Senin, 06 Mei 2019

Truth Daily Enlightenment 06 Mei 2019 PENGERTIAN EFESUS 2 : 1

     Terkait dengan pemilihan, penentuan, dan penetapan keselamatan atas manusia, penting untuk memahami tulisan Paulus dalam Efesus 2:1 – “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Kata penting yang menjadi pokok masalahnya adalah terdapat pada kata “mati.” Kata “mati” di ayat ini dipahami oleh sebagian orang Kristen sebagai keadaan di mana manusia tidak mampu sama sekali meresponi anugerah keselamatan. Sehingga menurut mereka, harus ada campur tangan Tuhan secara sepihak untuk “menghidupkan” manusia atau menyelamatkannya. Tanpa intervensi Tuhan secara sepihak dan secara penuh maka manusia tidak dapat menerima keselamatan. Hal ini menjadi dasar atau turut mendukung pandangan bahwa Allah memang menetapkan sebagian orang saja untuk selamat. Sejatinya, pandangan ini tidak tepat. Kita harus melihat seluruh konteks perikop di mana ayat ini berada, agar kita dapat menemukan makna orisinal atau makna yang benar dari maksud Paulus menulis pernyataan tersebut.

     Dalam Efesus 2:2-3 tertulis: “Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” Mengapa Paulus mengatakan bahwa mereka dahulu dalam keadaan mati? Karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa mereka. Kata “mati” dalam teks aslinya adalah nekros (νεκρός). Kata ini berarti tidak ada unsur kehidupan (Ing. Lifeless). Kata ini juga sering ditujukan untuk kematian secara umum.

     Dikatakan dalam ayat berikutnya bahwa mereka hidup di dalamnya, karena mengikuti jalan dunia, menaati penguasa kerajaan angkasa, dan seterusnya. Di dalam tulisan Paulus ini menunjukkan bahwa mereka dikatakan “mati” karena mereka tidak hidup di dalam kebenaran Tuhan. Tidak disebutkan di sini bahwa keadaan “mati” mereka terkait dengan keberdosaan nenek moyang atau dosa orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan mati atau “keadaan tidak ada kehidupan” tersebut disebabkan oleh pilihan mereka sendiri untuk tidak hidup di jalan Tuhan.

     Penjelasan di atas ini seakan-akan menggiring pemikiran kita kepada kebenaran bahwa keadaan mati mereka disebabkan oleh perilaku mereka sendiri, bukan karena faktor lain. Walaupun tentu saja keadaan manusia seperti itu juga karena semua manusia yang dilahirkan oleh keturunan Adam dan Hawa yang pasti mewarisi kodrat dosa. Maksud kodrat dosa di sini adalah bahwa keadaan manusia yang telah kehilangan kemuliaan Allah tidak bisa mencapai kesucian Allah atau menjadi manusia sesuai dengan maksud manusia diciptakan oleh Allah. Keadaan ini bukan berarti manusia menjadi bejat total sehingga tidak dapat memiliki kebaikan sama sekali. Tetapi manusia tidak dapat mencapai kesucian Allah.

     Banyak teolog yang menyatakan bahwa kebaikan atau kesalehan manusia seperti kain kotor. Mereka mengambil dasar pernyataan tersebut dari Yesaya 64:6, kemudian mengenakannya secara umum. Yesaya 64:4 hanya ditujukan kepada masyarakat Israel yang rusak pada zaman Yesaya. Hal ini tidak dapat dan memang tidak boleh dikenakan kepada semua manusia. Di Perjanjian Lama terdapat orang-orang yang dicatat sebagai orang-orang yang baik, menjauhi kejahatan; seperti Nuh, Lot, Abraham, Yusuf, Samuel, dan lain sebagainya.

     Manusia dalam keberadaannya yang telah kehilangan kemuliaan Allah, sesungguhnya masih memiliki kebaikan manusia. Tetapi kebaikan manusia bukanlah standar yang dikehendaki oleh Allah, sebaik bagaimanapun manusia itu. Dikatakan “mati” berarti manusia tidak mampu memiliki kemuliaan Allah, Paulus sendiri yang menyatakan bahwa ditinjau dari Taurat dirinya tidak bercacat (Flp. 3:6), tetapi Paulus menyatakan bahwa dirinya termasuk orang-orang yang “mati” tersebut (Ef. 2:3). Kalau dikatakan bahwa dirinya bersama orang percaya dihidupkan kembali bersama dengan Kristus (Ef. 2:4), hal itu tidak terjadi secara mistis. Paulus harus mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus, ia harus menerima Yesus sebagai Juruselamatnya, ia harus sementara waktu belajar Injil, dan ia menyatakan bahwa ia terus belajar dan juga menyatakan bahwa dirinya belum sempurna (Flp. 3:10-11).

     Jadi kata “mati” yang dimaksud dalam Efesus 2:1 adalah keadaan tidak mencapai standar kesucian Alah. Untuk mengalami “dihidupkan bersama dengan Kristus,” bukan karena dipilih dan ditetapkan atau ditentukan secara sepihak untuk selamat masuk surga, tetapi harus merespon anugerah Allah, bertumbuh agar sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Untuk itu harus merespon anugerah keselamatan dengan memanfaatkan fasilitas keselamatan -yaitu Roh Kudus, Injil, dan penggarapan melalui segala peristiwa- agar mencapai standar menjadi manusia sesuai rancangan Allah semula. Dalam hal ini, dihidupkan bersama Kristus artinya memiliki kehidupan yang berstandar Kristus agar dapat dimuliakan bersama-sama dengan Dia.


https://overcast.fm/+IqOCPreqc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar