Sabtu, 04 Mei 2019

Truth Daily Enlightenment 03 Mei 2019 PENGERTIAN PERCAYA

     Salah satu penyebab mengapa orang berpandangan bahwa Allah memilih dan menentukan sebagian orang selamat adalah karena mereka tidak memahami pengertian percaya dengan benar. Di antara mereka ada yang berpandangan bahwa seseorang bisa percaya pun karena Allah yang menggerakkannya atau menaruh percaya di dalam diri orang yang terpilih dan ditetapkan untuk pasti selamat masuk surga. Pandangan ini salah. Untuk itu kita harus memahami dengan benar pengertian percaya itu. Dalam bahasa Ibrani, kata “percaya” atau “iman” adalah aman (אָמַן). Kata “iman” dalam bahasa Yunani terjemahan dari pistis (πίστις), yang artinya kepercayaan atau penyerahan diri kepada seseorang. Kata kerja dari pistis adalah pisteuo (πιστεύω), yang mempunyai pengertian “percaya kepada, memercayakan diri atau menyerahkan diri kepada suatu obyek,” dalam hal ini tentu Tuhan. Membahas mengenai iman atau percaya yang bertalian dengan keselamatan, bisa dilihat dari tiga dimensi.

     Dimensi pertama adalah keyakinan terhadap karya Kristus yang telah selesai sempurna dua ribu tahun yang lalu. Iman seperti ini disebut sebagai pengaminan akali atau persetujuan pikiran. Dalam hal ini pikiran setuju dan memercayai fakta sejarah Anak Allah yang berinkarnasi menjadi daging, mati di kayu salib untuk memikul dosa manusia. Pikiran setuju dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Percaya dimensi pertama ini mutlak penting, sebab percaya ini adalah pintu gerbang untuk memiliki percaya yang penuh. Tanpa pengaminan akali ini seseorang tidak akan pernah memiliki keselamatan. Tetapi pengaminan akali belumlah cukup. Banyak orang Kristen memiliki percaya hanya sampai di tatanan ini, tetapi merasa sudah percaya dengan benar dan meyakini dirinya sudah selamat.

     Penerimaan dan keyakinan dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat barulah sebuah awal perjalanan hidup Kekristenan. Orang Kristen seperti ini baru dengan mulut mengaku, tetapi hati belum percaya. Hati yang percaya dapat dibuktikan dalam perbuatan. Iman atau percaya kepada Tuhan dalam hati, harus diaplikasikan secara konkret dalam tindakan. Itulah sebabnya surat Yakobus menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati seperti tubuh tanpa roh (Yak. 2:17-26). Iman dimensi pertama ini harus disempurnakan dalam perbuatan. Abraham adalah bapa orang beriman. Imannya ditunjukkan dengan ketaatannya terhadap kehendak Allah, walaupun untuk hal-hal yang sangat tidak masuk akal; seperti meninggalkan Ur-Kasdim untuk menemukan negeri yang dijanjikan Tuhan, menyembelih anak kandungnya sebagai korban bakaran, dan lain sebagainya. Iman adalah penurutan terhadap kehendak Allah, bukan sekadar aktivitas pikiran. Oleh sebab itu kita harus melihat percaya dalam dimensi kedua.

     Dimensi kedua, iman adalah kesediaan untuk berusaha mengenal Pribadi Allah, mencari kehendak-Nya dan melakukannya, serta mengerti rencana-rencana Allah dalam hidup ini untuk dipenuhi. Dalam hal ini percaya seseorang bukan hanya di dalam pikiran, tetapi sudah diterjemahkan dalam tindakan nyata. Inilah iman yang dimiliki atau diperagakan oleh Abraham. Iman seperti inilah yang dimaksud oleh Paulus dalam surat pastoralnya, bahwa orang percaya dibenarkan bukan oleh perbuatan tetapi oleh iman. Ini berarti seseorang dapat dibenarkan bukan hanya memiliki iman dimensi pertama -yaitu pengaminan akali- tetapi melalui proses pertumbuhan pendewasaan sampai seseorang melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Percaya dimensi kedua ini adalah tindakan mengerjakan keselamatan dalam takut dan gentar, sehingga terjadi atau berlangsung perubahan menuju mengenakan kodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah, sesuai dengan rancangan Allah semula.

     Dalam memahami kata percaya atau iman dengan tepat menurut Alkitab, perlu diperhatikan bukan saja aspek persetujuan pikiran atau pengaminan akali, tetapi juga aspek hubungan antara umat dan Tuhan. Jadi iman sangat bertalian dengan kualitas hubungan antara umat yang percaya dan Allah yang dipercayai. Kalau iman hanya dikaitkan dengan keyakinan akali atau persetujuan pikiran, maka belumlah dapat mencakup pengertian iman secara lengkap. Banyak orang merasa sudah beriman hanya karena percaya bahwa Tuhan itu ada. Kepercayaan seperti ini bukanlah iman yang benar, sebab kalau hanya kepercayaan berangkat dari persetujuan pikiran bahwa Allah itu ada, maka setan pun percaya dan mereka gemetar (Yak. 2:19).

     Dimensi ketiga dari percaya adalah keyakinan penuh terhadap kehidupan yang akan datang yaitu Kerajaan Tuhan Yesus yang akan dinyatakan, sehingga menaruh pengharapan sepenuhnya pada penyataan kedatangan Tuhan Yesus (1Ptr. 1:3). Dalam Roma 8:23-24 tertulis: “…tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan…” Orang percaya seperti ini akan ditandai dengan “hati yang dipindahkan dalam Kerajaan Surga.” Tentu saja mereka tidak lagi terikat dengan keindahan dunia, sehingga layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Akhirnya, untuk memiliki iman yang penuh, seseorang harus berjuang sampai memiliki iman yang penuh. Inilah perlombaan yang wajib bagi semua orang percaya (Ibr. 12:1-3). Dengan demikian iman bukanlah anugerah yang otomatis dimiliki orang percaya.


https://overcast.fm/+IqOCAksOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar