Sabtu, 04 Mei 2019

Truth Daily Enlightenment 02 Mei 2019 ALLAH DAN MANUSIA BERKOLABORASI

     Pikiran kita harus dijauhkan dari pengertian bahwa secara sepihak Allah menentukan atau menetapkan seseorang pasti selamat masuk surga. Dengan penentuan seperti ini, orang percaya tidak akan pernah memenuhi tanggung jawab dan panggilan hidupnya. Sebab kalau Allah sudah menetapkan atau menentukan kepastian keselamatan seseorang, sangat tidak mungkin seseorang memiliki perjuangan untuk mengalami dan memiliki keselamatannya secara proporsional. Padahal untuk mengalami dan memiliki keselamatan, seseorang harus melepaskan segala sesuatu, sebab seseorang tidak akan memiliki Kristus tanpa melepaskan segala sesuatu (Flp. 3:7-9; Luk. 14:33). Melepaskan segala sesuatu menunjukkan perjuangan tanpa batas.

     Untuk mewujudkan keselamatan atas manusia, Allah memberikan kuasa kepada mereka yang menerima-Nya, supaya menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Kata “kuasa” dalam teks ini adalah exousia (ἐξουσία), yang lebih tepat atau lebih dekat artinya bila diterjemahkan “hak” (Ing. right) atau sebuah hak istimewa (Ing. Privilege). Isi kuasa itu antara lain: Pertama adalah penebusan. Dengan penebusan tersebut seseorang dapat menjadi milik Tuhan (1Kor. 6:19-20). Kedua adalah Roh Kudus. Roh Kudus adalah satu-satunya Pribadi utusan Bapa yang menuntun orang percaya kepada seluruh kebenaran Allah (Yoh. 16:13). Dengan demikian manusia dapat melakukan segala sesuatu tepat seperti yang dikehendaki oleh Bapa. Tanpa Roh Kudus keselamatan tidak akan terwujud dalam kehidupan manusia. Ketiga adalah Injil. Injil adalah kuasa Allah yang menyelamatkan. Iman yang merupakan landasan keselamatan timbul dari mendengar Firman Kristus. Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus (Rm. 10:17), dan Firman Kristus itulah Injil. Jadi sangat jelas dan harus ditegaskan bahwa Injil adalah sarana keselamatan (Rm. 1:16-17). Keempat adalah penggarapan Allah. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm. 8:28).

     Keselamatan diterima manusia bukan secara otomatis, tetapi menuntut respon yang aktif dan proporsional. Hal ini tidak bisa terjadi atau berlangsung dengan mudah. Harus ada kolaborasi antara Allah yang diwakili Roh Kudus dengan masing-masing individu. Kolaborasi ini tidak akan merusak prinsip only by grace. Keselamatan dimulai dari inisiatif Allah memberikan Putra Tunggal-Nya. Tanpa karya salib Putra Tunggal Bapa, tidak akan ada keselamatan sama sekali, bukan hanya tidak ada kesempatan masuk surga, tetapi juga tidak ada kemungkinan manusia dapat dikembalikan ke rancangan Allah semula. Setelah Allah menyediakan jalan pendamaian, Allah memberikan Injil dan Roh Kudus, kemudian Allah menggarap orang percaya dalam perjalanan waktu melalui segala peristiwa dan keadaan, hanya bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28-29). Di sini orang-orang yang mengasihi Allah -artinya mereka yang bersedia memberikan dirinya diselamatkan- harus berjuang untuk dikembalikan ke rancangan Allah semula.

     Tuhan Yesus menyatakan bahwa untuk selamat seseorang harus berjuang masuk jalan sempit (Luk. 13:3-24). Perjuangan melawan kodrat dosa (sinful nature) yang sudah melekat dalam dirinya dan kemungkinan dosa yang masih bisa dilakukan di waktu mendatang. Keberhasilan lolos dari kodrat dosa ini membuat seseorang menjadi manusia Allah (man of God). Tujuan keselamatan adalah menjadikan manusia yang berkodrat dosa menjadi “man of God.” Perjuangan untuk menjadi “man of God” seperti yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus Kristus adalah perjuangan yang berat, yang harus mengerahkan segenap hidup ini. Perjuangan ini tidaklah diperhitungkan sebagai jasa, seakan-akan keselamatan manusia adalah hasil dari perbuatan baiknya. Perjuangan adalah respon terhadap anugerah yang Tuhan berikan. Tanpa salib, perjuangan sehebat apa pun dari manusia akan menjadi sia-sia belaka.

     Dari pihak manusia, keselamatan dapat berarti perjuangan melawan dosa atau ketidaktepatan (Yun. Hamartia; ἁμαρτία) di dalam dirinya. Ketidaktepatan artinya tidak sesuai dengan keinginan Tuhan atau tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan, yang sama artinya dengan tidak melakukan kehendak Bapa. Tuhan Yesuslah yang menggenapi atau yang dapat melakukannya, melakukan kehendak Bapa. Sekarang orang percaya dipanggil untuk memiliki kualitas hidup yang sama seperti Tuhan Yesus. Inilah perjuangan berat tersebut. Perjuangan tersebut dimaksudkan agar orang percaya mengambil bagian dalam kekudusan-Nya (Ibr. 12:10) atau sama dengan mengambil bagian dalam kodrat Ilahi (2Ptr. 1:3-4). Dengan demikian sangatlah jelas bahwa yang dikehendaki oleh Tuhan adalah sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Jika bukan hal ini yang menjadi target tujuan hidup orang percaya, berarti mereka tidak mengenal keselamatan. Dengan demikian, keselamatan dari pihak manusia adalah perjuangan untuk menjadi sempurna. Dengan demikian, pandangan bahwa Allah menetapkan dan memilih secara sepihak orang-orang yang pasti masuk surga tanpa melibatkan peran manusia sama sekali adalah pandangan yang tidak tepat


https://overcast.fm/+IqOD1I7nk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar