Banyak orang Kristen merasa bahwa dirinya pasti memiliki Roh Allah atau Roh Kudus. Hal ini didasarkan pada ayat Alkitab bahwa orang percaya menerima materai Roh Kudus (Ef. 1:13). Dengan keyakinan ini mereka merasa bahwa dirinya tidak mungkin ditolak oleh Allah, artinya pasti masuk surga. Materai Roh Kudus dipahami oleh mereka sebagai “stempel permanen” yang menempatkan mereka sebagai orang yang dipilih dan ditentukan pasti selamat masuk surga. Kita harus memahami bahwa masalahnya bukan hanya yakin bahwa dirinya memiliki materai Roh Kudus, tetapi apakah ia hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Orang yang tidak hidup dalam pimpinan Roh Kudus bukanlah anak Allah (Rm. 8:14). Orang yang menolak pimpinan Roh Kudus pasti hidup menurut daging.
Kalau orang hidup menurut daging berarti Roh Allah tidak diam di dalam dirinya. Hal ini terjadi karena seseorang menolak kehadiran Roh Kudus secara tetap di dalam dirinya atau tidak memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. Jika seseorang menolak pimpinan Roh Kudus terus menerus, maka ia mendukakan Roh Kudus. Jika hal ini berlarut-larut, maka bisa memadamkan Roh Kudus, artinya ia tidak mampu mendengar suara Roh Kudus atau tidak menangkap sama sekali peringatan-Nya. Dalam hal ini Roh Kudus disia-siakan, sehingga tidak berfungsi sama sekali. Akhirnya orang seperti ini akan menghujat Roh Kudus. Bukan tidak mungkin seorang Kristen yang masih beragama Kristen, pergi ke gereja, tetapi sebenarnya sudah tidak mampu mendengar suara Roh Kudus atau tidak mampu lagi menerima peringatan Tuhan melalui Roh Kudus.
Dengan hidup menurut roh maka seseorang mampu hidup seperti hidup yang telah dijalani oleh Yesus. Dengan demikian Roh Kudus diam dalam kehidupan orang tersebut. Jika hal ini terjadi, maka orang tersebut memiliki Roh Kristus; artinya memiliki ketaatan seperti yang dimiliki oleh Yesus. Orang yang memiliki Roh Kristus adalah milik Kristus. Sebaliknya, seorang yang tidak hidup menurut roh pasti tidak hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah. Mereka juga pasti tidak memiliki hasrat atau gairah Kristus. Orang-orang seperti itu tidak dapat menjadi milik Kristus, sebab mereka memiliki dirinya sendiri. Mereka pasti binasa walau dengan mulut mengaku percaya kepada Yesus. Harus diingat bahwa percaya adalah tindakan, bukan sekadar aktivitas pikiran.
Keselamatan adalah gratis, artinya penebusan berikut kuasa (exousia) atau sarana untuk dapat dikembalikan ke rancangan Allah semula diberikan cuma-cuma. Kita memperolehnya tanpa terlebih dahulu berbuat baik atau melakukan jasa apa pun. Tetapi dalam menjalani atau mengerjakan keselamatan tersebut, kita harus berjuang (Flp. 2:12-13). Bukan sesuatu yang gratis, artinya tidak dapat terjadi atau berlangsung dengan sendirinya. Dengan demikian orang yang mengaku Yesus sebagai Juruselamat akan mengalami penebusan dan menerima kuasa atau sarana keselamatan. Oleh sebab itu orang percaya harus mengerjakan proses dikembalikannya ke rancangan semula atau mengerjakan keselamatannya. Orang percaya ini harus meninggalkan hidup menurut daging kemudian hidup menurut roh. Untuk dapat memiliki kehidupan menurut roh, seseorang harus masuk proses hidup dalam pimpinan Roh Kudus sehingga menemukan gairah yang sesuai dengan gairah Yesus, sehingga dapat melakukan kehendak Bapa.
Orang yang hidup menurut daging adalah orang-orang yang memikirkan hal-hal yang dari daging; keinginan daging adalah maut, perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah atau tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Dalam hal ini Paulus hendak mengemukakan perbedaan yang mencolok antara anak-anak Allah dan anak dunia. Sebaik apa pun mereka -yang tidak hidup menurut roh- tidak mungkin mencapai kesucian berstandar Allah.
Dari hal tersebut sangat jelas, bahwa orang dipercaya memiliki kehendak bebas untuk menentukan keadaan atau nasib kekalnya. Dengan demikian sangatlah keliru kalau keselamatan individu sudah ditentukan oleh Tuhan secara sepihak. Ajaran yang salah ini tidak membangun kehidupan Kristen yang normal. Kesediaan dengan tekun dipimpin Roh Kudus, melahirkan atau ditemukannya cara berpikir yang baru, sebab Roh Kudus menuntun orang percaya kepada seluruh kebenaran Allah. Cara berpikir yang baru ini melahirkan hasrat atau gairah baru yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, itulah kehendak roh. Bila seseorang menuruti hasrat atau gairah baru tersebut atau hidup menurut roh, maka dengan sendirinya hasrat-hasrat dan segala gairah lama di dalam dagingnya dimatikan. Jika terang datang, maka kegelapan akan menyingkir atau hilang dengan sendirinya.
https://overcast.fm/+IqOBWeupc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar