak mau mengerti bahwa menjadi Kristen harus sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Menjadi manusia baik bukanlah tujuan keselamatan. Tanpa keselamatan dalam Yesus Kristus pun orang bisa memiliki moral atau mental yang baik. Mereka tidak sadar bahwa penundaan akan berujung kepada keadaan tidak mampu lagi bertobat dan berubah lagi.
Kuasa kegelapan menipu seseorang dengan pemikiran bahwa sekarang ini, selama masih di dunia dan belum menghadap takhta pengadilan Allah, maka seseorang belum bisa mengetahui dengan pasti apakah dirinya ditolak atau diterima oleh Allah. Itulah sebabnya mereka berpikir tidak perlu mempersoalkannya dulu. Pemikiran atau anggapan ini sungguh sangat menyesatkan. Dengan pemikiran tersebut, seseorang menjadi ceroboh. Dirinya membuka celah bagi Iblis untuk menguasai hidupnya sampai pada taraf tidak dapat diubah lagi. Sebab sementara dirinya menunda bergumul menjadi seorang yang berkenan kepada Bapa dengan melakukan kehendak Bapa, maka pola pikir dan gaya hidup anak dunia mencengkeram dirinya semakin kuat sampai tidak akan dapat terlepas lagi.
Hendaknya kita tidak berpikir bahwa hal diterima atau ditolak Allah tidak bisa dipersoalkan sejak hari ini, seakan-akan Allah menyembunyikan hal tersebut. Jika seseorang beranggapan bahwa Allah sekarang ini -yaitu sejak manusia masih hidup- sengaja menyembunyikan kepastian diterima atau ditolak oleh Dia, berarti ia menuduh Allah sebagai Allah yang jahat dan licik. Sejak masih hidup -yaitu sebelum meninggal dunia dan sebelum menghadap takhta pengadilan Allah- seseorang harus dapat mengetahui dengan pasti keadaannya kalau meninggal dunia saat ini, apakah ia diterima atau ditolak oleh Allah. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki agar setiap orang menguji dirinya dan mohon Tuhan membuka pikirannya untuk mengetahui apakah jalannya serong (2Kor. 13:5; Ef. 5:10; Mzm. 139).
Kalau kita bertanya, bagaimana kita tahu sekarang ini bahwa kita pasti diterima atau ditolak oleh Allah? Maka ukurannya adalah apakah seseorang sudah melakukan kehendak Bapa atau belum. Menjawab pertanyaan ini seseorang harus berjuang mengenal kebenaran, sebab dengan mengenal kebenaran seseorang akan memiliki kecerdasan roh untuk mengerti kehendak Bapa, apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Selanjutnya ia memiliki mata hati yang terang untuk mengenal diri sendiri dengan benar, apakah sudah melakukan kehendak Allah atau belum. Selama seseorang belum menemukan dengan pasti bahwa dirinya sudah melakukan kehendak Bapa, ia harus terus berjuang untuk mencapai perkenanan Bapa. Di sini seseorang akan mengerti apa yang dimaksud Alkitab sebagai haus dan lapar akan kebenaran. Tuhan pasti memuaskannya. Perjuangan ini adalah perjuangan seumur hidup, sampai menutup mata. Bagi umat pilihan, hidup di bumi ini sesungguhnya hanya untuk mencapai satu hal saja, yaitu perkenanan Bapa.
Kita harus selalu berpikir bahwa kemungkinan untuk ditolak oleh Allah, sampai seseorang benar-benar mengalami dan menyadari bahwa dalam hidup kesehariannya selalu melakukan kehendak Bapa. Roh Kudus pasti menolong seseorang untuk mengenali keadaan dirinya menurut penilaian Bapa. Dari pergumulan untuk mengetahui apakah dirinya sudah melakukan kehendak Bapa atau belum, sudah mencapai perkenanan Bapa atau belum, seseorang akan mengalami perjumpaan dengan Tuhan terus menerus secara luar biasa.
https://overcast.fm/+IqOCaiXVs
Dengan tenang dan sejahtera mereka menunda untuk hidup sesuai dengan kehendak Bapa, sebab yang ada dalam pemikiran mereka bahwa mereka tidak bermaksud untuk berkhianat kepada Tuhan dan tidak mengingini neraka. Mereka berpikir bahwa Tuhan pasti akan memaklumi dan menolerir keadaan mereka yang belum berkenan kepada-Nya, sebab kehidupan di dunia memang berat dijalani untuk hidup dalam kesucian Allah. Yang penting mereka tidak menjadi orang jahat dan tetap menjadi Kristen serta pergi ke gereja. Mereka tidak mengerti atau tidak mau mengerti bahwa menjadi Kristen harus sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Menjadi manusia baik bukanlah tujuan keselamatan. Tanpa keselamatan dalam Yesus Kristus pun orang bisa memiliki moral atau mental yang baik. Mereka tidak sadar bahwa penundaan akan berujung kepada keadaan tidak mampu lagi bertobat dan berubah lagi.
Kuasa kegelapan menipu seseorang dengan pemikiran bahwa sekarang ini, selama masih di dunia dan belum menghadap takhta pengadilan Allah, maka seseorang belum bisa mengetahui dengan pasti apakah dirinya ditolak atau diterima oleh Allah. Itulah sebabnya mereka berpikir tidak perlu mempersoalkannya dulu. Pemikiran atau anggapan ini sungguh sangat menyesatkan. Dengan pemikiran tersebut, seseorang menjadi ceroboh. Dirinya membuka celah bagi Iblis untuk menguasai hidupnya sampai pada taraf tidak dapat diubah lagi. Sebab sementara dirinya menunda bergumul menjadi seorang yang berkenan kepada Bapa dengan melakukan kehendak Bapa, maka pola pikir dan gaya hidup anak dunia mencengkeram dirinya semakin kuat sampai tidak akan dapat terlepas lagi.
Hendaknya kita tidak berpikir bahwa hal diterima atau ditolak Allah tidak bisa dipersoalkan sejak hari ini, seakan-akan Allah menyembunyikan hal tersebut. Jika seseorang beranggapan bahwa Allah sekarang ini -yaitu sejak manusia masih hidup- sengaja menyembunyikan kepastian diterima atau ditolak oleh Dia, berarti ia menuduh Allah sebagai Allah yang jahat dan licik. Sejak masih hidup -yaitu sebelum meninggal dunia dan sebelum menghadap takhta pengadilan Allah- seseorang harus dapat mengetahui dengan pasti keadaannya kalau meninggal dunia saat ini, apakah ia diterima atau ditolak oleh Allah. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki agar setiap orang menguji dirinya dan mohon Tuhan membuka pikirannya untuk mengetahui apakah jalannya serong (2Kor. 13:5; Ef. 5:10; Mzm. 139).
Kalau kita bertanya, bagaimana kita tahu sekarang ini bahwa kita pasti diterima atau ditolak oleh Allah? Maka ukurannya adalah apakah seseorang sudah melakukan kehendak Bapa atau belum. Menjawab pertanyaan ini seseorang harus berjuang mengenal kebenaran, sebab dengan mengenal kebenaran seseorang akan memiliki kecerdasan roh untuk mengerti kehendak Bapa, apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Selanjutnya ia memiliki mata hati yang terang untuk mengenal diri sendiri dengan benar, apakah sudah melakukan kehendak Allah atau belum. Selama seseorang belum menemukan dengan pasti bahwa dirinya sudah melakukan kehendak Bapa, ia harus terus berjuang untuk mencapai perkenanan Bapa. Di sini seseorang akan mengerti apa yang dimaksud Alkitab sebagai haus dan lapar akan kebenaran. Tuhan pasti memuaskannya. Perjuangan ini adalah perjuangan seumur hidup, sampai menutup mata. Bagi umat pilihan, hidup di bumi ini sesungguhnya hanya untuk mencapai satu hal saja, yaitu perkenanan Bapa.
Kita harus selalu berpikir bahwa kemungkinan untuk ditolak oleh Allah, sampai seseorang benar-benar mengalami dan menyadari bahwa dalam hidup kesehariannya selalu melakukan kehendak Bapa. Roh Kudus pasti menolong seseorang untuk mengenali keadaan dirinya menurut penilaian Bapa. Dari pergumulan untuk mengetahui apakah dirinya sudah melakukan kehendak Bapa atau belum, sudah mencapai perkenanan Bapa atau belum, seseorang akan mengalami perjumpaan dengan Tuhan terus menerus secara luar biasa.
https://overcast.fm/+IqOCaiXVs
Rabu, 20 Maret 2019
Truth Daily Enlightenment 20 Maret 2019 BERDAMAI DENGAN TUHAN
Begitu seringnya kita mendengar kalimat “berjaga-jagalah”, tetapi berapa banyak orang yang sungguh-sungguh menyambut peringatan Tuhan ini? Kenyataan yang kita temukan, banyak orang yang tidak menyambut peringatan ini dengan serius. Ini menunjukkan bahwa banyak di antara orang Kristen yang keras kepala. Sikap berjaga-jaga ditunjukkan dengan kehidupan yang berdamai dengan Tuhan. Banyak orang tidak berpikir bahwa kematian bisa menjemputnya setiap saat. Ia bisa menerima kenyataan kematian orang lain -khususnya orang yang tidak bersangkut-paut dengan dirinya- tetapi ia tidak akan menerima kenyataan kematiannya sendiri sekalipun usianya adalah usia senja, dimana kematian bisa menjemputnya setiap saat. Ini sangat berbahaya. Tentunya, kalau kita berdamai dengan Tuhan bukan hanya karena kita bisa mati setiap saat -menghadap Tuhan- tetapi memang tidak ada kehidupan yang indah di luar Tuhan.
Waktu hidup seseorang menjadi sia-sia tanpa persekutuan yang benar dengan Tuhan. Alkitab berkata bahwa seseorang harus mengikatkan diri dalam persahabatan dengan Tuhan, menggunakan mammon yang tidak jujur (Luk. 16:9). Proyek gereja Tuhan dan seluruh pekerjaan pelayan-pelayan Tuhan adalah usaha untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Kebenaran ini ditujukan untuk semua jemaat, bahwa kehadiran jemaat di gereja adalah untuk berdamai dengan Tuhan. Tuhan tidak bisa disuap dengan nyanyian atau penyembahan dalam liturgi. Ini bukan berarti liturgi tidak perlu diselenggarakan. Penyembahan dan nyanyian rohani dalam liturgi barulah diterima kalau umat Tuhan sudah berdamai dengan Tuhan. Kata “berdamai” hendaknya tidak dimengerti secara dangkal dan miskin.
Hendaknya kita tidak beranggapan bahwa kalau seseorang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka itu dianggap cukup. Hal tersebut sudah dianggap memenuhi syarat untuk diselamatkan. Sesungguhnya langkah tersebut barulah awal dari perdamaian seseorang dengan Tuhan. Perdamaian dengan Tuhan merupakan garis panjang, bukan seperti sebuah titik. Langkah seseorang pergi ke gereja adalah langkah untuk membangun pendamaian yang terus menerus dengan Tuhan. Pendamaian dengan Tuhan bisa menunjuk kepada langkah untuk masuk dalam persekutuan yang makin dalam, hubungan yang makin intim. Itulah sebabnya dalam 2 Korintus 5:19-20, Paulus berkata: “Seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami.” Jadi nasihat-nasihat Paulus melalui surat-suratnya -yang kemudian diteruskan oleh hamba-hambaNya lewat mimbar gereja- adalah upaya untuk berdamai dengan Tuhan.
Dalam hal tersebut di atas, dapat ditemukan bahwa hamba-hamba Tuhan melalui mimbar harus menasihati umat supaya berdamai dengan Tuhan. Hendaknya mimbar tidak digunakan untuk hal lain selain menasihati jemaat untuk menjadi sempurna. Selanjutnya, jemaat harus memperhatikan benar nasihat-nasihat Tuhan melalui hamba-hamba-Nya. Sebab melalui nasihat-nasihat tersebut kita dituntun untuk berdamai dengan Tuhan. Oleh sebab itu gereja tidak boleh hanya diisi dengan suasana khusyuk berliturgi atau euphoria perayaan sukacita jiwani yang tidak mengandung nasihat untuk kehidupan umat agar dapat berdamai dengan Tuhan.
Nasihat-nasihat melalui pemberitaan Firman Tuhan atau kebenaran yang diajarkan menjadi sarana jemaat berdamai dengan Tuhan. Ini sejajar dengan kenyataan bahwa kita disucikan bukan hanya oleh darah Yesus, tetapi juga oleh kebenaran Tuhan (Yoh. 17:17). Kebenaran Tuhan adalah Firman Tuhan yang memperbaharui cara berpikir, mengubah seluruh gaya hidup. Seseorang tidak dapat berjalan seiring dengan Tuhan kalau tidak memiliki gaya hidup yang selaras dengan Tuhan, yaitu mengerti kehendak-Nya untuk dilakukan. Mengerti kehendak Tuhan adalah berkat yang melebihi segala berkat jasmani yang bisa orang percaya terima.
Mengerti kehendak Tuhan adalah kunci untuk memperoleh kelimpahan di dalam Tuhan. Dari mengerti kehendak Tuhan dan berjalan di dalamnya, kita dapat berdamai dengan Tuhan. Kalau kita sudah berdamai dengan Tuhan, maka kita ada di pihak Tuhan. Kalau kita sudah ada di pihak Tuhan, maka tidak ada yang dapat menghancurkan hidup kita. Hidup berdamai dengan Tuhan adalah puncak dan tujuan kehidupan. Hal inilah yang harus kita capai. Kekristenan kita harus sampai kepada tingkat ini. Oleh sebab itu perlu kita mengoreksi diri kita terus menerus. Hari ini kita memeriksa hidup kita apakah kita sudah sungguh-sunguh memiliki kehidupan yang berdamai dengan Tuhan atau belum. Persembahan emosi belumlah cukup, yaitu kesadaran akan kebenaran dan persetujuan kita akan kebenaran tersebut, tetapi yang dibutuhkan adalah kemauan yang membuahkan tindakan dan keputusan konkret yang selalu sesuai dengan kehendak Tuhan.
https://overcast.fm/+IqOBPFus4
Waktu hidup seseorang menjadi sia-sia tanpa persekutuan yang benar dengan Tuhan. Alkitab berkata bahwa seseorang harus mengikatkan diri dalam persahabatan dengan Tuhan, menggunakan mammon yang tidak jujur (Luk. 16:9). Proyek gereja Tuhan dan seluruh pekerjaan pelayan-pelayan Tuhan adalah usaha untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Kebenaran ini ditujukan untuk semua jemaat, bahwa kehadiran jemaat di gereja adalah untuk berdamai dengan Tuhan. Tuhan tidak bisa disuap dengan nyanyian atau penyembahan dalam liturgi. Ini bukan berarti liturgi tidak perlu diselenggarakan. Penyembahan dan nyanyian rohani dalam liturgi barulah diterima kalau umat Tuhan sudah berdamai dengan Tuhan. Kata “berdamai” hendaknya tidak dimengerti secara dangkal dan miskin.
Hendaknya kita tidak beranggapan bahwa kalau seseorang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka itu dianggap cukup. Hal tersebut sudah dianggap memenuhi syarat untuk diselamatkan. Sesungguhnya langkah tersebut barulah awal dari perdamaian seseorang dengan Tuhan. Perdamaian dengan Tuhan merupakan garis panjang, bukan seperti sebuah titik. Langkah seseorang pergi ke gereja adalah langkah untuk membangun pendamaian yang terus menerus dengan Tuhan. Pendamaian dengan Tuhan bisa menunjuk kepada langkah untuk masuk dalam persekutuan yang makin dalam, hubungan yang makin intim. Itulah sebabnya dalam 2 Korintus 5:19-20, Paulus berkata: “Seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami.” Jadi nasihat-nasihat Paulus melalui surat-suratnya -yang kemudian diteruskan oleh hamba-hambaNya lewat mimbar gereja- adalah upaya untuk berdamai dengan Tuhan.
Dalam hal tersebut di atas, dapat ditemukan bahwa hamba-hamba Tuhan melalui mimbar harus menasihati umat supaya berdamai dengan Tuhan. Hendaknya mimbar tidak digunakan untuk hal lain selain menasihati jemaat untuk menjadi sempurna. Selanjutnya, jemaat harus memperhatikan benar nasihat-nasihat Tuhan melalui hamba-hamba-Nya. Sebab melalui nasihat-nasihat tersebut kita dituntun untuk berdamai dengan Tuhan. Oleh sebab itu gereja tidak boleh hanya diisi dengan suasana khusyuk berliturgi atau euphoria perayaan sukacita jiwani yang tidak mengandung nasihat untuk kehidupan umat agar dapat berdamai dengan Tuhan.
Nasihat-nasihat melalui pemberitaan Firman Tuhan atau kebenaran yang diajarkan menjadi sarana jemaat berdamai dengan Tuhan. Ini sejajar dengan kenyataan bahwa kita disucikan bukan hanya oleh darah Yesus, tetapi juga oleh kebenaran Tuhan (Yoh. 17:17). Kebenaran Tuhan adalah Firman Tuhan yang memperbaharui cara berpikir, mengubah seluruh gaya hidup. Seseorang tidak dapat berjalan seiring dengan Tuhan kalau tidak memiliki gaya hidup yang selaras dengan Tuhan, yaitu mengerti kehendak-Nya untuk dilakukan. Mengerti kehendak Tuhan adalah berkat yang melebihi segala berkat jasmani yang bisa orang percaya terima.
Mengerti kehendak Tuhan adalah kunci untuk memperoleh kelimpahan di dalam Tuhan. Dari mengerti kehendak Tuhan dan berjalan di dalamnya, kita dapat berdamai dengan Tuhan. Kalau kita sudah berdamai dengan Tuhan, maka kita ada di pihak Tuhan. Kalau kita sudah ada di pihak Tuhan, maka tidak ada yang dapat menghancurkan hidup kita. Hidup berdamai dengan Tuhan adalah puncak dan tujuan kehidupan. Hal inilah yang harus kita capai. Kekristenan kita harus sampai kepada tingkat ini. Oleh sebab itu perlu kita mengoreksi diri kita terus menerus. Hari ini kita memeriksa hidup kita apakah kita sudah sungguh-sunguh memiliki kehidupan yang berdamai dengan Tuhan atau belum. Persembahan emosi belumlah cukup, yaitu kesadaran akan kebenaran dan persetujuan kita akan kebenaran tersebut, tetapi yang dibutuhkan adalah kemauan yang membuahkan tindakan dan keputusan konkret yang selalu sesuai dengan kehendak Tuhan.
https://overcast.fm/+IqOBPFus4
Selasa, 19 Maret 2019
Truth Daily Enlightenment 19 Maret 2019 WASPADA TERHADAP PENYESATAN
Banyak umat Kristen hanya mengenal ajaran bahwa Tuhan memberkati kalau mereka datang ke gereja dan memberi persembahan. Jemaat hanya diajar untuk menjadi orang baik, memiliki keluarga bahagia, mendapatkan menantu yang baik dan cucu yang sehat dan sukses, tubuh sehat, bisnis maju, dan terhormat di mata manusia. Mereka memiliki ukuran kebahagiaan yang sama dengan anak dunia. Pola pikir tersebut adalah pola pikir anak-anak dunia yang tidak mengenal kebenaran Injil yang murni. Mereka adalah orang-orang yang masih membangun kerajaannya di muka bumi ini. Sebenarnya mereka tidak menginginkan dengan sungguh-sungguh hal Kerajaan Surga. Kehidupan mereka di bumi sudah menjadi kerajaan yang nyaman dan membahagiakan. Padahal yang terpenting dan satu-satunya adalah belajar kehidupan Tuhan Yesus dan mengenakannya dalam hidup ini agar layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.
Mereka hidup dalam kewajaran anak dunia, dan tidak tahu atau tidak mau tahu bagaimana mengikut Tuhan Yesus. Mereka menganggap bahwa cara atau gaya hidup mereka sudah wajar, tidak menyalahi kehendak Allah. Padahal kehidupan orang percaya harus seperti Tuhan Yesus, bersedia tidak menikmati kesenangan dunia, bahkan meninggalkan kemuliaan bersama dengan Bapa. Firman Tuhan mengatakan, “Barangsiapa tidak meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya, maka ia tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk. 14:33). Ini adalah bagian tersulit yang sering kurang atau tidak diajarkan dengan benar kepada umat dewasa ini.
Ini sebenarnya bentuk penyesatan yang sangat berbahaya dalam kehidupan manusia. Dengan pikiran yang sesat tersebut mereka berpaling dari Allah yang hidup dan menujukan fokus perhatian mereka kepada dunia fana ini. Mereka tidak akan bisa “bertuhan” dengan benar. Walaupun mereka beragama dan bersila Ketuhanan Yang Maha Esa, tetapi sesungguhnya Tuhan mereka adalah materi, yang mereka pandang dapat membahagiakan. Tidak heran kalau mereka melakukan praktik-praktik hidup yang merugikan sesama dan merusak tatanan kehidupan berperikemanusiaan, seperti praktik-praktik korupsi dan kolusi, serta penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang.
Hal ini diringkas dalam surat Yohanes (1Yoh. 2:15-17) sebagai keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang seperti ini tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Kasih akan Bapa tidak ada pada orang itu. Mereka tidak mungkin dapat mengasihi Bapa. Mereka tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Tidak layak menjadi anak-anak Allah. Jika seseorang menjadikan Elohim -yang di dalamnya terdapat Pribadi Bapa dan Tuhan Yesus- sebagai satu-satunya yang berharga, maka ia pasti berusaha melakukan segala sesuatu yang dikehendaki Bapa untuk dilakukan. Memang untuk ini seseorang harus peka terhadap kehendak Allah (Elohim); mengerti dengan tepat apa yang diingini oleh Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh sebab itu kita harus menyangkal diri, artinya meninggalkan naluri, nafsu, dan keinginan-keinginan kemanusiaan kita, dan mengarahkan diri kepada apa yang Bapa kehendaki harus kita lakukan.
Orang yang tidak memiliki prinsip hidup hanya untuk kesenangan hati Allah (Elohim) sangat berpotensi memiliki banyak kesenangan dan hidupnya menjadi rumit. Hidupnya akan terbelenggu oleh banyak hal yang bisa menjadi kesenangan dan obsesinya. Kalau seseorang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan, maka ia akan berusaha menyenangkan diri sendiri. Dan dunia menyediakan fasilitas untuk ia memuaskan kesenangan diri tersebut. Dengan cara ini Iblis menjerat hidup seseorang, sampai akhirnya tertangkap olehnya. Tidak mungkin orang seperti ini dapat mengabdi kepada satu Tuan, yaitu Tuhan Yesus. Orang yang tidak memiliki prinsip hidup hanya untuk menyenangkan hati Allah (Elohim) pasti mempunyai banyak tuan. Hidupnya akan dibuat tenggelam dengan berbagai kesibukan demi meraih berbagai kesenangan, sampai tidak mengingini Tuhan dan Kerajaan-Nya sama sekali.
Pada umumnya ukuran keberhasilan manusia telah sesat. Mereka berusaha sukses dalam studi, karir, bisnis, rumah tangga, dan lain sebagainya dalam ukuran umum atau ukuran manusia pada umumnya. Puncak keberhasilannya adalah ketika ia berhasil meraih semua itu. Menjadi filosofi yang sudah mengakar dalam diri hampir semua orang, bahwa dengan meraih semua tersebut sampai pada ukuran tertentu, maka manusia merasakan kebahagiaan. Itulah sebabnya mereka berjuang mempertaruhkan segenap hidup mereka demi meraih hal tersebut. Sampai pada level tertentu, mereka sudah tidak bisa berpikir lain selain apa yang mereka pahami dan mereka yakini bahwa satu-satunya kebahagiaan hidup adalah meraih semua hal tersebut. Sampai pada level tersebut seseorang terjerat dalam penjara kuasa dunia atau kuasa kegelapan. Biasanya mereka tidak menyadari keadaan malang tersebut, bahkan tidak sedikit yang merasa bangga dengan keberadaan mereka yang sukes di mata dunia.
https://overcast.fm/+IqODQd7JQ
Mereka hidup dalam kewajaran anak dunia, dan tidak tahu atau tidak mau tahu bagaimana mengikut Tuhan Yesus. Mereka menganggap bahwa cara atau gaya hidup mereka sudah wajar, tidak menyalahi kehendak Allah. Padahal kehidupan orang percaya harus seperti Tuhan Yesus, bersedia tidak menikmati kesenangan dunia, bahkan meninggalkan kemuliaan bersama dengan Bapa. Firman Tuhan mengatakan, “Barangsiapa tidak meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya, maka ia tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk. 14:33). Ini adalah bagian tersulit yang sering kurang atau tidak diajarkan dengan benar kepada umat dewasa ini.
Ini sebenarnya bentuk penyesatan yang sangat berbahaya dalam kehidupan manusia. Dengan pikiran yang sesat tersebut mereka berpaling dari Allah yang hidup dan menujukan fokus perhatian mereka kepada dunia fana ini. Mereka tidak akan bisa “bertuhan” dengan benar. Walaupun mereka beragama dan bersila Ketuhanan Yang Maha Esa, tetapi sesungguhnya Tuhan mereka adalah materi, yang mereka pandang dapat membahagiakan. Tidak heran kalau mereka melakukan praktik-praktik hidup yang merugikan sesama dan merusak tatanan kehidupan berperikemanusiaan, seperti praktik-praktik korupsi dan kolusi, serta penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang.
Hal ini diringkas dalam surat Yohanes (1Yoh. 2:15-17) sebagai keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang seperti ini tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Kasih akan Bapa tidak ada pada orang itu. Mereka tidak mungkin dapat mengasihi Bapa. Mereka tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Tidak layak menjadi anak-anak Allah. Jika seseorang menjadikan Elohim -yang di dalamnya terdapat Pribadi Bapa dan Tuhan Yesus- sebagai satu-satunya yang berharga, maka ia pasti berusaha melakukan segala sesuatu yang dikehendaki Bapa untuk dilakukan. Memang untuk ini seseorang harus peka terhadap kehendak Allah (Elohim); mengerti dengan tepat apa yang diingini oleh Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh sebab itu kita harus menyangkal diri, artinya meninggalkan naluri, nafsu, dan keinginan-keinginan kemanusiaan kita, dan mengarahkan diri kepada apa yang Bapa kehendaki harus kita lakukan.
Orang yang tidak memiliki prinsip hidup hanya untuk kesenangan hati Allah (Elohim) sangat berpotensi memiliki banyak kesenangan dan hidupnya menjadi rumit. Hidupnya akan terbelenggu oleh banyak hal yang bisa menjadi kesenangan dan obsesinya. Kalau seseorang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan, maka ia akan berusaha menyenangkan diri sendiri. Dan dunia menyediakan fasilitas untuk ia memuaskan kesenangan diri tersebut. Dengan cara ini Iblis menjerat hidup seseorang, sampai akhirnya tertangkap olehnya. Tidak mungkin orang seperti ini dapat mengabdi kepada satu Tuan, yaitu Tuhan Yesus. Orang yang tidak memiliki prinsip hidup hanya untuk menyenangkan hati Allah (Elohim) pasti mempunyai banyak tuan. Hidupnya akan dibuat tenggelam dengan berbagai kesibukan demi meraih berbagai kesenangan, sampai tidak mengingini Tuhan dan Kerajaan-Nya sama sekali.
Pada umumnya ukuran keberhasilan manusia telah sesat. Mereka berusaha sukses dalam studi, karir, bisnis, rumah tangga, dan lain sebagainya dalam ukuran umum atau ukuran manusia pada umumnya. Puncak keberhasilannya adalah ketika ia berhasil meraih semua itu. Menjadi filosofi yang sudah mengakar dalam diri hampir semua orang, bahwa dengan meraih semua tersebut sampai pada ukuran tertentu, maka manusia merasakan kebahagiaan. Itulah sebabnya mereka berjuang mempertaruhkan segenap hidup mereka demi meraih hal tersebut. Sampai pada level tertentu, mereka sudah tidak bisa berpikir lain selain apa yang mereka pahami dan mereka yakini bahwa satu-satunya kebahagiaan hidup adalah meraih semua hal tersebut. Sampai pada level tersebut seseorang terjerat dalam penjara kuasa dunia atau kuasa kegelapan. Biasanya mereka tidak menyadari keadaan malang tersebut, bahkan tidak sedikit yang merasa bangga dengan keberadaan mereka yang sukes di mata dunia.
https://overcast.fm/+IqODQd7JQ
Senin, 18 Maret 2019
Truth Daily Enlightenment 18 Maret 2019 MENINGGALKAN DUNIA
Keterikatan seseorang dengan materi membuat seseorang tidak dapat memenuhi Firman bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24). Harus diingat kalau kita menjadi anak tebusan Tuhan berarti segenap hidup kita diambil alih oleh Tuhan. Kalau seseorang tidak bersedia, Tuhan tidak akan memaksa! Semua terserah kepada dirinya. Hal tersebut juga tidak akan memberi pengaruh kepada orang lain, tetapi akan menjadi masalah besar bagi hidupnya. Kalau dalam Perjanjian Lama berhala mereka adalah dewa-dewa yang mereka sembah, maka dalam Perjanjian Baru berhalanya adalah materi. Terkait dengan hal ini Yohanes mengingatkan bahwa keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup bukan berasal dari Bapa (Yoh. 2:15-17). Lebih tegas Yakobus mengatakan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yak. 4:4).
Tentu akan menjadi pertanyaan bagi banyak orang, “Apa salahnya kalau seseorang memiliki barang ini, barang itu?” Jawabannya tentu bukan soal benar atau salah, bahkan bisa dikatakan tidak salah. Tetapi pertanyaannya adalah apakah kita memiliki benda-benda tersebut untuk kepuasan diri, prestige, dan kebanggaan atau untuk kemuliaan Allah? Banyak orang telah terikat oleh dunia karena cara hidup yang diwarisi dari nenek moyang. Anak-anak meneruskan bisnis orang tua dan segala cara hidupnya. Banyak orang Kristen yang tidak mengerti hal ini. Mereka merasa nyaman di tempat-tempat di mana diajarkan tidak perlu meninggalkan dunia ini. Mereka diajar untuk hidup dalam kewajaran seperti manusia lain. Itulah sebabnya mereka tetap melestarikan cara hidup yang mereka warisi dari nenek moyang. Jadi kalau kita membeli barang atau memakai barang dunia ini, kita memakainya untuk kepentingan hidup yang sedang kita jalani dalam pelayanan kepada Tuhan. Dan uang yang kita cari pun semata-mata untuk kepentingan pekerjaan Tuhan. Hal ini tidak berarti semua kita berikan ke gereja. Tetapi untuk kehidupan keluarga kita yang setiap anggota mempersiapkan diri bagi pekerjaan Tuhan, menjadi saksi di tengah-tengah masyarakat dan mengawal pekerjaan Tuhan di gereja yang benar.
Semua orang yang mengikut Yesus harus meninggalkan dunia ini. Meninggalkan dunia ini bukan berarti tidak lagi ada di dunia, tetap berada di dunia, tetapi dengan cara hidup yang baru. Kalimat lain meninggalkan dunia adalah: Melepaskan segala sesuatu, mengosongkan diri, biarlah orang mati menguburkan orang mati, tidak menoleh ke belakang, bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, dan banyak lagi.
Orang yang meninggalkan dunia adalah orang yang tidak lagi mengharapkan kebahagiaan dunia ini. Hal ini dimaksudkan agar orang percaya tidak terikat dengan dunia ini. Dalam hal ini yang kita lawan dua hal: Pertama, pengaruh dunia yang sudah mengikat jiwa dan kedua, keinginan dosa dalam daging kita. Kalau masih terikat dengan dosa-dosa dalam daging berarti kita masih memiliki diri kita sendiri. Hal ini sama dengan tidak dapat dimiliki oleh Tuhan. Kalau orang masih terikat dengan barang-barang dunia berarti masih dimiliki dunia ini. Bisa dipahami mengapa mengingini dunia berarti menyembah Iblis.
Meninggalkan dunia bukan berarti menyingkir ke tempat-tempat sepi, di tengah hutan di mana tidak ada manusia, di gua-gua tersembunyi, atau hidup di dalam biara. Meninggalkan dunia berarti melepaskan semua nafsu, hasrat, ambisi, dan segala keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan di dalam diri kita. Mengapa demikian? Sebab dunia telah mencetak atau mewarnai diri kita. Diri kita ini adalah gambaran wajah dunia. Itulah sebabnya orang percaya harus menyangkal diri, artinya membunuh semua naluriah kemanusiaan yang salah. Di sini dibutuhkan perubahan dari kodrat dosa ke kodrat Ilahi.
Kehidupan seperti di atas ini adalah kehidupan orang yang terbelenggu oleh Tuhan. Tetapi sebenarnya justru inilah kemerdekaan itu. Banyak orang merasa dirinya merdeka ketika ia boleh berbuat apa saja yang diingini. Justru itulah perhambaan. Ketika seseorang diperhamba atau dibelenggu oleh Tuhan, ia memperoleh kemerdekaan. Tetapi semakin mau bebas sendiri, hidup dalam kesenangan dirinya sendiri, justru ia ada dalam perhambaan.
Dalam hal tersebut, seseorang harus mengalami perubahan jiwa. Perubahan itu bisa terjadi hanya oleh karena Firman. Dalam level tertentu, seseorang yang tekun belajar Firman dan mengenakannya akan merasakan selera baru dalam jiwanya. Keterikatan dengan Tuhan bukan suatu belenggu, tetapi kesukaan. Kapan itu terjadi? Kalau seseorang dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Kalau seseorang jatuh cinta, maka ia rela diperhamba oleh orang yang dicintai. Keadaannya sangat dipengaruhi oleh hubungan dengan orang yang dicintai tersebut. Demikian pula hubungan dengan Tuhan.
https://overcast.fm/+IqODF1YgY
Tentu akan menjadi pertanyaan bagi banyak orang, “Apa salahnya kalau seseorang memiliki barang ini, barang itu?” Jawabannya tentu bukan soal benar atau salah, bahkan bisa dikatakan tidak salah. Tetapi pertanyaannya adalah apakah kita memiliki benda-benda tersebut untuk kepuasan diri, prestige, dan kebanggaan atau untuk kemuliaan Allah? Banyak orang telah terikat oleh dunia karena cara hidup yang diwarisi dari nenek moyang. Anak-anak meneruskan bisnis orang tua dan segala cara hidupnya. Banyak orang Kristen yang tidak mengerti hal ini. Mereka merasa nyaman di tempat-tempat di mana diajarkan tidak perlu meninggalkan dunia ini. Mereka diajar untuk hidup dalam kewajaran seperti manusia lain. Itulah sebabnya mereka tetap melestarikan cara hidup yang mereka warisi dari nenek moyang. Jadi kalau kita membeli barang atau memakai barang dunia ini, kita memakainya untuk kepentingan hidup yang sedang kita jalani dalam pelayanan kepada Tuhan. Dan uang yang kita cari pun semata-mata untuk kepentingan pekerjaan Tuhan. Hal ini tidak berarti semua kita berikan ke gereja. Tetapi untuk kehidupan keluarga kita yang setiap anggota mempersiapkan diri bagi pekerjaan Tuhan, menjadi saksi di tengah-tengah masyarakat dan mengawal pekerjaan Tuhan di gereja yang benar.
Semua orang yang mengikut Yesus harus meninggalkan dunia ini. Meninggalkan dunia ini bukan berarti tidak lagi ada di dunia, tetap berada di dunia, tetapi dengan cara hidup yang baru. Kalimat lain meninggalkan dunia adalah: Melepaskan segala sesuatu, mengosongkan diri, biarlah orang mati menguburkan orang mati, tidak menoleh ke belakang, bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, dan banyak lagi.
Orang yang meninggalkan dunia adalah orang yang tidak lagi mengharapkan kebahagiaan dunia ini. Hal ini dimaksudkan agar orang percaya tidak terikat dengan dunia ini. Dalam hal ini yang kita lawan dua hal: Pertama, pengaruh dunia yang sudah mengikat jiwa dan kedua, keinginan dosa dalam daging kita. Kalau masih terikat dengan dosa-dosa dalam daging berarti kita masih memiliki diri kita sendiri. Hal ini sama dengan tidak dapat dimiliki oleh Tuhan. Kalau orang masih terikat dengan barang-barang dunia berarti masih dimiliki dunia ini. Bisa dipahami mengapa mengingini dunia berarti menyembah Iblis.
Meninggalkan dunia bukan berarti menyingkir ke tempat-tempat sepi, di tengah hutan di mana tidak ada manusia, di gua-gua tersembunyi, atau hidup di dalam biara. Meninggalkan dunia berarti melepaskan semua nafsu, hasrat, ambisi, dan segala keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan di dalam diri kita. Mengapa demikian? Sebab dunia telah mencetak atau mewarnai diri kita. Diri kita ini adalah gambaran wajah dunia. Itulah sebabnya orang percaya harus menyangkal diri, artinya membunuh semua naluriah kemanusiaan yang salah. Di sini dibutuhkan perubahan dari kodrat dosa ke kodrat Ilahi.
Kehidupan seperti di atas ini adalah kehidupan orang yang terbelenggu oleh Tuhan. Tetapi sebenarnya justru inilah kemerdekaan itu. Banyak orang merasa dirinya merdeka ketika ia boleh berbuat apa saja yang diingini. Justru itulah perhambaan. Ketika seseorang diperhamba atau dibelenggu oleh Tuhan, ia memperoleh kemerdekaan. Tetapi semakin mau bebas sendiri, hidup dalam kesenangan dirinya sendiri, justru ia ada dalam perhambaan.
Dalam hal tersebut, seseorang harus mengalami perubahan jiwa. Perubahan itu bisa terjadi hanya oleh karena Firman. Dalam level tertentu, seseorang yang tekun belajar Firman dan mengenakannya akan merasakan selera baru dalam jiwanya. Keterikatan dengan Tuhan bukan suatu belenggu, tetapi kesukaan. Kapan itu terjadi? Kalau seseorang dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Kalau seseorang jatuh cinta, maka ia rela diperhamba oleh orang yang dicintai. Keadaannya sangat dipengaruhi oleh hubungan dengan orang yang dicintai tersebut. Demikian pula hubungan dengan Tuhan.
https://overcast.fm/+IqODF1YgY
Quote Maret 2019 #3
Today's Quote:
Tidak semua orang bisa berkhotbah, tetapi setiap orang bisa menjadi saksi. Tidak semua orang bisa berteologi, tetapi setiap orang bisa memperagakan bagaimana Yesus hidup dalam hidupnya.
Dr. Erastus Sabdono
13 Maret 2019
Today's Quote:
Mungkin tidak semua hal benar yang kita lakukan dipandang baik oleh sesama, tapi Tuhan adalah Hakim yang adil atas semua perkara.
Dr. Erastus Sabdono,
14 Maret 2019
Today's Quote:
Jadilah orang istimewa di hadapan Bapa.
Dr. Erastus Sabdono,
15 Maret 2019
Today's Quote:
Hidup menjadi nikmat ketika hidup bisa dinikmati Tuhan.
Dr. Erastus Sabdono,
16 Maret 2019
Today's Quote:
Sempurna seperti Bapa artinya segala suatu yang dilakukan oleh seorang anak Tuhan sesuai dengan yang Allah Bapa kehendaki.
Dr. Erastus Sabdono,
17 Maret 2019
Tidak semua orang bisa berkhotbah, tetapi setiap orang bisa menjadi saksi. Tidak semua orang bisa berteologi, tetapi setiap orang bisa memperagakan bagaimana Yesus hidup dalam hidupnya.
Dr. Erastus Sabdono
13 Maret 2019
Today's Quote:
Mungkin tidak semua hal benar yang kita lakukan dipandang baik oleh sesama, tapi Tuhan adalah Hakim yang adil atas semua perkara.
Dr. Erastus Sabdono,
14 Maret 2019
Today's Quote:
Jadilah orang istimewa di hadapan Bapa.
Dr. Erastus Sabdono,
15 Maret 2019
Today's Quote:
Hidup menjadi nikmat ketika hidup bisa dinikmati Tuhan.
Dr. Erastus Sabdono,
16 Maret 2019
Today's Quote:
Sempurna seperti Bapa artinya segala suatu yang dilakukan oleh seorang anak Tuhan sesuai dengan yang Allah Bapa kehendaki.
Dr. Erastus Sabdono,
17 Maret 2019
Truth Daily Enlightenment 17 Maret 2019 MENYENANGKAN TUHAN
Banyak orang Kristen yang sebenarnya sesat, tetapi mereka tidak menyadari sama sekali kesesatan tersebut. Mereka merasa dan percaya bahwa dengan mengaku percaya Tuhan Yesus sebagai Juruselamat sudah secara otomatis akan selamat dan dosa telah diselesaikan. Mereka tidak berjuang untuk mengalami perubahan kodrat guna menyenangkan hati Bapa. Mereka juga tidak peduli sama sekali adanya Kerajaan Tuhan Yesus yang akan ditegakkan. Mereka hanya hidup untuk kesenangan hari ini, seakan-akan tidak ada dunia atau kehidupan lain yang akan mereka jalani dan nikmati selain dunia hari ini. Mereka berpikir bahwa Tuhan dan segala berkat-Nya diadakan hanya untuk kehidupan hari ini. Pada dasarnya ini adalah gaya hidup seperti hewan, makhluk yang hidup hanya untuk hari ini: “Mari kita makan dan minum sebab besok kita mati” (1Kor. 15:32).
Sejatinya, orang percaya yang sungguh-sungguh mengikut Tuhan Yesus harus bersedia melakukan hal yang sama seperti yang Dia lakukan. Orang percaya harus bersedia meninggalkan kesenangan dunia. Meninggalkan kesenangan dunia dapat dibagi dalam dua bagian: Pertama, meninggalkan kepuasan daging yang tidak sesuai dengan kesucian Tuhan, yaitu makan minum dan seks serta kebencian atau sikap tidak mengasihi. Kedua, dosa dalam jiwa, yaitu hasrat memiliki harta dunia untuk memperoleh kesenangan, kebanggaan yang melahirkan keangkuhan hidup. Firman Tuhan mengatakan: “Barangsiapa tidak meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya, maka ia tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk. 14:33). Ini adalah bagian tersulit yang sering kurang atau tidak diajarkan dengan benar kepada umat dewasa ini.
Dunia kita hari ini sungguh-sungguh sudah sangat rusak. Bukan hanya jemaat, tetapi juga tidak sedikit pendeta atau pejabat sinode yang sebenarnya masih dibelenggu oleh filosofi percintaan dunia. Hal ini nampak jelas dari Teologi Kemakmuran yang mereka ajarkan kepada jemaat. Khotbah atau ajarannya hanya berkisar pada berkat jasmani dan kemakmuran lahiriah. Dengan cara berpikir yang salah tersebut, mereka terbelenggu. Belenggu ini banyak tidak disadari, sebab mereka ternyata masih aktif dalam kegiatan pelayanan. Mereka bisa mengusir setan -bahkan mengadakan mukjizat- tetapi mereka masih tetap dalam belenggu percintaan dunia. Tuhan seakan-akan bungkam, tetapi suatu hari nanti pasti akan ada perhitungannya (Mat. 7:21-23). Kondisi seperti ini merusak kehidupan iman murni jemaat, sehingga mereka tidak dipersiapkan untuk berjumpa dengan Tuhan. Alhasil, kesempatan terakhir (the last chance) yang diberikan Tuhan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Orang percaya harus meninggalkan dunia ini untuk bisa menyenangkan hati Tuhan.
Menyenangkan hati Bapa dan Tuhan Yesus tidak cukup hanya dengan beragama Kristen, menjadi anggota gereja yang aktif, pergi ke gereja, menjadi aktivis gereja, bahkan sekalipun menjadi seorang pendeta. Menyenangkan hati Bapa adalah berkeadaan selalu berkenan kepada Bapa, yaitu berpikir, berucap, dan melakukan segala sesuatu selalu sesuai dengan pikiran, perasaan, dan kehendak Bapa. Sesungguhnya, satu-satunya keberhasilan hidup hanyalah menyenangkan hati Bapa dan Tuhan Yesus. Oleh sebab itu seharusnya tidak ada hal lain yang kita upayakan dalam hidup ini selain menyenangkan hati Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Inilah yang dimaksud oleh Alkitab: “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1Kor. 10:31). Melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah tidak cukup hanya menyanyi, memuji, dan menyembah Tuhan dengan lagu yang bersyair pujian dan penyembahan. Tidak cukup hanya datang ke gereja mengikuti misa atau liturgi.
Pengembaraan hidup Kekristenan seseorang sampai pada tahap akhir atau puncak kesempurnaan di bumi sesuai dengan bagian atau porsinya ditandai dengan satu hal, yaitu merindukan atau mengingini dengan sangat kuat bagaimana bisa menyukakan hati Bapa dan Tuhan Yesus. Orang percaya tersebut semakin mengerti dan merasakan pikiran, perasaan, dan kehendak Bapa dan Tuhan Yesus. Menyadari anugerah Tuhan tersebut, maka kita harus terus bertumbuh dalam iman, yaitu dalam kedewasan rohani sampai pada satu level di mana dalam hidup ini kita hanya mau menyenangkan hati Bapa dan Tuhan Yesus. Kita tidak lagi menjadikan sesuatu sebagai tujuan, cita-cita, atau obsesi dalam kehidupan ini, sebab tujuan hidup kita adalah Tuhan dan Kerajaan-Nya atau menyenangkan hati Bapa. Ketika kita berkerinduan hidup hanya untuk menyenangkan Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus, maka segala sesuatu di bumi ini menjadi tidak berarti atau tidak berharga lagi, sebab yang berharga hanyalah Bapa dan Tuhan Yesus.
https://overcast.fm/+IqODrbi_0
Sejatinya, orang percaya yang sungguh-sungguh mengikut Tuhan Yesus harus bersedia melakukan hal yang sama seperti yang Dia lakukan. Orang percaya harus bersedia meninggalkan kesenangan dunia. Meninggalkan kesenangan dunia dapat dibagi dalam dua bagian: Pertama, meninggalkan kepuasan daging yang tidak sesuai dengan kesucian Tuhan, yaitu makan minum dan seks serta kebencian atau sikap tidak mengasihi. Kedua, dosa dalam jiwa, yaitu hasrat memiliki harta dunia untuk memperoleh kesenangan, kebanggaan yang melahirkan keangkuhan hidup. Firman Tuhan mengatakan: “Barangsiapa tidak meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya, maka ia tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk. 14:33). Ini adalah bagian tersulit yang sering kurang atau tidak diajarkan dengan benar kepada umat dewasa ini.
Dunia kita hari ini sungguh-sungguh sudah sangat rusak. Bukan hanya jemaat, tetapi juga tidak sedikit pendeta atau pejabat sinode yang sebenarnya masih dibelenggu oleh filosofi percintaan dunia. Hal ini nampak jelas dari Teologi Kemakmuran yang mereka ajarkan kepada jemaat. Khotbah atau ajarannya hanya berkisar pada berkat jasmani dan kemakmuran lahiriah. Dengan cara berpikir yang salah tersebut, mereka terbelenggu. Belenggu ini banyak tidak disadari, sebab mereka ternyata masih aktif dalam kegiatan pelayanan. Mereka bisa mengusir setan -bahkan mengadakan mukjizat- tetapi mereka masih tetap dalam belenggu percintaan dunia. Tuhan seakan-akan bungkam, tetapi suatu hari nanti pasti akan ada perhitungannya (Mat. 7:21-23). Kondisi seperti ini merusak kehidupan iman murni jemaat, sehingga mereka tidak dipersiapkan untuk berjumpa dengan Tuhan. Alhasil, kesempatan terakhir (the last chance) yang diberikan Tuhan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Orang percaya harus meninggalkan dunia ini untuk bisa menyenangkan hati Tuhan.
Menyenangkan hati Bapa dan Tuhan Yesus tidak cukup hanya dengan beragama Kristen, menjadi anggota gereja yang aktif, pergi ke gereja, menjadi aktivis gereja, bahkan sekalipun menjadi seorang pendeta. Menyenangkan hati Bapa adalah berkeadaan selalu berkenan kepada Bapa, yaitu berpikir, berucap, dan melakukan segala sesuatu selalu sesuai dengan pikiran, perasaan, dan kehendak Bapa. Sesungguhnya, satu-satunya keberhasilan hidup hanyalah menyenangkan hati Bapa dan Tuhan Yesus. Oleh sebab itu seharusnya tidak ada hal lain yang kita upayakan dalam hidup ini selain menyenangkan hati Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Inilah yang dimaksud oleh Alkitab: “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1Kor. 10:31). Melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah tidak cukup hanya menyanyi, memuji, dan menyembah Tuhan dengan lagu yang bersyair pujian dan penyembahan. Tidak cukup hanya datang ke gereja mengikuti misa atau liturgi.
Pengembaraan hidup Kekristenan seseorang sampai pada tahap akhir atau puncak kesempurnaan di bumi sesuai dengan bagian atau porsinya ditandai dengan satu hal, yaitu merindukan atau mengingini dengan sangat kuat bagaimana bisa menyukakan hati Bapa dan Tuhan Yesus. Orang percaya tersebut semakin mengerti dan merasakan pikiran, perasaan, dan kehendak Bapa dan Tuhan Yesus. Menyadari anugerah Tuhan tersebut, maka kita harus terus bertumbuh dalam iman, yaitu dalam kedewasan rohani sampai pada satu level di mana dalam hidup ini kita hanya mau menyenangkan hati Bapa dan Tuhan Yesus. Kita tidak lagi menjadikan sesuatu sebagai tujuan, cita-cita, atau obsesi dalam kehidupan ini, sebab tujuan hidup kita adalah Tuhan dan Kerajaan-Nya atau menyenangkan hati Bapa. Ketika kita berkerinduan hidup hanya untuk menyenangkan Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus, maka segala sesuatu di bumi ini menjadi tidak berarti atau tidak berharga lagi, sebab yang berharga hanyalah Bapa dan Tuhan Yesus.
https://overcast.fm/+IqODrbi_0
Truth Daily Enlightenment 16 Maret 2019 MENDAHULUKAN KERAJAAN SURGA
Di dalam Matius 25:1-13 dikisahkan mengenai lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh, dimana terasa suatu perasaan duka karena tragisnya peristiwa yang digambarkan tersebut. Tetapi sebenarnya ketragisan dalam perumpamaan ini belum mewakili secara penuh ketragisan dari keadaan yang sebenarnya ketika seseorang ditolak oleh Allah yang hidup. Pada waktu itu orang akan benar-benar menyadari apa arti keselamatan yang sangat berharga. Keselamatan ini kalau disia-siakan akan mengakibatkan penolakan Allah atas orang yang menyia-nyiakan keselamatan tersebut (Ibr. 2:1-3).
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan menyia-nyiakan keselamatan? Menyia-nyiakan keselamatan berarti tidak menerima atau tidak menanggapi keselamatan yang Tuhan berikan dengan cara yang benar. Perhatikan, bagaimana gadis yang bodoh yang tidak diperkenankan masuk pesta perjamuan kawin. Mereka bukannya tidak menantikan mempelai tersebut. Mereka menantikan. Tetapi mereka tidak memiliki persediaan minyak. Ini berarti mereka tidak melakukan penyambutan sesuai dengan prosedur yang benar. Prosedur yang benar adalah memiliki persediaan minyak. Minyak yang dikemukan Tuhan Yesus dalam perumpamaan ini sebagai suatu gambaran dari sikap berjaga-jaga. Dalam perumpamaan tersebut ditunjukkan bagaimana gadis yang bodoh tidak berkesempatan menyediakan minyak. Ini berarti minyak tersebut harus dipersiapkan jauh-jauh hari.
Sikap berjaga-jaga berarti suatu usaha untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan menumbuhkembangkan atau membuatnya semakin berkualitas. Hubungan harmonis adalah hubungan yang baik, yang riil, yang dapat dirasakan. Ciri dari seorang yang memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan antara lain: Seseorang yang selalu bertobat setiap hari. Hal ini seiring dengan bertumbuhnya pengenalan akan Tuhan dan kedewasaan hati nurani untuk mengenali kesalahan. Orang seperti ini akan memiliki pertumbuhan kesucian yang nyata. Memiliki pembelaan yang sangat tinggi bagi pekerjaan-Nya, tanpa batas. Baginya, pelayanan pekerjaan Tuhan adalah hidupnya. Semua ini tidak dapat dikerjakan dalam satu hari, bahkan satu minggu, atau satu bulan. Semua ini merupakan pembiasaan hidup yang harus terus berlangsung setiap hari. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Surga.
Bahaya besar yang tidak disadari oleh banyak orang adalah menunda bersikap benar terhadap keselamatan yang Tuhan berikan, sesuatu yang seharusnya dilakukan dengan segera dan terus menerus. Dalam Ibrani 12:16-17 diungkapkan kegagalan Esau menikmati atau memanfaatkan hak kesulungannya. Ia kehilangan hak kesulungannya karena tidak bersikap benar terhadap hak kesulungan yang diberikan dan yang memang adalah haknya. Ia menukar hak kesulungannya tersebut dengan sepiring makanan. Dalam kisah yang ditulis dalam Kejadian 27:1-4, nyata bahwa Esau merasa bahwa ia masih memiliki hak kesulungan tersebut. Ia sangat ceroboh, ia menganggap sepi apa yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa ia menukar hak kesulungan dengan sepiring makanan (Kej. 25:29-34). Tentu Esau tidak berniat atau tidak bersungguh-sungguh dan tidak serius untuk menjual hak kesulungannya, tetapi tindakan cerobohnya cukup membuat ia kehilangan hak kesulungannya.
Perhatikan, bagaimana ia tidak mempersoalkan dari jauh-jauh hari mengenai hal yang berkaitan mengenai hak kesulungannya. Ketika keadaan sudah mendesak, barulah ia serius mempersoalkan, tetapi sudah terlambat (Lih. Kej. 27:30-35). Hal ini sama dengan kisah 5 gadis bodoh dari apa yang Matius 23:1-13 catat, tentu mereka tidak bermaksud untuk ditolak dan tidak mau juga untuk ditolak. Tetapi kecerobohan mereka -dimana mereka tidak mempersiapkan diri dan bahkan menganggap enteng persiapan tersebut- cukup membuat mereka kehilangan kesempatan yang berharga. Lima gadis bodoh tersebut baru mempersoalkan persediaan minyak pada waktu yang tidak tepat. Hal ini mengajarkan kepada kita agar kita jangan sampai pada waktunya mempersoalkan hal keselamatan, karena kecerobohan kita yang tidak mempersiapkan keselamatan kita sendiri dari jauh-jauh hari. Jangan mempersoalkan keselamatan di waktu yang tidak tepat. Tuhan Yesus mengingatkan agar kita tidak menyia-nyaikan kesempatan selagi hari siang (Yoh. 9:4). Perhatikan cara Iblis merusak kehidupan orang percaya dan membinasakan mereka, yaitu dengan cara membuat seseorang hanyut dalam keasyikan untuk hal-hal yang sepele, tidak berarti, dan dengan kenikmatan sesaat. Inilah kesalahan fatal Esau yang tidak boleh ditiru atau diulangi.
Langganan:
Postingan (Atom)